SUKOHARJO, Suara Muhammadiyah - Masjid Syarif Makamhaji tampak padat oleh seluruh mahasantri Pondok Hajjah Nuriyah Shabran pada Ahad, 26 Oktober 2025. Mereka menghadiri kegiatan Sarasehan Kader yang digelar oleh PK IMM Shabran.
Selain para mahasantri, agenda ini turut dihadiri oleh kepala pondok, Al-Ustadz Yayuli, serta Staf Pondok Shabran.
Kali ini, PK IMM Shabran mengundang Dr. Azaki Khoirudin S.Pd.I., M.Pd. sebagai pembicara. Beliau adalah sekretaris MPKSDI PP Muhammadiyah .
Dibuka dengan sambutan Al-Ustadz Yayuli selaku kepala Pondok Shabran, beliau menyatakan apresiasi pada Azaki -begitu beliau akrab disapa yang juga merupakan alumni Pondok Shabran tahun 2009. Tak lupa beliau menyambut Azaki dengan ungkapan selamat datang, serta berharap kehadiran pemateri dapat memberikan kebermanfaatan bagi para santri berupa motivasi dan tukaran etos profetik dalam bidang keilmuan. "Mudah-mudahan kegiatan ini melahirkan manfaat untuk kita" ungkap beliau.
Pada awal materinya, Azaki menyampaikan pesen "Masa depan anda tergantung pada apa yang anda lakukan pada hari ini. Kalau anda bingung masa depan anda jadi apa? Lihatlah apa yang kamu lakukan hari ini, karena akan selalu ada replikasi yang berulang, maka para mahasantri harus selalu all out dalam menekuni bidang apapun.”
Lalu di sela materinya, Sekretaris MPKSDI PP Muhammadiyah itu mengenang kembali masa masa perkuliahannya selama di Pondok Shabran sambil banyak bercerita tentang pengalamannya. Beliau menyampaikan, bahwa salah satu ciri Kader Pondok Shabran adalah gemar berorganisasi. Beliau juga menekankan para mahasantri untuk terus membaca buku, khususnya buku-buku terbitan Muhammadiyah.
Selain itu, Azaki juga menyampaikan dalam materinya tentang isu-isu yang kiranya akan dihadapi Muhammadiyah di masa depan, seperti: isu lingkungan, kesehatan mental, ekonomi, agnoistik, atheisme yang amat mengkhawatirkan masa depan dunia. Karena ketika isu-isu tersebut kelak terjadi, maka para mahasantri lah yang menempati posisi pimpinan Muhammadiyah baik ditingkat ranting, cabang, daerah, wilayah, maupun di tingkat pusat.
"Muhammadiyah perlu generasi penerus yang kelak menjadi the next Haedar Nashir, the next Zakiyyudin Baidhowi, dan the next Abdul Mu'ti." Ucapnya pada akhir sesi materi.
(Astyra Gita Kinanti/Vivi)


