Momen Kebersamaan dalam Keluarga
Oleh: TEGUH PAMUNGKAS, Warga Muhammadiyah Kalsel
Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terikat dengan perkawinan, hubungan dan sebagainya. Ada keluarga inti dan keluarga besar. Keluarga, dalam Muhammadiyah, merupakan pilar kesejahteraan bangsa. Karena itu, pondasi dalam keluarga menerapkan kehidupan yang religius, sejahtera dan harmonis.
Di dalam kehidupan rumah tangga, tangisan anak kecil di siang hari dan di kesunyian malam akrab pada telinga ibu dan ayah. Dalam keseharian, orangtua mendampingi anak-anak di setiap saat. Pertumbuhan dan perkembangan anak yang terus mereka perhatikan. Hal demikian dilakukan sebagai upaya mengamati sejauh mana perkembangan anak-anak di rumah.
Orangtua atau keluarga yang senantiasa menjaga kebutuhan gizi anak-anaknya, apalagi anak tersebut masih kecil. Dalam keseharian dipilihkan makanan yang bergizi dan sehat. Seluruh anggota keluarga mendapatkan asupan gizi sesuai dengan kebutuhannya. Apabila telah berlaku demikian, maka anak-anak dalam suatu keluarga tidak ada yang kekurangan gizi.
Dalam Islam, agar tubuh sehat tetap sehat memerlukan ikhtiar. Sesuai hadits Nabi Muhammad SAW di antaranya; makan dan minum secukupnya atau tidak berlebihan. Selanjutnya, memakan makanan dan minum minuman yang baik dan sehat. Serta tidak meniup makanan dan minuman.
Kepedulian orangtua dan anggota keluarga terhadap anak kecil tentu saja berbeda dengan anak usia sekolah. Perlakuan dan perhatian yang dibutuhkan anak memiliki jenis dan porsi yang berbeda juga. Orangtua dan anggota keluarga perlu memiliki kepedulian terhadap anak. Pendidikan dan perhatian kepada anak terbangun dengan sendirinya, yakni mengerti apa yang diperlukan oleh si kecil saat berada di tengah-tengah keluarga.
Anak kecil merupakan usia di mana mereka mengalami fase pertumbuhan yang pesat. Selain itu, di usia tersebut juga menentukan kelangsungan anak dalam memasuki fase-fase berikutnya. Setelah melewati anak, memasuki masa remaja, dan beranjak menjadi dewasa.
Anak-anak dalam kesehariannya memerlukan makanan bergizi yang seimbang di setiap porsi. Isi piringku merupakan porsi makan yang dikonsumsi dalam satu piring yang terdiri dari 50 persen buah dan sayur dan 50 persen lagi terdiri dari karbohidrat dan protein. Keseharian porsi dan gizi yang seimbang untuk memenuhi kebutuhan gizi.
Dengan melihat pentingnya pemenuhan gizi tersebut, jika ada balita di rumah tentu saja orangtua akan lebih mementingkan gizi anaknya. Dari pada membeli barang yang kurang penting, ibu lebih memilih belanja ikan, sayuran dan buah untuk makan anak balitanya yang berada di rumah. Masalah melengkapi keperluan-keperluan yang lain akan dibeli jika keperluan makanan anak telah terpenuhi di setiap harinya.
Kehidupan Anak
Sementara itu, ada beberapa aspek kehidupan yang penting bagi kehidupan anak, yang perlu diingat kembali oleh kita selaku orangtua, yaitu: Pertama, anak di manapun mendapatkan keselamatan dan perlindungan. Anak merupakan amanah dari Tuhan. Yang namanya titipan sudah semestinya untuk dijaga, dirawat dan dididik semampu kita. Semaksimal mungkin dengan asuh di dampingi, bukan membiarkannya atau bahkan menelantarkannya.
Dalam hal memperoleh perlindungan, anak-anak tidak hanya mendapatkan perlindungan orangtua saja. Tetapi berhak pula mendapatkan perlindungan dari tetangga sebagai masyarakat sekitarnya. Supaya anak merasa aman dalam keluarga dan aman pula di lingkungannya. Perlindungan yang meliputi kasih sayang, kesetaraan dan kemuliaan manusia. Oleh karena itu, secara tegas Muhammadiyah menentang kekerasan pada anak.
Kedua, anak memperoleh pendidikan. Muhammadiyah dengan sekolah dan pondok pesantrennya sebagai salah satu tempat untuk menuntut ilmu dalam mendampingi tumbuh dan kembang anak. Pada tempat pendidikan tersebut, pendampingan untuk perkembangan anak juga ditanamkan nilai agama dan moral. Demikian pula dalam keluarga, ada nilai-nilai pendidikan yang diajarkan. Hadirnya kolaborasi, keseimbangan antara pendidikan keluarga dan sekolah. Orangtua mendidik dan mengajar dengan sebaik-baiknya pada keluarga.
Sebagaimana dalam QS. At-Tahrim ayat 6; “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan".
Ketiga, anak merasa nyaman berinteraksi dengan sesamanya. Pada sisi sosial, saat anak tumbuh dan berkembang dibutuhkan benteng-benteng untuk kesiapan menghadapi kehidupan. Keluarga mengajarkan tentang moral. Meskipun masih balita, moral merupakan modal dasar dalam melakukan interaksi sosial di usianya. Salah satunya untuk mengantisipasi adanya perundungan atau bullying anak.
Adanya suatu interaksi untuk pertemanan, di mana pertemanan yang baik yaitu selalu menjaga hubungan. Pertemanan yang selalu mengarahkan kepada kebaikan, menolong dan kejujuran. Teman yang baik adalah mereka yang mau mengingatkan, mampu menyadarkan serta mengajak kembali ke jalan yang semestinya.
Mendampingi dan mengasuh anak tak semudah seperti yang kita bayangkan. Sejatinya anak merupakan milik Allah. Orangtua hanyalah manusia yang dititipi untuk melaksanakan amanah dari Allah untuk merawat dan mendidik anak. Dengan maksud agar menjadi hamba Allah yang menaati segala aturan-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya.
Maka dalam konteks pendampingan dan pengasuhan anak ialah bermakna apabila memberikan hak-hak anak dengan tepat. Serta membesarkan dan mendidik anak yang berbuah kebaikan, memberikan kemanfaatan bagi anak. Sehingga mereka tumbuh menjadi generasi muslim yang berkualitas dan berkarakter.


