Muhammadiyah Menganut Akidah Sebagai Sistem Kepercayaan Etis

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
242
Seminar Sehari Risalah Akidah Islam

Seminar Sehari Risalah Akidah Islam

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Mungkin sudah eranya. Bahwa segala hal perlu penyegaran, tak terkecuali di ranah akidah. Oleh karena itu Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah merasa perlu untuk menyelenggarakan seminar sehari sebagai langkah awal untuk melakukan rekontruksi akidah di Muhammadiyah.

Menurut Hamim Ilyas, Ketua Majelis Tarjih PP Muhammadiyah, ijtihad dalam Muhammadiyah sejatinya sudah berhasil menemukan Islam yang otentik. Otentisitas Islam dalam Muhammadiyah jelas terlihat dalam definisi agama yang terdapat dalam Masalah Lima (Paradigma Keagamaan Muhammadiyah) dan prinsip kedua Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah.

Ia menegaskan bahwa Muhammadiyah telah menemukan Islam otentiknya, melalui Islam yang rasional. Maka dalam hal ini Muhammadiyah meletakkan akidah sebagai sistem kepercayaan etis. 

Merujuk kepada Muhammad Abduh, pendiri aliran modernisme Islam, ia merumuskan bahwa doktrin akidah tauhid yang dapat menjadi landasan untuk mewujudkan kebahagiaan bagi semua, yang untuk mewujudkannya sudah barang tentu harus dengan kemaslahatan dan kemenangan komunitas. 

Muhammadiyah sebagai organisasi pembaharuan Islam sebenarnya telah melakukan pembaharuan akidah. Pembaharuan tersebut tertuang dalam putusan resmi organisasi, tidak dalam putusan doktrin, sehingga tidak dikenal sebagai ajaran akidah, tapi dalam kenyataannya berfungsi sebagai sistem kepercayaan. 

Putusan resmi Organisasi yang menjadi akidah adalah Pendahuluan Muqaddimah Anggaran Dasar dan penjelasannya menjadi sistem kepercayaan etis, ajaran-ajaran tentang apa yang wajib dipercayai dan wajib dilakukan oleh Muslim berdasarkan keimanannya untuk mewujudkan kesejahteraan bagi semua. 

Muqaddimah Anggaran Dasar menetapkan 7 ajaran dasar Muhammadiyah. Pertama, ketuhanan. Kedua, kemanusiaan. Ketiga, kemasyarakatan. Keempat, keagamaan. Kelima, ittiba' Nabi. Keenam, amar ma'ruf nahi munkar. Dan terakhir kenegaraan. 

"Tujuh ajaran dasar ini jelas-jelas hidup dalam Muhammadiyah dan perlu diangkat menjadi akidah. Sehingga menjadi lebih mengikat warga Muhammadiyah dengan menjadi rukun ber-Muhammadiyah dan dapat diadopsi oleh warga atau komunitas di luar Muhammadiyah sehingga mereka dapat beragama secara lebih fungsional," tegasnya. 

Dengan menjadi rukun Muhammadiyah, maka kalangan yang otentik dalam Muhammadiyah bukan hanya Muda (Muhammadiyah Dahlan), tapi juga Musa (Muhammadiyah Salafi) dan Munu (Muhammadiyah NU) dengan menjadi ahlus sunnah wal jamaah otentik, yakni ahlul hikmah wa jama'atis sabiqina ilal khairat. Begitu pula jika ada dengan Mukha (Muhammadiyah Khawarij) menjadi khawarij otentik. (diko)

 


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Muhammadiyah Jetis Kota Yogyakarta menghadirkan Dekan Fakultas Agam....

Suara Muhammadiyah

31 March 2025

Berita

MAKASSAR , Suara Muhammadiyah – Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Sulawesi Selatan menggelar Mu....

Suara Muhammadiyah

18 April 2025

Berita

PADANGPANJANG, Suara Muhammadiyah - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. Haedar Nashir,M....

Suara Muhammadiyah

4 November 2023

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Gema Milad ke-109 Suara Muhammadiyah terus berkumandang. Berb....

Suara Muhammadiyah

23 July 2024

Berita

BANTUL, Suara Muhammadiyah – Pada Sabtu, 13 Juli 2024, bertempat di Gedung AR Fachrudin B Kamp....

Suara Muhammadiyah

20 July 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah