PTMA yang Inklusif dan Islami di Zaman Disrupsi Digital

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
44
UMC

UMC

Oleh: Liliek Pratiwi, S.Kep., Ners., M.KM

Tantangan disrupsi digital bagi mahasiswa yaitu sulit fokus karena takut FOMO (Fear Of Missing Out) dan media sosial yang dapat mengganggu konsentrasi belajar, kesenjangan digital membuat rasa tidak percaya, banyak yang baik secara teknik namun kurang dalam hal soft skill. Setiap hari dosen seringkali bertemu dengan berbagai kepribadian mahasiwa. Ada yang mungkin mengetahui carany bersikap, ada yang bermasalah dengan motivasi, ada yang kurang baik komunikasi dan lain sebagainya. Pendidikan inklusif dikenal dan diterapkan dengan baik oleh para guru. Pendidikan inklusif merupakan sebuah sistem yang dirancang untuk memberikan peluang belajar yang sama bagi seluruh peserta didik. Sistem ini tidak memandang perbedaan kondisi fisik, tingkat kecerdasan, latar belakang sosial dan emosional, ataupun budaya yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Dalam pelaksanaannya, guru memegang peranan krusial dalam mewujudkan suasana belajar yang bersahabat, setara, dan suportif bagi setiap anak, terutama bagi mereka yang memiliki kebutuhan pendidikan khusus.

Dosen yang dikenal dengan tri darma perguruan tingginya, dan dosen di Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (PTMA) dengan catur darma perguruan tingginya, yaitu melaksanakan pengajaran yang baik, penelitian yang sesuai keilmuan, pengabdian kepada masyarakat serta memberikan pendidikan Keislaman dan Kemuhammadiyah, dapat terus meningkatkan kualitas dari catur dharmanya ini. 

Lalu bagaimana yang harus kita bersama introspeksi diri dalam upaya meningkatkan kualitas catur dharma sebagai dosen PTMA, khususnya dalam pelayanan pendidikan atau pengajaran:

Menjalin kepercayaan antara dosen dan mahasiswa

Dengan komunikasi terbuka dua arah, empati, rasa peduli, dan non-judgemental, maka akan tercipta rasa trust. Butuh waktu dan kesabaran dalam hal ini, karena tidak semua mahasiswa mau cerita alasan mengapa dia malas, mengapa dia sering terlambat datang kampus, mengapa dia sering bolos kuliah dan tidak mengumpulkan tugasnya. 

Menjadi tauladan, bukan hanya penasehat

Sikap, ucapan, perilaku dosen harus mencerminkan nilai-nilai Islami. Dosen dapat terus bersama-sama introspeksi untuk menjadi role model, hal ini juga butuh waktu, sehingga dapat sama-sama mengajak kebaikan. Sehingga dengan membuat catatan kecil bagi diri sendiri dahulu, untuk bermuhasabah. AllaH berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (Akhirat).” (QS. Al-Hasyr: 18)

Dosen sebagai amanah dan orang tua di kampus

Pendidikan bukan hanya formalitas dan meningkatkan kemampuan akademik, namun juga pembangunan karakter dan akhlak manusia seutuhnya. Dosen dalam mengajarkan ilmu harus disertai dengan niat ibadah,dan mengharap ridha Allah SWT. Orang tua yang selayakanya selalu mengasihi dan mendoakan anaknya, bersikap adil kepada anak-anaknya, dan terus berupaya agar anak-anaknya menjadi anak soleh dan solehah, begitu juga kita sebagai dosen. Ketika di kampus, kita adalah orang tua bagi mahasiswa, dengan memperlakukan mahasiswa sebagai anak sendiri, dan punya harapan dan mendoakan mahasiswanya dapat menjadi mahasiswa yang soleh dan solehah. 

“Barang siapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim)

Pahami kebutuhan emosional mahasiswa

Dosen dapat mempertimbangkan untuk tidak memaksakan standar lama dengan kondisi jaman generasi gen Z, sehingga dapat mengambil pelajaran dari mahasiswa, karena terkadang mereka hanya butuh validasi dan pengakuan. Hal lain juga berawal dari lingkungan pergaulan serta lingkungan keluarga yang membuat mereka mudah menangis, mudah marah, sulit bertahan atau mungkin kurang paham caranya beretika.

Mahasiswa adalah generasi muda yang berada pada fase remaja menju dewasa, mereka sedang tahap awal belajar dalam mengelola emosi, mengambil keputusan, dan bertanggungjawab. Berikan waktu untuk mahasiswa agar dapat refleksi diri, sehingga dosen dapat membimbing dengan akhlak Islami tanpa mendikte, dan tanpa menjudgemental. Dosen bukan hanya sahabat akademik, namun juga sahabat ruhani. Tumbuhkan filter islami ketika mahasiswa menerima informasi dan menghadapi masalah.

“Barang siapa yang tidak menyayangi, maka ia tidak disayangi.” (HR. Bukhari dan HR Muslim)

Berikan sugesti postif niat ikhlas dan tujuan hidup

Dosen dapat membimbing mahasiswa untuk ikhlas dapat menjalani perkuliahan dengan baik, bukan hanya sekedar gelar dan mencari kerja. Tanyakan tujuan hidupnya terus ingatkan kepada kedua orang tuanya serta mengingatkan untuk terus bersyukur. Dengan kata-kata positif yang dapat membuatnya tidak merasa minder dan terus bersyukur. Dosen dapat mengingatkan terus agar mahasiswa dapat memperkuat terus keimanannya kepada Allah.

Allah berfirman, “Jika kamu bersyukur, niscaya akan Aku tambahkan nikmat kepadamu,…” (QS. Ibrahin: 7)

Keutamaan bersabar dalam mendidik

Dosen, guru atau pembimbing akademik akan diuji kesabarannya dalam menghadapi karakteristik berbagai mahasiswa atau peserta didiknya. Dengan melihat pada poin 3 sebelumnya (dosen telah diamanhi), tentunya dapat terus meningkatkan kesabaran. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang bersabar, maka Allah akan menambah kesabaran kepadanya. Dan tidak ada karunia, yang diberikan kepada seseorang yang lebih baik dan lebih luas dari kesabaran.” (HR Bukhari dan Muslim)

Perlunya penghargaan akhlak bukan hanya nilai akademik

Hal yang sering kita temui apabila menemukan seseorang yang beradab namun tidak cukup pintar, atau orang pintar namun kurang beradab. Atau sering juga seseorang pintar namun mengucilkan temannya. Program penghargaan akhlak bagi mahasiswa dirancang untuk menilai sikap dan perilaku mulia. Namun hal ini bukan untuk lelucon, dan memang butuh beberapa indikator sehingga tidak bersifat subjektif.

“Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin pada hari kiamat daripada akhlak yang baik.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Bekerja sama dengan orang tua, temannya dan rekan sejawat

Dosen dapat terus saling refleksi diri dengan rekan sejawat, orang tua mahasiwa dalam mengatasi karakter mahasiswa yang bermacam-macam, perlu teknik pengajaran dan pengasuhan yang berbeda untuk mahasiswa yang berbeda-beda. Dosen dapat berkomunikasi dengan orang tua, hal ini juga untuk menghindari hal-hal yang tidak diketahui dosen terkait mahasiswa tersebut. Dosen dapat mengajak teman-temannya agar bersama mengajak kebaikan kepada mahasiswa yang bermasalah.

Perlunya individualized approach

Beberapa mahasiswa memiliki gaya belajar, kemampuan, dan tantangan yang berbeda-beda. Ada mahasiswa yang kurang menyukai visual, atau sering pusing dengan tulisan, maka yang biasanya sebelumnya dosen menandai yang harus di direvisi pada paper mahasiswa tersebut, dapat diiubah dengan merekam penjelasan tersebut kepada mahasiswa. Hal ini untuk mengurangi tekanan akademik yang bagi sebagian orang sangat sulit melewatinya, dan ini salah satu cara asah asih dan asuh dosen PTMA terhadap mahasiswanya. 

Liliek Pratiwi, Dosen Ilmu Keperawatan, Fikes, Universitas Muhammadiyah Cirebon. Bidang kepakaran keperawatan maternitas, kesehatan reproduksi, kesehatan ibu dan anak

 

 

 


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Ramadhan sebagai  Sekolah Prososial Oleh: Gufron Amirullah, Dosen Uhamka/ Tenaga Ahli Wak....

Suara Muhammadiyah

27 March 2025

Wawasan

Membongkar Klaim Robert Spencer tentang Nabi Muhammad  Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilm....

Suara Muhammadiyah

7 February 2025

Wawasan

Kemerdekaan untuk Mempersiapkan Generasi Emas Oleh: Drh H Baskoro Tri Caroko, Anggota LPCRPM PP Muh....

Suara Muhammadiyah

26 August 2024

Wawasan

Pengasuhan Generasi Strawberry Oleh: Eko Priyo Agus Nugroho, M.Pd, Majelis Pembinaan Kader DIY Di ....

Suara Muhammadiyah

17 August 2024

Wawasan

Oleh: Muhammad Utama Al Faruqi, Lc., MPd Ingat Idul adha, ingat milad Muhammadiyah. Barangkali ungk....

Suara Muhammadiyah

14 June 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah