YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Musyawarah Cabang (Musycab) XX Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Mahasiswa (PC IMM) Djazman Al-Kindi Kota Yogyakarta dibuka secara resmi oleh Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Agung Danarto di Aula Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Kampus 4, Ahad (5/10).
Musycab ini mengusung tema “Fres Ijtihad: Menuju Gerakan Berkualitas.” Agus Soleh Pratama, Ketua Panitia menyampaikan, terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan atas berlangsungnya acara ini.
“Mudah-mudahan melalui Musycab ini dapat menghasilkan keputusan yang terbaik dan bermanfaat untuk semua,” katanya.
Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo berkesempatan memberikan keynote speech secara online. Hasto mengingatkan, dalam setiap musyawarah, termasuk mencakup pemilihan kepengurusan baru, niscaya melakukan refleksi. Menukil pandangan Filsuf Descartes, bahwa hidup yang tidak terefleksi tidak layak untuk diteruskan.
“Ini filosofi yang sangat mendalam. Pesan saya ketika kita ada pergantian pengurus, jangan lupa yang sebelumnya selalu dilakukan refleksi. Sehingga kita akan dapat suatu semangat baru dengan penuh nilai-nilai kemajuan dan kebaruan,” ujarnya.
Menjadi pemuda yang tangguh, sambung Hasto, harus bisa menghadapi masa depan yang beragam. Maka, gerakan amar makruf nahi mungkar mesti mencakup gerakan keilmuan, gerakan sosial-kemasyrakatan, dan gerakan kewirausahaan.
“Ini saya kira bagian yang penting kita bisa beramal, yang kemudian diridai oleh Allah SwT. Dan hidup kita saling tolong-menolong (ta’awun) dan ukhuwah (persaudaraan) yang baik,” jelasnya.
Ketua PC IMM Djazman Al-Kindi Kota Yogyakarta Fakhri Ilham Syarifudin menekankan, dinamika dalam Musycab perlu adanya kebaruan. Di satu sisi, perlu di candra kerja-kerja organisasi sekaligus program-program strategis ke depannya.
“Perlu merumuskan kembali konsep-konsep yang kita anggap sudah usang. Sehingga pada akhirnya, gerakan IMM bisa selaras dengan jalan dan waktu,” sebutnya.
Sekretaris DPD IMM DIY Rivandy Azhari Ali Harahap mengingatkan Musycab tidak mengandung substansi mendalam bilamana tidak dibarengi dengan upaya reflektif-kritis setiap kader.
“Mengevaluasi yang sudah kita lakukan selama 1 periode, sekaligus menata gerakan di masa mendatang,” tekannya di tengah tantangan IMM yang pelik. “Hilang orientasi mahasiswa untuk berorganisasi. Yang tentu memiliki konsekuensi tersumbatnya jalur kaderisasi,” imbuhnya.
Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Yogyakarta Aris Madani mengajak untuk merenungkan Qs Ali-Imran [3] ayat 159. Secara redaksional, ayat ini menerangkan, seruan melakukan musyawarah dalam banyak hal, lebih-lebih saat melangsungkan Musycab tersebut.
“Saya kira ayat tersebut mengilhami, menginspirasi para kader IMM yang saat ini bermusyawarah. Relevansi ayat tersebut, mari kita praktikkan dalam musyawarah kali ini (Musycab, red),” tuturnya yang didampingi Wakil Ketua PDM Kota Yogyakarta, Agni Sutanto.
Aris meminta, Musycab ini harus berjalan dengan sebaik-baiknya. Tidak ada perseteruan dan perselisihan, di saat perbedaan pandangan atau yang lebih spesifik, hal-ihwal pemilihan kepengurusan baru untuk periode 2025-2026.
“Kami support sepenuhnya. Mari adik-adik, lakukan musyawarah dengan sebaik-baiknya. Mudah-mudahan Musycab ini dengan lancar dan sekaligus tumbuh kader-kader baru yang nanti akan menjadi penerus Muhammadiyah di mana berada,” tandasnya. (Cris)