YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Masa Ta’aruf yang akrab disingkat MATAF acap kali menjadi ajang perpeloncoan. Memisahkan antara yang baru dengan yang lama dengan dalih senioritas. Perbedaan status ini tak jarang menciptakan ketimpangan relasi kuasa yang berujung kekerasan di lingkup kampus, baik berupa kekerasan fisik maupun verbal.
Mengusung tema Inklusif, Careful, Impactful, masa orientasi mahasiswa baru Universitas Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta 2025 seolah menyampaikan pesan berbeda. Sebagai kampus berorientasi kesehatan, MATAF UNISA yang diikuti lebih dari 2 ribu mahasiswa baru tersebut memilih konsep kebersamaan ketimbang rivalitas, dan yang tak kalah penting, menerima segala perbedaan tanpa syarat.
Sebelum berorasi di atas podium yang terpasang di depan Gedung Utama Siti Walidah, Rektor UNISA, Warsiti berkesempatan menyapa 2500 mahasiswa baru dengan menaiki becak. Dalam kalimat pembukanya, ia menyampaikan ucapan selamat datang kepada seluruh mahasiswa baru yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, dan tak lupa menyapa mahasiswa asing dari beberapa negara.
Warsiti mengatakan bahwa UNISA bukan kampus biasa. Melainkan kampus unggul milik organisasi perempuan terbesar di dunia. Kampus ini menurutnya bukan hanya menjadi kampus untuk menunggu wisuda. Melainkan tempat untuk menggapai cita-cita dan mewujudkan mimpi besar.
"Selain menunaikan kewajiban belajar di kelas, bagi seluruh mahasiswa, aktiflah dalam berbagai kegiatan. Ini tentu akan menjadi pijakan penting untuk membangun mimpi besar," pesannya.
Tentang bagaimana mahasiswa mengambil posisi dalam menghadirkan solusi di masyarakat, ia mendorong mahasiswa untuk selalu adaptif terhadap berbagai dinamika kehidupan. Membuka diri dan pikiran untuk menyerap berbagai aspirasi dan kemudian belajar untuk mencari formulasi perubahan.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah, Salmah Orbayinah juga hadir menyapa seluruh mahasiswa baru. Menurutnya, dunia mahasiswa berbeda dengan dunia pelajar. Dimana perbedaan paling mencolok adalah terkait dengan tanggung jawab. Ia pun berharap mahasiswa baru UNISA dapat menjadi intelektual muda yang bermoral, serta menjadi pemimpin yang berintegritas.
Baginya UNISA, selain menjadi tempat untuk belajar, juga menjadi rumah kedua. Dalam perjalanannya, UNISA terus berkomitmen menjadi kampus unggul yang memberikan dampak besar, salah satunya melalui penelitian. Ia pun mendorong seluruh kampus yang berada di bawah naungan Aisyiyah untuk sungguh-sungguh menghasilkan penelitian yang berkualitas serta sesuai dengan kebutuhan dunia industri dan masyarakat.
“Oleh karena itu, di kampus-kampus Aisyiyah, pendidikan dan pembelajaran yang disampaikan harus berdasarkan hasil penelitian,” tegasnya.
Banyak manusia terlahir untuk menjadi hebat. Dari kampus berwawasan kesehatan, MATAF bukan lagi menjadi ajang perpeloncoan, melainkan momentum kebersamaan. Membentuk karakter dan menjunjung tinggi integritas. MATAF UNISA 2025 menjadi ajang pembuktian bahwa menjadi mahasiswa berarti siap memberikan dampak positif kepada sekitar.
“MATAF perlu menjadi ruang transisi yang menggembirakan bagi mahasiswa baru. Ini menjadi nilai yang terus dirawat oleh UNISA Yogyakarta,” ucap Salmah mengakhiri sambutannya. (diko)