Menjenguk Tetangga Yang Sakit

Publish

18 July 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
110
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Menjenguk Tetangga Yang Sakit

Oleh: Mohammad Fakhrudin

Topik kajian ini merupakan lanjutan pengembangan topik perilaku hidup bertetangga dan merupakan bagian dari uraian memperlakukan tetangga dengan sebaik-baiknya. Di dalam “Muslim Penebar Kedamaian bagi Tetangga” yang dipublikasi di Suara Muhammadiyah online, 10 Juli 2025 telah diuraikan bahwa muslim mukmin diperintah agar menebar kedamaian, baik dengan kata-kata maupun dengan perbuatan. Di samping diperintah agar menebar kedamaian, muslim mukmin diperintah agar menjenguk orang yang sakit.

Perintah Menjenguk Orang Sakit

Di dalam Saḥiḥ al-Bukhari dan Ṣaḥiḥ Muslim Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda,
 
عَنِ الْبَرَاءِ ، قَالَ : ” أَمَرَنَا النَّبِيُّ بِسَبْعِ، وَنَهَانَا عَنْ سَبْعِ: أَمَرَنَا بِعِيَادَةِ الْمَرِيضِ، وَاتَّبَاعِ الْجِنَازَةِ، وَتَثْمِيتِ الْعَاطِسِ، وَإِجَابَةِ الدَّاعِي، وَرَةِ السَّلَامِ، وَنَصْرِ الْمَظْلُومِ، وَإِبْرَارِ الْمُقْسِمِ.

"Al-Barāʾ meriwayatkan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk melakukan tujuh hal dan melarang kami melakukan tujuh hal lainnya: Beliau memerintahkan kami untuk menjenguk orang sakit, menghadiri pemakaman, mengucapkan ‘yarḥamuka Allāh’ (semoga Allah merahmati kalian) kepada orang yang bersin, menjawab undangan, menjawab salam, menolong orang yang teraniaya, dan memenuhi permintaan orang yang bersumpah.”

Tentu tetangga menjadi prioritas. Jika ada tetangga yang sakit dan kita tidak mempunyai uzur, kita tidak menunda-nunda menjenguknya. Sangat aneh jika teman yang tinggal di tempat yang jauh dijenguk, tetapi tetangga dekat tidak.

Sakit bagi muslim mukmin merupakan bagian dari cobaan Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana dijelaskan di dalam firman-Nya di dalam Al-Qur’an surat al-Baqarah (2): 155-157, 

وَلَـنَبۡلُوَنَّكُمۡ بِشَىۡءٍ مِّنَ الۡخَـوۡفِ وَالۡجُـوۡعِ وَنَقۡصٍ مِّنَ الۡاَمۡوَالِ وَالۡاَنۡفُسِ وَالثَّمَرٰتِؕ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيۡنَۙ‏ ١٥٥

الَّذِيۡنَ اِذَآ اَصَابَتۡهُمۡ مُّصِيۡبَةٌ  ۙ قَالُوۡٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّـآ اِلَيۡهِ رٰجِعُوۡنَؕ‏ ١٥٦

اُولٰٓٮِٕكَ عَلَيۡهِمۡ صَلَوٰتٌ مِّنۡ رَّبِّهِمۡ وَرَحۡمَةٌ​ وَاُولٰٓٮِٕكَ هُمُ الۡمُهۡتَدُوۡنَ‏ ١٥٧

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar; yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan,

اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّـآ اِلَيۡهِ رٰجِعُوۡنَؕ

Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Di dalam Tafsir Al-Azhar (hlm. 352), Hamka menjelaskan bahwa satu di antara cobaan ketakutan adalah sakit. Sakit dapat dialami oleh siapa pun, baik orang beriman maupun orang tidak beriman. Namun, statusnya berbeda. Bagi orang beriman, sakit merupakan cobaan. Bahkan, berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana dikutip, sakit merupakan satu di antara berbagai cobaan bagi orang beriman. 

Bukan Sekadar Aktivitas Sosial

Dengan memperhatikan hadis sebagaimana dikutip, kita mengetahui bahwa menjenguk tetangga yang sakit hakikatnya beribadah. Dengan pemahaman demikian, bagi kita menjenguk orang sakit bukan sekadar aktivitas sosial. Menjenguk tetangga yang sakit sama sekali tidak merepotkan. Kita justru merasa memperoleh kesempatan berbuat kebaikan sebagai tambahan bekal untuk hidup selama-lamanya. (Ingat: bukan bekal untuk mati)

Karena merupakan ibadah, bagi orang yang menjenguk tetangga yang sakit disediakan pahala. Hal itu dijelaskan di dalam HR Muslim berikut ini.

وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {عَائِدُ الْمَرِيْضِ يَمْشِيْ فِيْ مَخْرَفَةِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَرْجِعَ}

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang yang menjenguk orang sakit maka ia akan berjalan di taman surga sampai ia kembali.” Hadis ini diriwayatkan oleh imam Muslim dari sahabat Tsauban radiyallahu ‘anhu. 
Sementara itu, Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda sebagaiamana dijelaskan di dalam HR Tirmizi,

مَنْ عَادَ مَرِيضًا أَوْ زَارَ أَخًا لَهُ فِي اللَّهِ نَادَاهُ مُنَادٍ : أَنْ طِبْتَ وَطَابَ مَمْشَاكَ وَتَبَوَّأْتَ مِنْ الْجَنَّةِ مَنْزِلا – حسنه الألباني في صحيح الترمذي

“Siapa yang mengunjungi orang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Allah. Maka ada suara memanggil ‘Semoga anda baik, dan baik tempat perjalananmu dan anda mendapatkan surga sebagai tempat tinggal.” 

Di dalam hadis yang diriwayatkan Ahmad dari Jabir radiyallahu ‘anhu, Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ عَادَ مَرِيضًا لَمْ يَزَلْ يَخُوضُ فِي الرَّحْمَةِ حَتَّى يَجْلِسَ , فَإِذَا جَلَسَ اغْتَمَسَ فِيهَا ) صححه الألباني في السلسلة الصحيحة، رقم 2504)

“Siapa yang mengunjungi orang sakit, dia senantiasa mendapatkan rahmat sampai dia duduk. Ketika duduk, maka masuk di dalamnya.” 

Fenomena Menjenguk Tetangga
yang Sakit

Ada fenomena yang dengan mudah dapat kita saksikan di dalam kehidupan masyarakat, terutama di masyarakat desa dalam hubunganya dengan menjenguk tetangga yang sakit. Bagi mereka, menjenguk tetangga yang sakit merupakan bagian aktivitas kehidupan yang telah menyatu sebagai aktivitas sosial religius. 

Pada era gadget, menjenguk tetangga yang sakit dengan mudah dikoordinasi. Warga bersepakat tentang waktu berkunjung. Lalu, mereka menjenguk tetangga yang sakit. Di antara mereka ada yang menjenguk di rumah sakit dan ada pula yang menjenguk di rumah.

Untuk menjenguk tetangga yang sakit yang dirawat di rumah sakit, di antara mereka ada yang menyewa mobil. Mereka beriur atau ada di antara mereka yang membayarkan. Di samping itu, ada pula di antara mereka yang menggunakan mobil atau sepeda sotor sendiri.  

Menjenguk tetangga yang sakit dilakukan juga di rumah. Hal itu dilakukan oleh orang yang mempunyai uzur menjenguk di rumah sakit. Biasanya ada koordinasi pula. 

Sangat ideal kiranya jika di kota pun dilakukan gerakan menjenguk tetangga yang sakit. Aktivitas itu dikoordinasi melalui takmir masjid atau musala. Muslim mukmin aktivis satu masjid atau satu musala dapat menjenguk tetangga yang sakit, baik di rumah sakit maupun di rumah.

Di dalam kenyataan ada beberapa orang yang terusik ketika ada tetangga yang sering sakit. Mereka merasa terbebani sehingga mengatakan, “Wah, kok sering sakit, ya? Jadi, merepotkan.”  

Kadang-kadang terjadi juga di dalam satu keluarga, anggotanya “bergantian” sakit. Jika hal ini terjadi, ada juga di antara mereka yang bergumam, “Wah, kok gantian. Jadi, repot kita.”

Tentu muslim mukmin yang memahami bahwa menjenguk tetangga yang sakit merupakan ibadah selalu berpikir dan bersikap positif jika ada tetangga yang sakit. Sakit dapat dialami oleh siapa pun. Pantaskah kita menyalahkan tetangga yang sakit?


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Refleksi Akhir Tahun dan Optimisme Tahun 2025 Oleh: Afita Nur Hayati, Bekerja di Universitas Islam ....

Suara Muhammadiyah

31 December 2024

Wawasan

Merawat Muhammadiyah Oleh: Saidun Derani Mukaddimah Tulisan ini diinspirasi oleh Pidato Sambutan ....

Suara Muhammadiyah

26 February 2024

Wawasan

Ikhtiar Awal Menuju Keluarga Sakinah (10) Oleh: Mohammad Fakhrudin dan Iyus Herdiana Saputra Di da....

Suara Muhammadiyah

9 November 2023

Wawasan

Oleh: Izza RohmanKetua Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah New South Wales Australia Alhamdulill....

Suara Muhammadiyah

2 January 2024

Wawasan

Oleh : Drs M Jindar Wahyudi, MAg  Perjalanan hidup manusia tak ubahnya perjalanan waktu yang b....

Suara Muhammadiyah

19 September 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah