AUSTRALIA, Suara Muhammadiyah - Di tengah kesejukan pagi Wollongong yang bersahabat, kehangatan justru mengalir dari ruang sederhana di Wollongong Senior Citizen Centre, 192 Gipps Road, Gwynneville, New South Wales, Australia. Pada Sabtu pagi itu, Jamaah Pengajian Illawara (JPI) Wollongong menggelar sebuah pertemuan istimewa yang sarat makna. Para dispora Muslim Indonesia dari berbagai penjuru Illawara berkumpul dalam suasana kekeluargaan untuk mengikuti pengajian dan silaturrahim bersama tokoh nasional yang juga merupakan bagian dari sejarah komunitas ini, Muhammad Sayuti, M.Ed., M.Pd., PhD.
Kedatangan Dr. Sayuti bukan hanya disambut sebagai kunjungan biasa, melainkan sebagai momen berharga yang membangkitkan kenangan dan inspirasi. Beliau adalah tokoh Muhammadiyah yang saat ini menjabat sebagai Sekretaris Pimpinan Pusat, namun bagi sebagian warga Wollongong, ia adalah sahabat, guru, dan panutan yang pernah tinggal dan belajar bersama mereka di kota kecil yang tenang ini.
Anggota Badan Akreditas Sekolah/Madrasah pada masanya ini, sedang berada di Australia dalam rangka kunjungan akademik ke Universitas Newcastle, menghadiri konferensi internasional bersama sang istri. Namun, di balik agenda ilmiahnya, terselip kerinduan untuk kembali menyapa saudara-saudara sebangsa di tanah rantau. Dengan penuh kerendahan hati, ia menyempatkan diri hadir di tengah komunitas JPI yang dulu turut ia rintis dan besarkan.
Pada pertengahan dekade 2010-an, pria asli Lamongan Jawa Timur ini menempuh studi magister di Universitas Wollongong. Selama itu, ia aktif sebagai guru ngaji dan pernah dipercaya menjadi sekretaris JPI. Pengabdiannya di komunitas ini tidak berhenti di situ. Ia juga ikut menggagas lahirnya Ranting Istimewa Muhammadiyah New South Wales sebagai bentuk konkret dakwah dan pengorganisasian komunitas di luar negeri, memperkuat jalinan keislaman dan kebangsaan dalam kehidupan diaspora.
JPI sendiri merupakan wadah sosial-keagamaan yang menghimpun diaspora Muslim Indonesia di kawasan Illawara. Komunitas ini bukan hanya rutin menggelar pengajian, tetapi juga aktif dalam kegiatan sosial dan kemanusiaan, menjembatani interaksi positif antara diaspora dengan lingkungan masyarakat Australia setempat.
Dalam sambutannya yang hangat dan sarat nilai, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UAD Yogyakarta mengungkakan rasa syukurnya bisa kembali ke tempat yang pernah menjadi bagian penting dalam hidupnya. Ia mengenang masa-masa menjadi pelajar sambil berjuang menjaga identitas keislaman dan menjalin kebersamaan dalam keterbatasan sebagai diaspora. Ia pun mengajak generasi muda untuk terus merawat semangat keilmuan dan kepedulian sosial sebagai bagian dari misi keislaman yang mencerahkan.
Acara yang berlangsung dengan penuh kekeluargaan ini dihadiri pula oleh tokoh-tokoh senior komunitas Indonesia di Wollongong, antara lain Pak Ruslan dari Bandung, Pak Syahrif dari Padang, dan Ibu Husnah dari Jakarta. Turut hadir juga para mahasiswa Indonesia yang kini menempuh pendidikan di Universitas Wollongong dan sekitarnya. Momen haru dan khidmat terasa saat Luqmanulhakeem Yanggi Siagian, mahasiswa asal Sutherland dan alumni SMP Pesantren Darul Fallah Unismuh Makassar di Bissoloro, Kabupaten Gowa, membacakan ayat-ayat suci Al-Qur’an sebagai pembuka kegiatan.
Pertemuan ini bukan hanya menjadi ruang temu kangen dan refleksi, tetapi juga memperkuat semangat ukhuwah, dakwah, dan kontribusi positif warga Indonesia dalam kehidupan global.***