BANDUNG, Suara Muhammadiyah - Saat menginjakkan kaki di kecamatan Rancabali, kabupaten Bandung, ibarat petani yang sedang siap memetik pucuk daun teh di lahan perkebunan yang terletak di wilayah dataran tinggi Priangan, Bandung Selatan. Kawasan yang terkenal dengan destinasi agrowisatanya.
Di balik pesonanya, terdapat lima desa. Dua desa di antaranya yaitu Alamendah dan Patengan. Keduanya sama-sama primadona dengan agronomi yang tumbuh dan berkembang. Roda ekonomi desa sebagian digerakkan oleh pertanian dan perdagangan.
Mata pencaharian warga bertumpu di pesona destinasi wisata yang menawarkan keindahan alam. Namun di dalamya ditemukan cerita kontras. Meski tak begitu jauh dari kawasan wisata, masih ada sebagian warga yang hidup diselimuti kemiskinan.
Di Kampung Cimanggu, Desa Patengan misalnya, Aceng Sutardi dan keluarganya tinggal di bilik kayu, atapnya kerap bocor, dan sanitasi yang buruk. Pemandangan serupa ditemukan pada keluarga Cunayah, tinggal di sudut Kampung Cikareo, Desa Alamendah, kondisi rumahnya kian rapuh, atap bocor, rangka kayu lapuk, dinding bilik retak, dan plafon yang nyaris ambruk.
Dalam catatan tim program Lazismu, dua keluarga di desa berbeda tersebut merupakan warga yang termasuk binaan program Genting (Gerakan Anti Stunting) yang diinisiasi Kementrian BKKBN dan berkolaborasi dengan Lazismu untuk suatu program Bedah Rumah Keluarga Duafa.
Menurut keterangan Ketua RT 02 Kampung Cimanggu, Hendra, kondisi rumah keluarga Aceng selama ini sangat memprihatinkan. “Pak Aceng sehari-hari bekerja serabutan di perkebunan kopi dan sayuran. Dengan kondisi rumah yang tidak layak, wajar jika beliau mendapat bantuan. Apalagi ada anak balita berusia di bawah dua tahun yang rentan gizi buruk,” ujarnya.
Kesaksian yang sama disampaikan Ketua RT Kampung Cikareo, Desa Alamendah, Cecep Cahya saat dimintai keterangan tempat tinggal Cunayah. Cecep mengatakan rumahnya memang sudah tidak layak, tiang penyangganya rapuh, itu harus dibongkar total. “Kian riskan bagi Cunayah dan keluarganya untuk terus berteduh,” kata Cecep.
Pada bulan Juli yang lalu, Lazismu berkesempatan bertemu dengan Bapak Aceng dan Ibu Cunayah. Melakukan penilaian terhadap kondisi dua rumah itu sekaligus memastikan bahwa program Genting prosesnya bisa terus dilaksanakan bersamaan dengan bedah rumah yang akan diagendakan oleh Lazismu.
Direktur Pendistribusian dan Pendayagunaan Lazismu Ardi Luthfi Kautsar, kemudian menjelaskan bahwa setelah melakukan penilaian, kondisi rumah yang yang tak layak sangat berpengaruh pada peningkatan gizi buruk, mulai dari ruangan tidur sampai kamar mandi yang minim sanitasi.
Lazismu dalam pilar program kesehatan, sambung Ardi, akan berkontribusi untuk pencegahan stunting melalui program bedah rumah. Tak lama berselang, renovasi rumah dilakukan dengan mengganti dinding kayu menjadi bangunan permanen, memperbaiki atap, serta meningkatkan sanitasi agar lebih sehat.
Perbaikan ini dilaksanakan pada periode Agustus – Oktober 2025, hasil sinergi program antara Lazismu Pusat, Lazismu Jawa Barat, dan Kementerian BKKBN, dengan dukungan perangkat desa, RT/RW, kader posyandu, serta tokoh masyarakat.
Ardi mengungkapkan, selama kegiatan bedah rumah berlangsung, Lazismu mengajak partisipasi masyarakat setempat untuk pemberdayaan. “Warga terlibat melalui gotong royong, sementara tukang bangunan lokal dilibatkan sebagai tenaga kerja,” ujarnya yang menyaksikan langsung ke lokasi pada Kamis (11/9/2025). Kolaborasi ini tak hanya mempercepat pembangunan, tetapi juga menumbuhkan rasa kepedulian sosial di tengah masyarakat.
Hendra Ketua RT Kampung Cimanggu mengucapkan terima kasih kepada Lazismu dan BKKBN atas bantuannya. Ia berharap rogram ini terus berlanjut untuk menyasar keluarga duafa lainnya. Sementara itu, Aceng Sutardi begitu bahagia rumahnya mendapat bantuan bedah rumah. Ia menyampaikan terima kasih kepada Lazismu dan donatur yang telah memilih keluarganya untuk program bantuan ini.
Di tengah proses renovasi tersebut, kebahagiaan terpancar dari wajah Ibu Cunayah. Ia tampak lega dan gembira karena bersamaan dengan program bedah rumah yang hampir selesai prosesnya kedatangan cucu baru.
“Terima kasih banyak atas bantuan ini kepada Lazismu dan donatur. Kondisi rumah sudah lama rusak, atap dan dinding lapuk, sementara penghasilan sehari-hari serabutan. Bantuan ini jadi berkah besar untuk keluarga kami,” kata Ibu Cunayah.
Dalam prosesnya itu, Barry Aditya yang mewakili badan pengurus Lazismu Pusat yang melihat langsung perubahan rumah itu mengatakan bahwa program ini menjadi contoh bagaimana intervensi sosial bisa berdampak bagi penerima manfaat. “Program ini menyentuh aspek kesehatan, pemberdayaan masyarakat, dan solidaritas sosial,” pungkasnya.
Pencegahan stunting tidak bisa hanya lewat penyuluhan gizi, lebih dari itu menciptakan lingkungan tempat tinggal yang sehat. Program ini, kata kader posyandu Kampung Cikareo, Dian Pertiwi, wujud nyata intervensi yang komprehensif.
Melalui program ini, Lazismu dan Kementerian BKKBN menegaskan komitmennya dalam mendukung kesejahteraan keluarga duafa dan mencegah stunting, dengan pendekatan yang menyeluruh. Perwakilan Lazismu Jawa Barat, Endang Mahbub mengatakan program ini selaras dengan tujuan pencegahan stunting.
“Rumah yang sehat menjadi kunci dalam mendukung gizi dan kesehatan anak. Program Genting bukan hanya fokus pada makanan bergizi, tetapi juga lingkungan hunian yang mendukung,” pungkasnya.