Meneguhkan Nalar Berkemajuan di Era Society 5.0

Publish

27 October 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
55
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Meneguhkan Nalar Berkemajuan di Era Society 5.0

Oleh: Iwan Khoiruddin, Warga Muhammadiyah di Jepara, Alumni IMM Jawa Tengah 

Di tengah arus perubahan global yang tak terbendung, dunia melangkah menuju babak baru yang disebut Society 5.0. Sebuah konsep yang menempatkan manusia sebagai pusat dari kemajuan teknologi. Di sinilah tantangan besar bagi Muhammadiyah untuk meneguhkan nalar berkemajuan di tengah percepatan digital yang kian melesat.

Masyarakat 5.0 bukan sekadar era kecerdasan buatan, tetapi era di mana ruang maya dan nyata berpadu untuk memecahkan persoalan sosial. Bagi Muhammadiyah, konsep ini menjadi peluang sekaligus ujian dalam menjaga keseimbangan antara nilai kemanusiaan dan kemajuan teknologi. Nilai “Islam berkemajuan” menjadi kompas moral menghadapi dunia digital yang penuh ketidakpastian.

Abdul Mu’ti, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia dalam sesi Stadium General di Rakornas MPKSDI baru-baru ini, menegaskan bahwa Muhammadiyah 2050 membutuhkan generasi kreatif dan berdaya saing. Pernyataan ini mengandung pesan bahwa kader masa depan tak cukup hanya ideologis, tetapi juga adaptif terhadap perubahan. Kreativitas menjadi ruh utama dalam menghadapi dunia yang terus bergerak tanpa jeda.

Kreativitas kader bukan sekadar soal inovasi teknologi, melainkan kemampuan membaca zaman dengan kearifan nilai. Dalam konteks dakwah dan pendidikan, kader Muhammadiyah perlu mengolah gagasan menjadi aksi nyata yang relevan. Mereka harus hadir sebagai problem solver di tengah masyarakat yang kompleks.

Pola perkaderan konvensional kini menghadapi tantangan baru. Generasi muda tumbuh dalam ruang digital yang cair, interaktif, dan kritis terhadap formalitas organisasi. Maka, perkaderan harus bertransformasi agar tetap hidup di hati generasi Z dan Alpha yang lahir dalam ekosistem serba daring.

Seperti halnya pernyataan Wamendikdasmen dalam Rakornas MPKSDI yang baru saja selesai, menegaskan pentingnya pola perkaderan yang inovatif dan fungsional. Bukan hanya pembinaan ideologis, tetapi juga penguatan kompetensi digital, kepemimpinan kreatif, dan literasi media. Dengan cara itu, kader tidak sekadar menjadi pengikut, tetapi penggerak perubahan sosial.

Tantangan global hari ini menuntut kader yang tangguh secara spiritual dan rasional. Masyarakat 5.0 memerlukan manusia yang mampu mengintegrasikan teknologi dengan nilai kemanusiaan. Karena itu, pendidikan kader harus menumbuhkan imajinasi, etika, serta kemampuan berpikir lintas disiplin.

Abdul Mu’ti mengingatkan bahwa masa depan bukan hanya tentang teknologi, melainkan tentang karakter manusia. Dunia akan dihuni oleh generasi yang cerdas, namun mudah kehilangan arah moral. Maka nalar berkemajuan harus dihidupkan untuk menuntun inovasi agar tetap berporos pada nilai keadilan dan kemaslahatan.

Meneguhkan nalar berkemajuan berarti membangun daya saing global tanpa kehilangan jati diri. Kader Muhammadiyah harus siap berkompetisi secara terbuka, namun tetap berpijak pada nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Inilah keunggulan moral yang membedakan Muhammadiyah dari sekadar gerakan modernis biasa.

Society 5.0 menghadirkan peluang luar biasa bagi dakwah berkemajuan. Dengan memanfaatkan kecerdasan buatan, big data, dan media digital, dakwah dapat menjangkau ruang sosial yang sebelumnya sulit disentuh. Namun semua itu harus dijalankan dengan etika, empati, dan semangat kemanusiaan.

Dalam perspektif kaderisasi, digitalisasi bukan tujuan, tetapi sarana memperluas jangkauan pembinaan. Platform daring, media sosial, dan sistem pembelajaran digital dapat menjadi laboratorium kader yang efektif. Nilai-nilai Muhammadiyah dapat dihadirkan dengan cara baru yang lebih komunikatif dan menyentuh.

Kesalehan sosial juga menjadi fondasi penting dalam nalar berkemajuan. Kader Muhammadiyah tidak cukup saleh secara ritual, tetapi juga harus saleh sosial. Artinya, mereka hadir untuk melayani, memberdayakan, dan mengubah realitas sosial menjadi lebih adil dan berkeadaban.

Dalam konteks ini, teknologi harus dijadikan alat untuk memperluas amal saleh sosial. Kader Muhammadiyah dapat mengembangkan inovasi sosial berbasis digital untuk mengatasi kemiskinan, pendidikan, kesehatan, dan lingkungan. Inilah wajah baru kesalehan sosial di era Society 5.0.

Meneguhkan nalar berkemajuan juga berarti menumbuhkan daya kritis dan reflektif. Kader perlu membangun kesadaran bahwa kemajuan tidak boleh menindas nilai kemanusiaan. Mereka harus menjadi penjaga nurani di tengah budaya algoritma yang sering menyingkirkan empati.

Masyarakat 5.0 menuntut generasi yang mampu berpikir lintas batas. Kolaborasi lintas sektor, inovasi lintas bidang, dan solidaritas lintas bangsa menjadi keharusan. Di titik inilah, kader Muhammadiyah dapat memainkan peran strategis sebagai jembatan nilai Islam dan kemodernan.

Namun, upaya ini tidak akan berhasil tanpa reformasi sistem kaderisasi. Pola pembinaan harus bersifat terbuka, partisipatif, dan kolaboratif. Digitalisasi kader menjadi langkah konkret agar Muhammadiyah tidak tertinggal dalam menyiapkan pemimpin masa depan.

Perkaderan yang hidup adalah perkaderan yang relevan. Ia menumbuhkan semangat belajar sepanjang hayat dan menanamkan keberanian menghadapi tantangan zaman. Dengan demikian, kader Muhammadiyah tidak hanya menjaga tradisi, tetapi juga menulis sejarah baru.

Pada akhirnya, meneguhkan nalar berkemajuan di era Society 5.0 bukan sekadar adaptasi terhadap teknologi. Ia adalah panggilan spiritual untuk menghadirkan Islam yang membebaskan, mencerahkan, dan memajukan kehidupan. Sebuah Islam yang berpihak pada kemanusiaan universal.

Kader Muhammadiyah harus berani bermimpi besar dan bergerak cepat. Dengan nalar yang terbuka dan hati yang bersih, mereka akan menjadi pelopor perubahan di tengah turbulensi zaman. Sebab masa depan bukanlah sesuatu yang datang, tetapi sesuatu yang kita ciptakan bersama.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Oleh: Ahsan Jamet Hamidi, Ketua PRM Legoso, Tangerang Selatan dan Wakil Sekretaris LPCPRM PP. Muhamm....

Suara Muhammadiyah

22 May 2025

Wawasan

Pendekatan Integratif Pemberantasan Judi Online Oleh: Dr. Edi Sugianto, M.Pd, Dosen AIK  UMJ d....

Suara Muhammadiyah

28 June 2024

Wawasan

Spirit Sumpah Pemuda dalam Tanwir IMM XXXIII Oleh: M Zaki Mubarak, Sekretaris Jenderal DPP IMM Kur....

Suara Muhammadiyah

20 October 2025

Wawasan

Bagaimana Islam Melihat Sosok Isa Al Masih (Mesias)?  Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu....

Suara Muhammadiyah

21 June 2024

Wawasan

Oleh: Wildan Farih Musthafa *) Hidup dalam Gelombang Informasi    Saat ini, kita hidup di....

Suara Muhammadiyah

11 June 2025