YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Ketua Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Pusat Muhamamdiyah Muchlas memberikan testimoninya terhadap Suara Muhammadiyah. Sebagai media tertua, Muchlas sangat bangga Persyarikatan Muhammadiyah memiliki media yang masih bertahan sampai sekarang.
“Menjadi pusat tajdid intelektual dan media di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah,” katanya saat malam Tasyakuran Milad ke-110 Suara Muhammadiyah di SM Tower Malioboro Yogyakarta, Rabu (13/8).
Kebanggaan Muchlas kepada media rintisan Allahuyarham Kiai Haji Ahmad Dahlan bersama Haji Fachordin sejak tahun 1915 itu, sampai-sampai diusulkan sebagai Memori Kolektif Bangsa.
“Kami sedang mengusulkan Suara Muhammadiyah sebagai Memori Kolektif Bangsa. Tapi ini yang mengusulkan harus dari Perpustakaan dan Kearsipan Kota Yogyakarta,” bebernya yang juga Rektor Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
Muchlas menargetkan, usulan tersebut bisa terealisasikan pada akhir tahun 2025. “Targetnya di akhir tahun ini, sudah memperoleh,” sambungnya. Kemudian, pada tahun 2026, ungkap Muchlas, usulan tersebut juga akan diajukan ke tingkat Asia Pasifik.
“Setelah memperoleh pengakuan sebagai salah satu memori dan kemudian kita akan ajukan ke tingkat internasional,” terangnya.
Pada saat yang sama, Dewan Redaksi Suara Muhammadiyah tersebut juga mengusulkan agar bundelan Majalah Suara Muhammadiyah 1915-1923, masuk sebagai kategorisasi cagar budaya.
“Jadi ini juga sedang diajukan karena harus melalui Dinas Kebudayaan DIY. Mudah-mudahan semua dapat tercapai sehingga usia yang ke-110 tahun ini akan menjadi bukti dengan perolehan-perolehan baik sebagai cagar budaya maupun sebagai memori bagi bangsa Indonesia dan juga dunia internasional,” tandasnya. (Cris)