Perjuangan di Ujung Waktu
Oleh: Alif Syarifuddin Ahmad (Pengasuh PPTQ Masa Keemasan/Lansia Kota Tegal)
Para pecinta ilmu Agama yang penulis muliakan! Hidup ini adalah perjalanan menuju pulang… Setiap desahan nafas kita atau sisa usia yang kita miliki bukanlah tanda akhir dari segalanya. Apabila hari ini kita sudah mulai sakit, renta, dan lemah bukanlah akhir dari perjuangan kita, melainkan isyarat lembut agar kita menatap akhirat dengan hati yang lebih jernih.
Setiap nafas yang kita hirup hari ini adalah maaf yang terus Allah perpanjang karena Allah mempunyai asma Al-Ghoffar, Al-Ghofuur, At-Tawwab, dan Al-Afuwwwu. Yakni Maha Pengampun, Maha (Yang banyak Ampunannya), Maha Menerima Taubat, dan Maha Pemaaf.
Perjuangan di ujung usia memiliki timbangan yang lebih berat daripada seribu, sejuta bahkan semilyar doa yang pernah kita panjatkan di masa lalu. Ketahuilah kasih sayang Allah tidak akan pernah memudar.Melalui tulisan yang sangat sederhana ini, penulis berharap agar di setiap desahan nafas kita ada cinta sebagai sesama orang beriman. Bukti cinta sesama orang beriman adalah saling menasehati yang tak pernah berhenti. Ad-dinu Nasihah Agama adalah nasihat.
Setiap bagian dari perjalanan hidup ini, akan mengingatkan kita untuk melihat sisa usia bukan sebagai beban, melainkan sebagai undangan pulang yang menyenangkan. Bahkan pulang yang indah karena ada harapan membawa sejuta bahagia dilengkapi bekal yang cukup atau amal yang terus dikumpulkan seperti Abdullah bin Idris yang tak pernah lelah menghatamkan Al-Quran selama hidupnya sampai 4000 kali. Seperti kepulangan seorang Ayah yang sudah lama ditunggu dari kerinduan istri dan anak-anaknya. Semoga refleksi panjang ini menemani hati kita yang sudah lelah, menenangkan jiwa yang semakin gelisah, dan menuntun langkah agar lebih ikhlas dalam menerima takdir Allah.
Perjuangan kita tidak boleh berhenti. Sepeninggal kita jangan sampai anak-anak kita mengalami kegersangan dalam ibadah dan sepinya ilmu agama. Ingatlah doa yang dipanjatkan para Nabi dan orang-orang Saleh agar kita mempunyai generasi harapan. Doa itu bukan hanya ikhtiar lisan tapi ghirrah dari semangat agar mempunyai generasi yang memunculkan jariyah yang tak pernah berhenti. Doa tersebut adalah sebagai berikut.
Pertama,
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
Rabbi hab lî minas shâlihîn
“Ya Tuhanku, anugerahilah kami keturunan yang termasuk orang-orang yang saleh.”
Kedua,
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Rabbanâ hab lanâ min azwâjinâ wa dzurriyyâtinâ qurrata a’yunin waj’alnâ lil muttaqîna imâmâ
“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pandangan mata yang menyejukkan dari para istri dan anak keturunan kami, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”
Ketiga,
اَللّٰهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي أَوْلَادِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا وَاحْفَظْهُمْ وَلَا تَضُرَّهُمْ وَارْزُقْنَا بِرَّهُمْ
Allâhumma bârik lanâ fî aulâdinâ wa dzurriyyâtinâ wahfadhhum wa lâ tadlurrahum warzuqnâ birrahum
“Ya Allah berkahilah kami di dalam anak-anak dan keturunan kami, jagalah mereka (dari segala kejelekan), jangan Engkau bahayakan mereka, dan berilah kami kebaikan mereka.”
Bekal perjuangan kita ada empat. Memanfaatkan usia dengan baik, memaksimalkan kebaikan seluruh anggota badan, mengamalkan ilmu, dan menyiapkan harta agar terus memberikan keberkahan untuk semua. Kesimpulannya, dalam perjuangan kita tidak boleh mengenal putus asa.
Siapapun kita akan terus berhadapan dengan nafsu, syetan, dan fitnah dunia. Senjata kita adalah Amal yang akan mengalir terus pahalanya walaupun kita sudah wafat, yaitu Umur, anggota badan, harta sebagai Jariyah, Ilmu yang kita perjuangkan agar terus memberi manfaat, dan berjuang untuk menghadirkan anak-anak Saleh generasi Z yang siap menghadapi fitnah ke depan tentunya yang lebih berat dari zaman kita. Wallohu A'lam.