Menelaah Visi dan Misi Kehidupan Umat Manusia

Publish

1 November 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
94
Foto Ilustrasi

Foto Ilustrasi

Menelaah Visi dan Misi Kehidupan Umat Manusia

Oleh: Rumini Zulfikar (Gus Zul), Penasehat PRM Troketon, Pedan, Klaten

“Ketika orang dalam hidupnya tanpa arah dan tujuan, ibarat sepeda tanpa bahan bakar dan roda — tidak akan sampai ke mana-mana.”
Sebuah momen yang begitu mendalam bagi penulis (Gus Zul). Pada suatu kesempatan dalam kajian triwulanan keluarga besar El-Data Budi Mulia yang berlangsung di rumah penulis, tema yang diangkat adalah Visi dan Misi dalam Kehidupan Umat Manusia, baik secara pribadi maupun sosial (jamaah), dalam keluarga, masyarakat, bersyarikat (berorganisasi), berbangsa, dan bernegara.

Dalam pengantarnya, penulis menyampaikan bahwa tujuan hidup manusia di dunia ini (goal) adalah kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat. Hal itu merupakan keniscayaan yang harus dicapai. Sebab pada dasarnya agama Islam menuntun umat manusia menjadi rahmatan lil ‘alamin (Al-Islam ad-dinur rahmatan lil ‘alamin).

Jika kita menelaah lebih mendalam, setiap insan ingin mendapatkan kasih sayang-Nya. Hal itu kita panjatkan setiap hari minimal 17 kali dalam bacaan Al-Fatihah, yang mencerminkan keseluruhan ayat-ayat dalam mushaf Al-Qur’an.

Setiap kali kita berinteraksi dengan Allah, kita sadar bahwa itu adalah bentuk ikhtiar, meskipun jalan dan cara yang ditempuh setiap insan berbeda-beda. Karena itu, dalam hidup ini setiap manusia memiliki dua tugas utama, yaitu sebagai hamba Allah (ʿAbdillah) dan sebagai khalifah fil-ardh (pemimpin/pengatur di muka bumi).

Tuhan memerintahkan kita untuk mencari kebahagiaan hidup di akhirat, tetapi kita juga tidak boleh meninggalkan kehidupan dunia, karena dunia merupakan sarana atau fasilitas untuk mencapai kehidupan yang hakiki. Untuk mencapai hal itu dibutuhkan wasilah atau perantara.

Sebagai perumpamaan, jika kita ingin menunaikan ibadah haji, tentu kita memerlukan uang dan alat transportasi. Begitu pula jika kita ingin pergi ke Yogyakarta, kita membutuhkan kendaraan — entah sepeda motor, mobil, atau pesawat terbang. Dunia ini diciptakan Allah untuk kemakmuran dan kesejahteraan umat; tinggal bagaimana kita mengelolanya dengan baik. Karena itu diperlukan ilmu dan kebudayaan untuk mencapainya.

Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Qashash ayat 77:

وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ ۝٧٧
Wabtaghi fīmā ātākallāhud-dāral-ākhirah wa lā tansa nashībaka minad-dunyā wa aḥsin kamā aḥsanallāhu ilaika wa lā tabghil-fasāda fil-arḍ, innallāha lā yuḥibbul-mufsidīn.

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (pahala) negeri akhirat, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia. Berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Dalam konteks ayat di atas, kita dapat mengambil pelajaran untuk ditadabburi: bahwa dalam kehidupan ini kita diperintahkan Allah untuk iqra’ — membaca secara tekstual maupun kontekstual. Setelah itu, kita perlu mengamati dan mengeksekusinya dalam urusan dunia. Namun demikian, kita tidak boleh lepas dari campur tangan Tuhan. Dalam segala urusan, kita harus menyertakan-Nya, beramal saleh, dan mencari rida-Nya.

Sebab pada dasarnya, apa yang menjadi keinginan kita harus selaras dengan kehendak Tuhan. Dalam surat Yasin, pada dua ayat terakhir, Allah menegaskan: “Idhā arāda syai’an fa innamā yaqūlu lahu kun fa yakūn” — apabila Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya berkata “Jadilah!”, maka jadilah ia.

Selain itu, tujuan hidup manusia sejatinya adalah “innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn” — kita berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya. Oleh karena itu, kita perlu mengintrospeksi diri: bagaimana dan apa yang sebenarnya menjadi tujuan hidup kita yang sejati.

Wallāhu a‘lam bish-shawāb.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Mosi Integral Mohammad Natsir: Sebuah Refleksi 80 Tahun Kemerdekaan Indonesia Oleh: Abdul Rahman A.....

Suara Muhammadiyah

3 September 2025

Wawasan

Pisah Kamar Oleh: Joko Intarto Pembiayaan proyek wakaf merupakan problem umum para pengelola lemba....

Suara Muhammadiyah

17 November 2023

Wawasan

Dua Tahun Kepergian Sang Guru Bangsa Oleh: Rumini Zulfikar, Penasehat PRM Troketon "Kemerdekaan it....

Suara Muhammadiyah

27 May 2024

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Salah satu cara untuk membuka j....

Suara Muhammadiyah

2 February 2024

Wawasan

Makna Ibadah Haji dalam Cinta  Oleh: Drs. H. Alif Syarifuddin Ahmad, M. Hum., Koordinator Pond....

Suara Muhammadiyah

15 May 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah