YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Kota Yogyakarta agar ketahanan pangan keluarga benar-benar menjadi permasalahan krusial yang mesti dicarikan solusi konstruktif. Demikian hal yang tertangkap dalam Talkshow di Ruang Aula Kantor PDM Kota Yogyakarta, Jumat (9/5).
“Ini sangat penting sekali, karena persoalan pangan ternyata sangat esensial. Kalau orang tidak punya mobil, tidak masalah. Tapi, kalau tidak punya pangan, akan menghadirkan dampak tidak baik bagi kelangsungan kehidupan,” kata Rowiyah, Ketua PDA Kota Yogyakarta.
Talkshow pra puncak Milad ini mengusung tajuk “Gerakan ‘Aisyiyah Memperkokoh Ketahanan Pangan Keluarga untuk Kesejahteraan Kota Yogyakarta.”
“Ini salah satu strategi dan solusi yang dijadikan ‘Aisyiyah mengenai persoalan pangan yang dihadapi oleh masyarakat,” ujarnya.
Saat ini, sambung Rowiyah, ketahanan pangan memang menjadi tantangan bagi ‘Aisyiyah. “Untuk menjawab itu, maka kita menjawabnya dengan Gerakan ‘Aisyiyah untuk Memperkokoh Ketahanan Pangan Berbasis Pangan. Itu jawaban kita,” jelasnya.
Menurut Rowiyah, Talkshow ini merupakan wujud dari merespons hasil Muktamar ke-48 ‘Aisyiyah di Surakarta, Jawa Tengah tahun 2022. Juga, bersamaan dengan itu, diperkuat dengan tema Tanwir Muhammadiyah di Kupang, Nusa Tenggara Timur, yakni “Menghadirkan Kemakmuran untuk Semua.”
“’Aisyiyah sebagai pelaku gerakan Muhammadiyah sangat mensuport itu dalam rangka memberikan ketahanan kepada keluarga. Kalau ketahanan keluarga sudah terwujud, kuat, maka itu akan memakmurkan masyarakat secara finansial, pangan, dan makmur secara spiritual. Ini yang paling penting,” tegasnya.
Ditambahkan lagi oleh Rowiyah, ketahanan pangan ini menjadi manifestasi dari jihad nyata ‘Aisyiyah. Jihad dalam rangka memakmurkan dan menyejahterakan, sehingga disebut Rowiyah sebagai gerakan, yakni Gerakan Ketahanan Pangan (Ketapang) melalui program Gerakan Lingkungan Hidup ‘Aisyiyah (GLHA).
“Itu akan kita lakukan secara masif. Kalau kemarin sudah terbentuk kelompok-kelompok tertentu. Di mana ada ‘Aisyiyah, di situ akan terbentuk ketahanan pangan melalui basis keluarga,” ulasnya.
Untuk memudahkan implementasinya, Rowiyah menyebut, pihaknya terus melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak, salah satunya dengan Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta. “Harapannya bisa terus bekerja sama secara berkelanjutan ke depannya,” pungkasnya.
Talkshow ini menghadirkan Dyah Retno Handieni, Pegiat GLHA dari PCA Kotagede, yang membagikan praktik baik komunitas dalam membangun ketahanan pangan berbasis keluarga, seperti kebun gizi, pemanfaatan lahan terbatas, dan kampanye hidup ramah lingkungan.
Dan, Sukidi, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta, yang memaparkan arah kebijakan ketahanan pangan daerah serta ajakan kolaborasi antara pemerintah dan komunitas perempuan dalam membangun ketahanan pangan berkelanjutan. (Cris)