YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Agus Taufiqurrahman menekankan, keluarga Muhammadiyah harus berperan menanamkan nilai-nilai tauhid dan tajdid untuk kehidupan pribadi dan membangun masyarakat. Mengingat, urgensi keluarga merupakan tiang utama kehidupan umat dan bangsa sebagai tempat sosialisasi nilai-nilai yang paling intensif dan menentukan.
“Karenanya menjadi kewajiban setiap anggota Muhammadiyah untuk mewujudkan kehidupan keluarga yang sakinah, mawaddah warahmah yang dikenal dengan Keluarga Sakinah,” kata Agus mengutip Pedoman Hidup Islam Warga Muhammadiyah (PHIWM) saat Seminar Keluarga Muhammadiyah, Sabtu (1/11) di Aula Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY.
Selain itu, keluarga di lingkungan Muhammadiyah dituntut untuk benar-benar dapat mewujudkan Keluarga Sakinah yang terkait dengan pembentukan Gerakan Jama’ah dan da'wah Jama’ah menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
“Keluarga punya tanggung jawab membangun masyarakat, sehingga masyarakat itu menjadi masyarakat utama. Keluarga harus menjadi bagian dari masyarakat,” tuturnya.
Dalam konteks itu, Agus mendorong keluarga memainkan perannya sedemikian rupa. Mulai dari melakukan aktivitas yang sederhana, tetapi memiliki implikasi dalam jangka panjang. Misalnya, mendidik anak-anak untuk terbiasa berpikir kritis.
“Karena pembaru (tajdid) menuntut nalar yang sehat,” katanya, yang menekankan juga mendorong anak untuk bertanya, berpikir logis, dan tidak mudah percaya pada mitos. “Itu yang harus kita bangun bersama dalam kehidupan keluarga,” tegasnya.
Di samping itu, perlu juga penanaman pendidikan Islam yang rasional. “Bukan dogmatis semata,” ujarnya. Yang menurutnya, keluarga Muhammadiyah harus menanamkan juga semangat berkemajuan bermanifestasi melahirkan generasi berilmu, kreatif, dan mandiri.
“Anak-anak dikenalkan dengan konsep Islam berkemajuan yang menuntun pada kemajuan ilmu, teknologi, dan sosial,” urainya.
Untuk mewujudkan hal tersebut, tentu diperlukan desain lingkungan rumah yang bercorak tauhid. “Rumah Muhammadiyah harus menghadirkan suasana iman. Ada doa, bacaan Al-Qur’an, dan diskusi keagamaan,” ujarnya. Di sini orang tua harus jadi teladan bagi anak.
“Keteladanan dalam shalat, kejujuran, kerja keras, dan sikap tawakal adalah pendidikan tauhid yang paling kuat. Penanaman tauhid bukan dengan kata-kata, tapi dengan konsistensi amal,” bebernya.
Jika kesemuanya diejawantahkan secara saksama, perlahan tapi pasti, keluarga sakinah dalam keluarga Muhammadiyah dapat diwujudkan. Dengan demikian, kehidupan itu menjadi tenang dan tenteram. “Mari, kita upayakan untuk mewujudkannya,” pungkasnya. (Cris)


