JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Ashoka Indonesia bersama Eco Bhinneka Muhammadiyah dan GreenFaith Indonesia meluncurkan buku Spiritual Changemakers: Lentera Perubahan dari Keberagaman untuk Bumi dan Kemanusiaan di Jakarta, Kamis (11/9). Buku ini merekam perjalanan kolaboratif lintas iman dalam merawat bumi, memperkuat empati, serta memperjuangkan keadilan sosial-ekologi.
Prof. Abdul Mu’ti, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI, dalam kata sambutannya menegaskan bahwa nilai kemanusiaan, kebahagiaan, dan kebebasan mampu menumbuhkan empati dan simpati lintas kelompok.
“Spiritualitas tidak berhenti pada keyakinan pribadi, tetapi menjadi energi perubahan sosial yang nyata,” ujarnya.
Direktur Regional Ashoka Asia Tenggara, Nani Zulminarni, menuturkan inisiatif ini berawal sejak 2020 ketika dirinya membayangkan kolaborasi komunitas berbasis iman dalam gerakan sosial. Pada 2022, lokakarya pertama menghadirkan lebih dari 70 pegiat yang langsung melakukan aksi nyata, mulai dari membersihkan sungai hingga gerakan gereja hijau.
“Dari situlah lahir buku ini, berbasis kehidupan nyata dengan empati dan akal sehat sebagai pijakan perubahan,” kata Nani, saat acara peluncuran buku.
Hening Parlan, Direktur Program Eco Bhinneka Muhammadiyah sekaligus Koordinator Nasional GreenFaith Indonesia, menyebut buku ini sebagai saksi dari para pembaharu spiritual yang bekerja dalam senyap, namun membawa dampak luas.
“Semoga menjadi cahaya bagi gerakan perubahan yang adil, damai, dan lestari,” ujarnya.
Sesi diskusi peluncuran menghadirkan aktivis lingkungan Prigi Arisandi, Parid Ridwanuddin (GreenFaith Indonesia), dan Pdt. Meilany Risamasu (GPIB Karang Satria).
Pdt. Meilany menekankan pentingnya empati kepada seluruh ciptaan melalui gerakan green church. Sementara Prigi menyoroti ancaman mikroplastik, sembari mendorong anak muda terjun langsung agar empati mereka tumbuh menjadi aksi nyata.
Adapun Prigi Arisandi menekankan pentingnya memvisualkan informasi sebagai bagian dari upaya mengajak dan memanggil orang-orang untuk bergerak. Perlu juga ditampilkan cerita-cerita baik, dan berbagai opsi kegiatan menarik yang sudah diinisiasi di lapangan, sebagai contoh gerakan perubahan yang bisa dilakukan.
Parid Ridwanuddin menegaskan bahwa perubahan tidak lahir dari ruang kosong, melainkan bisa lahir dari nilai keyakinan, yang berawal dari panggilan bahwa manusia bisa saling bekerjasama menjaga kelestarian bumi untuk generasi yang akan datang.
Peluncuran buku ini menegaskan visi Ashoka: Everyone a Changemaker. Dengan mengedepankan empati sebagai bahasa universal, Spiritual Changemakers hadir sebagai panduan spiritualitas yang menyatu dengan aksi nyata untuk menjawab tantangan zaman. (diko)