MAKKAH, Suara Muhammadiyah – Menteri Agama Republik Indonesia, Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA, memimpin konferensi pers menyambut puncak ibadah haji 1446H/2025M di Kantor Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi. Mengangkat tajuk "Menuju Arafah, Menjemput Mabrur", Nasaruddin merefleksikan rangkaian ibadah haji saat jemaah dari Indonesia mulai bergerak menuju Padang Arafah untuk melaksanakan wukuf pada 9 Dzulhijjah 1446H.
Dalam pembukaannya, Nasaruddin menyampaikan rasa syukur atas terselenggaranya prosesi haji tahun ini. "Alhamdulillah jemaah kita sudah mulai bergerak menuju Arafah dengan tertib. Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah mendukung pelaksanaan ibadah haji, khususnya bagi jemaah Indonesia," ujar Nasaruddin, Rabu (4/6/2025). Ia juga menyampaikan doa khusus dari Tanah Suci agar Indonesia menjadi "baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur", negeri yang baik dan senantiasa mendapat ampunan Allah SWT.
Kolaborasi antarlembaga menjadi poin penting yang ditekankan Nasaruddin. Menurutnya, kesuksesan penyelenggaraan haji tahun ini tidak lepas dari kerja sama erat antara Kementerian Agama RI, Kementerian Haji Arab Saudi, dan Kementerian Kesehatan setempat. "Kami membentuk satu tim yang sangat solid. Tidak hanya di internal Kemenag, tapi juga dengan mitra kami di Arab Saudi. Bahkan tadi malam kami masih berdiskusi intensif dengan Menteri Haji Arab Saudi," paparnya.
Salah satu bentuk perhatian khusus pemerintah Saudi terhadap jemaah Indonesia adalah fasilitas bagi jemaah riskan. Nasaruddin mengungkapkan, dari total 221.000 jemaah haji Indonesia, terdapat sekitar 3.500 orang yang masuk kategori berisiko tinggi karena faktor usia, komorbid, atau kondisi kesehatan khusus. "Atas kebijakan Menteri Kesehatan Arab Saudi, jemaah riskan kita mendapat perlakuan khusus, termasuk program safari wukuf dan layanan badal haji yang biayanya ditanggung penuh oleh pemerintah Saudi," jelasnya.
Mengenai penyesuaian kebijakan terakhir, Nasaruddin menjelaskan proses lobi yang dilakukan dengan DPR RI. Rencana awal tanazul (sistem penurunan jemaah langsung ke Arafah) untuk 36.000 jemaah akhirnya tidak dilaksanakan setelah evaluasi mendalam. "Kami sangat menghargai masukan dan pengawasan Komisi VIII DPR RI. Namun keputusan akhir tetap mengacu pada kebijakan otoritas Saudi Arabia yang lebih memahami kondisi lapangan," tegasnya.
Untuk memastikan keselamatan jemaah di tengah cuaca ekstrem, pemerintah menerapkan sejumlah protokol ketat. Nasaruddin menyebutkan, jemaah dilarang beraktivitas di luar kemah antara pukul 10.00 hingga 16.00 waktu setempat saat suhu bisa mencapai lebih dari 50°C. "Kami juga mengatur jadwal khusus lempar jumrah untuk jemaah Indonesia antara pukul 00.00 sampai 10.00 pagi untuk menghindari terik matahari," tambahnya.
Keistimewaan lain yang diterima jemaah Indonesia adalah izin penggunaan ambulans sendiri di kawasan Arafah-Mina. "Kita satu-satunya negara yang diizinkan membawa ambulans selain Arab Saudi. Ini bukti kepercayaan mereka pada profesionalisme tim kesehatan kita," ungkap Nasaruddin dengan bangga.
Di akhir konferensi, Nasaruddin menyampaikan apresiasi khusus pada kedisiplinan jemaah Indonesia yang dinilai otoritas Saudi sebagai salah satu yang paling tertib. "Ini membuktikan kualitas spiritual dan kedewasaan jemaah kita. Mari kita lanjutkan sampai pulang ke Tanah Air dengan selamat," pesannya. Konferensi pers ditutup dengan doa bersama agar seluruh jemaah meraih haji mabrur dan Indonesia menjadi bangsa yang diberkahi. (Riz)
