BANTUL, Suara Muhammadiyah - Di tengah derasnya arus globalisasi dan transformasi teknologi, pendidikan tetap menjadi jangkar perubahan dan kemajuan. Lebih dari sekadar tumpukan teori atau gelar akademik, pendidikan mampu mengubah cara pandang manusia terhadap dirinya dan dunia. Bagi sebagian orang, pendidikan mungkin hanyalah kewajiban rutin, namun bagi sebagian lainnya, ia adalah tangga untuk keluar dari keterbatasan menuju dunia yang lebih luas dan bermakna.
Itulah yang diyakini Shereen Taha Taha Abd El-Aziz, wisudawan terbaik Program Magister Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) asal Negeri Kinaah, Mesir. Bagi Shereen, pendidikan telah membuka “pintu-pintu” yang sebelumnya tak pernah ia bayangkan.
Keputusannya untuk menempuh pendidikan magister di Indonesia bukanlah perkara mudah. Perbedaan budaya, bahasa, dan sistem pendidikan menjadi tantangan besar yang harus dihadapinya. Namun, baginya tantangan justru adalah bagian dari proses pendewasaan dan pembentukan karakter.
“Saya sungguh percaya bahwa pendidikan adalah alat penting untuk pertumbuhan pribadi sekaligus transformasi sosial. Maka dari itu, melanjutkan studi di Magister Manajemen adalah langkah saya untuk memperluas kapasitas dalam menciptakan dampak. Harapannya, saya bisa berkontribusi tidak hanya dalam profesi saya sebagai insinyur di sektor energi, tetapi juga kepada masyarakat luas,” ungkapnya saat diwawancarai, pada Jumat (13/06).
Di balik itu, alasan ia memilih Indonesia karena reputasinya yang terus berkembang sebagai pusat pendidikan tinggi di kawasan Asia Tenggara. Ia menilai UMY sebagai kampus yang memiliki komitmen kuat terhadap keunggulan akademik, internasionalisasi, serta nilai-nilai etika yang berakar pada prinsip Muhammadiyah.
Meskipun demikian, perjalanan Shereen tidak selalu mulus. Banyak “batu kerikil” yang sempat menghambat langkahnya untuk meraih gelar magister. Salah satu tantangan terbesar yang ia hadapi adalah kendala bahasa. Bukan hanya soal tata bahasa atau kosakata, tetapi juga soal rasa percaya diri saat kata-kata dalam kepala sulit dituangkan dalam bahasa asing.
“Perlahan saya belajar menyesuaikan diri melalui penerjemahan mandiri, usaha yang konsisten, dan tentu saja dukungan para dosen serta doa yang ikhlas. Dorongan dan kesabaran mereka sangat berperan dalam membantu saya beradaptasi, baik secara akademik maupun emosional,” tuturnya.
Bahasa dan sistem pendidikan ternyata hanya sebagian dari tantangan yang ia hadapi. Seperti banyak mahasiswa internasional lainnya, Shereen juga harus berjibaku dengan keterbatasan finansial, rasa rindu pada kampung halaman, serta proses adaptasi dengan lingkungan budaya dan akademik yang sepenuhnya baru baginya.
Namun, tekad kuat dan semangat belajarnya yang tak pernah padam justru mengubah semua rintangan itu menjadi motivasi. Perempuan berdarah Mesir tersebut pun berhasil menyelesaikan studinya dengan gemilang dan meraih predikat wisudawan terbaik dengan publikasi terbanyak pada jurnal terindeks Scopus.
“Moto ‘Unggul dan Islami’ bukan sekadar slogan, melainkan prinsip hidup yang membimbing langkah saya hingga bisa dinobatkan sebagai wisudawan magister terbaik. Prinsip ini mencakup nilai keikhlasan, kedisiplinan, kerendahan hati, dan ketangguhan,” paparnya.
Lulus sebagai mahasiswa terbaik tak hanya memperkuat kepercayaan dirinya untuk melanjutkan studi doktoral, tetapi juga meningkatkan kemampuannya dalam menangani proyek-proyek kompleks dengan pola pikir strategis.
Penerima beasiswa S2 UMY ini juga meyakini bahwa pola pikir strategis yang tertanam dalam dirinya merupakan hasil dari penekanan pada nilai etika, kerendahan hati, dan tanggung jawab sosial yang menjadi bagian dari budaya universitas. Hal ini menciptakan lingkungan pembelajaran yang holistik dan membentuk dirinya menjadi versi terbaik saat ini.
“Nilai-nilai yang ditanamkan UMY membentuk saya menjadi pribadi yang memandang kesuksesan bukan hanya dari pencapaian pribadi, tetapi juga dari kontribusi nyata kepada masyarakat dengan etika, kasih sayang, dan tujuan yang jelas. Pelajaran ini saya yakini akan terus membimbing saya dalam perjalanan hidup, baik secara profesional maupun personal,” tutupnya. (NF/m)