SERANG, Suara Muhammadiyah - Perempuan memiliki posisi kunci dalam menopang ketahanan pangan keluarga sekaligus bangsa. Hal itu disampaikan Tenaga Ahli Kementerian Koordinator Bidang Pangan RI, Lula Kamal, dalam seminar bertajuk “Kedaulatan Pangan dan Ketangguhan Keluarga: Mewujudkan Kemandirian Perempuan dalam Ketahanan Pangan Nasional” pada rangkaian Tanwir II Nasyiatul Aisyiyah di Kota Serang, Banten, Jumat (5/9/2025).
Dalam paparannya, Lula menegaskan bahwa peran perempuan tidak boleh direduksi hanya sebagai konsumen, melainkan juga sebagai pengelola sumber daya pangan rumah tangga, hingga terlibat langsung dalam rantai produksi pangan.
“Perempuan harus merebut posisi, bukan sekadar menunggu diberi posisi, sebab kesempatan harus diperjuangkan terutama dalam sektor-sektor strategis seperti pangan dan ekonomi,” pesannya yang disambut antusias para peserta seminar.
Pesan ini ia kuatkan dengan gambaran kondisi pangan Indonesia yang tengah menunjukkan kinerja positif. Pertumbuhan PDB sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan tercatat stabil pada kuartal II 2025. Produksi beras meningkat hingga 28,22 juta ton (naik 12,70 persen), jagung 11,57 juta ton (naik 3,12 persen), sementara stok beras BULOG menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah 3,93 juta ton. Inflasi pangan bergejolak juga masih terjaga pada angka 3,85 persen, sesuai target Tim Pengendali Inflasi Pusat.
Meski demikian, Lula mengingatkan bahwa capaian ini tidak membuat Indonesia bebas dari persoalan. Ia menyoroti tantangan ketahanan pangan yang kian kompleks, mulai dari perubahan iklim, gejolak harga, kondisi perekonomian, hingga alih fungsi lahan pertanian yang terus berkurang karena beralih ke kawasan non-produktif. Keterbatasan distribusi di negara kepulauan serta peningkatan jumlah penduduk juga menambah tantangan baru.
“Pemanfaatan drone untuk penyebaran pupuk, misalnya, dapat meningkatkan efisiensi, menghemat tenaga, dan mempercepat proses distribusi di lahan pertanian,” jelasnya.
Selain memanfaatkan teknologi, Lula juga mendorong perempuan untuk aktif mengambil posisi di koperasi desa. Menurutnya, koperasi adalah wadah penting untuk pemberdayaan ekonomi sekaligus penguatan ketahanan pangan di tingkat lokal.
“Dengan berperan di koperasi desa, perempuan tidak hanya hadir sebagai anggota, tetapi juga bisa menjadi pengelola yang menentukan arah kebijakan ekonomi di komunitas,” tegasnya.
Seminar ini menjadi momentum bagi Nasyiatul Aisyiyah untuk menegaskan komitmen memperkuat kemandirian perempuan dalam ketahanan pangan, dengan menggabungkan peran di keluarga, penguasaan teknologi, hingga kepemimpinan di ranah publik. (Tsani)