YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Simposium kali ini menjadi historikal momen. Yang mana setiap orang memiliki kesempatan untuk menjadi narasumber. Setiap peserta diberikan kebebasan mengutarakan gagasan dan uneg-unegnya dalam forum ekonom Muhammadiyah yang berlangsung di SM Tower Malioboro (11/8). Konsep semacam ini tak lain sebagai bagian dari momentum refleksi, kontemplasi, hingga konsolidasi gerakan ekonomi Muhammadiyah dalam kancah perekonomian nasional yang memerlukan banyak koreksi.
Muhadjir Effendy yang datang membuka acara tersebut mengatakan bahwa gerakan Muhammadiyah yang didirikan Kiai Dahlan bukan gerakan yang bersifat konfrontatif. Melainkan sebuah organisasi yang penuh perhitungan dan memiliki strategi yang mapan untuk mencapai tujuan.
“Kalau kita berjuangnya brangasan, mungkin kita bisa viral terus. Tapi itu bukan cita-cita Kiai Dahlan,” ujarnya.
Menurut Mantan Rektor UMM itu, forum ini perlu mengkaji kembali tentang bagaimana Muhammadiyah berjuang dengan menggunakan strategi. Khususnya dalam hal bagaimana Muhammadiyah menggerakkan sektor ekonominya.
Melalui perhitungan dan strategi yang matang, menjadikan Muhammadiyah sebagai satu-satunya organisasi Islam yang mampu bertahan di tengah perubahan zaman. Kondisi ini berbeda dengan organisasi Islam pra kemerdekaan seperti Budi Utomo, Taman Siswa, Serikat Islam, dan lainnya yang hari ini tak lagi eksis sebagai gerakan sosial, pendidikan dan keagamaan.
“Mana sekarang organisasi pejuang kemerdekaan yang punya sekolah, mana yang punya rumah sakit, hanya Muhammadiyah,” ujarnya.
Terlepas dari segala kekurangannya, munurutnya hanya Muhammadiyah yang paling leading. Terus berkembang dengan berbagai capaian yang membanggakan. (diko)