Oleh: Ir Tito Yuwono, ST, MSc, PhD, IPM, Dosen Jurusan Teknik Elektro-Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Sekretaris Majelis Dikdasmen PCM Ngaglik, Ketua Joglo DakwahMu Almasykuri Yogyakarta
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Mengharap cinta
Dari Sang Pencipta, Allah Azza Wa Jalla
Dengan berbuat baik kepada sesama
Bertaubat atas segala dosa
Gemar mensucikan anggota badan
Dari najis dan hadats dan dari maksiat bisikan syaitan
Juga mengharap cinta dari Allah Azza Wa Jalla
Dengan kesabaran terhadap bencana yang menimpa
Dengan taat terhadap perintah dan larangan-Nya
Ketika kita dicintai oleh orang lain, maka hati kita menjadi bahagia. Seakan cinta orang lain ini memberikan resonansi positif terhadap hati kita. Baik orang itu cinta berasal dari rakyat jelata maupun pejabat, baik yang kurang harta dan berlebih harta. Sebaliknya, ketika ada pihak yang membenci kita, maka hati ini terasa terusik, kebahagiaan jadi terganggu, seakan benci dari pihak lain ini juga memberikan resonansi negatif terhadap hati kita. Ini cinta dan benci yang datangnya dari hamba yang lemah. Apalagi cinta yang datangnya dari Sang Pencipta, Rabb semesta alam, Allah Azza wa Jalla.
Jika seorang hamba butuh cinta dari sesama, maka hamba lebih lagi hajat dan harapnya cinta dari Rabb semesta alam. Sifat Allah Ta’ala mencintai hamba-Nya ini disebut dengan mahabbah. Maka sebagai seorang muslim, kita semestinya juga mengimani sifat mahabbah bagi Allah Ta’ala ini. Seorang yang mengimani sifat mahabbah bagi Allah Ta’ala tidak berarti menyerupakan Allah Ta’ala dengan makhluk yang juga mempunya sifat mencintai. Tentu sifat mencintai bagi Allah Ta’ala berbeda dengan makhluk.
Sifat mencintai bagi Allah Ta’ala berdasarkan keagungan Allah Ta’ala. Sebagaimana kaedah yang selalu dipegang dalam mengimani asma dan sifat Allah Ta’ala adalah:
لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌ ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ
Artinya: Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat. (QS. Asyura ayat 11).
Pada tulisan ini, akan dibahas orang-orang yang dicintai Allah yang bersumber dari Al-Quran dan Sunnah. Di antara orang yang dicintai Allah Ta’ala adalah:
Orang yang berbuat kebaikan (muhsinin)
Allah Ta’ala berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 195:
وَأَنفِقُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلَا تُلْقُوا۟ بِأَيْدِيكُمْ إِلَى ٱلتَّهْلُكَةِ ۛ وَأَحْسِنُوٓا۟ ۛ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ
Artinya: Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.
Berbuat baik kepada siapapun akan mendatangkan kecintaan Allah terhadap dirinya. Berbuat baik dengan orang terdekat seperti orang tua, saudara, tetangga maupun berbuat baik dengan orang-orang yang jauh baik nasab maupun tempat tinggal. Ketika berbuat baik hendaklah semata-mata karena Allah Ta’ala.
Sebagian harta yang telah Allah Ta’ala karuniakan kepada kita hendaklah kita belanjakan di jalan Allah Ta’ala. Seperti menafkahi keluarga, membiayai anak-anak menuntut ilmu, membahagiakan keluarga, berderma kepada sanak saudara dan kerabat dan lain-lain. Tentu ketika membelanjakan harta ini tidak berlebihan atau tidak boros.
Orang yang bertaubat dan mensucikan diri
Allah Ta’ala berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 222:
وَيَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلْمَحِيضِ ۖ قُلْ هُوَ أَذًى فَٱعْتَزِلُوا۟ ٱلنِّسَآءَ فِى ٱلْمَحِيضِ ۖ وَلَا تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّىٰ يَطْهُرْنَ ۖ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ ٱللَّهُ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلتَّوَّٰبِينَ وَيُحِبُّ ٱلْمُتَطَهِّرِينَ
Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.
Allah Ta’ala mencintai orang yang bertaubat. Setiap manusia tidak lepas dari kesalahan. Ketika sudah berikhtiar untuk taat kepada Allah Ta’ala, tapi suatu saat berbuat dosa, maka segera bertobat, dengan menyesali perbuatan dosa, mohon ampunan Allah, dan menambalnya dengan kebaikan. Allah Ta’ala cinta terhadap orang yang seperti ini. Attawabin ini merupakan orang-orang yang senantiasa bertaubat, minta ampun kepada Allah Ta’ala
Selain itu Allah Ta’ala cinta orang yang mensucikan diri, baik mensucikan diri dari hadats dan najis serta mensucikan anggota badan dari perbuatan dosa. Dengan demikian setiap kita berhadats atau kena najis, sangat baik untuk lekas-lekas bersuci. Dan ketika ada dorongan anggota badan untuk berbuat dosa, bersegera ta’awudz dan menahan diri dari perbuatan dosa. Hal demikian akan mendatangkan kecintaan Allah Ta’ala terhadap hamba-Nya.
Orang-orang yang Sabar
Allah Ta’ala berfirman dalam Surat Ali Imran ayat 146
وَكَأَيِّن مِّن نَّبِىٍّ قَٰتَلَ مَعَهُۥ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا۟ لِمَآ أَصَابَهُمْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا۟ وَمَا ٱسْتَكَانُوا۟ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلصَّٰبِرِينَ
Artinya: Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.
Allah Ta’ala mencintai orang yang sabar. Para Nabi dan pengikutnya menjadi teladan bagi kita. Ketika berjihad di jalan Allah mereka bersabar walaupun mereka mendapati luka maupun meninggal. Mereka terus semangat dan istiqomah di jalan Allah dan tidak menyerah kepada musuh.
Setiap manusia tidak lepas dari ujian, baik ujian berupa perintah dan larangan dari Allah Ta’ala maupun ujian yang tidak mengenakkan seperti bencana, kelaparan, sakit, kekurangan harta maupun kehilangan yang dicintai. Maka ketika bersabar di dalam semua perkara tersebut akan mendatangkan cinta dari Allah Ta’ala.
Ketika mendapati perintah Allah Ta’ala maka kita bersabar untuk melaksanakan sebaik-baiknya. Begitu pula ketika mendapati larangan Allah Ta’ala kita bersabar untuk tidak melaksanakannya secara totalitas. Dan ketika ada sesuatu yang menimpa kita di banyak hal, kita berusaha untuk sabar. Dengan sebab sabarnya kita, maka Allah Ta’ala mencintai kita.
Semoga Allah Ta’ala karuniakan taufiq kepada kita untuk menjadi muhsinin (orang yang gemar berbuat kebaikan), tawwabin (orang yang senantiasa bertaubat), mutathohhirin (orang yang mensucikan diri) dan sobirin (orang yang bersabar).
Wallahu a’lam bishshowab.
Nashrun minallahi wa fathun qarib.