Refleksi Milad 113: Belajar Menjadi Manusia Terbaik dari Muhammadiyah

Publish

20 November 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
94
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Refleksi Milad 113: Belajar Menjadi Manusia Terbaik dari Muhammadiyah

Oleh: Saiev Dzaky El Kemal, S.H.,M.E ,Wakil Direktur PPM K.H Mas Mansur MBS Wanasari 

Dari muhammadiyah kita belajar tentang kemapanan sistem, keunggulan manajerial, serta modernisasi dakwah. Muhammadiyah dengan usia yang matang ini telah membuktikan bahwa untuk bisa survive lintas zaman dan tahan segala cuaca yang dibutuhkan adalah pengorganisasian yang sistematis dan professional. Inilah bentuk legacy utama pada diri Muhammadiyah yang diajarkan oleh para pemimpinnya terdahulu.

Mewariskan sistem yang sangat profesional menjadi ciri pembeda Muhammadiyah dengan organisasi lainnya. Tidak ada pengultusan individu pada diri persyarikatan ini menjadikannya berumur panjang sekaligus mampu menebar manfaat yang sangat luas. Muhammadiyah tau, ketokohan yang melekat pada individu itu mempunyai umur yang terbatas, maka oleh sebab itu yang dibangun oleh Muhammadiyah adalah kematangan sistem. 

Hal menarik lainnya adalah keteladan pada tokoh dan ulama Muhammadiyah sangat jauh dari sifat keangkuhan dan keakuan, justru sebaliknya, kerendahan hati, ketulusan dalam berjuang itulah yang mereka ajarkan. Tidak pernah mengemis jabatan tapi jika ditunjuk tidak boleh menolak. Kerendahan hati para pemimpinnya merupakan hal yang patut dicontoh untuk dapat memiliki manfaat yang berkelanjutan. Oleh pendirinya pun (K.H Ahmad Dahlan) sudah tercermin hal tersebut, penamaannya tidak dinisbatkan kepada nama penggagasnya. Bukan Dahlaniyyah melainkan Muhammadiyah, yang dinisbatkan langsung pada Nabi Muhammad ﷺ

Panjang Umurnya, Inovatif Programnya

Sabda nabi Muhammad ﷺ ketika ditanya siapakah manusia yang terbaik? Maka beliau ﷺ menjawab:

منْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ

Tidaklah mudah untuk dapat menjadi manusia terbaik itu, jika sosok terbaik itu adalah manusia maka yang juga perlu diusahakan adalah kesehatan fisiknya dan kualitas hidupnya, namun jika sosok terbaik itu konteksnya adalah lembaga maka lembaga tersebut harus sehat secara sistem manajerialnya. Pola hidup sehat tidak hanya bermanfaat  bagi individu, tetapi juga harus diterapkan dalam mengelola lembaga ataupun persyarikatan. Beberapa pola hidup tidak sehat yang tergolong toxic dalam organisasi harus dihindari seperti One man show, anti kritik, tidak transparan, tumpang tindih wewenang, tidak adanya evaluasi dan monitoring, tidak ada program kerja, kaderisasi yang tidak berjalan dll. Pola hidup organisasi yang tidak sehat ini tentunya akan memberi dampak yang kurang baik, yaitu sempit manfaatnya dan sedikit berkahnya. Setiap kali ingin mengembangkan sayap ada saja kendalanya, manfaatnya jadi tidak maksimal dan sulit berkembang pesat.

Umur para pemimpin Muhammadiyah tidaklah lebih panjang dari umur manfaat amal shalihnya. Amal shalih dalam organisasi ini diterjemahkan ke dalam bentuk program kerja yang adaptif dan inovatif. Meskipun nama para tokoh Muhammadiyah tidak begitu banyak dikenal orang kecuali oleh warganya sendiri, namun efek kebaikannya dirasakan oleh banyak pihak, baik warga persyarikatan, para pengurus, aktivis, simpatisan, beda warna, bahkan yang berbeda keyakinan pun menikmati manfaatnya. Semua ini tidaklah terwujud tanpa adanya sistem kelola yang sangat professional dari dalam diri Muhammadiyah sebagai bentuk “pola hidup sehat organisasi”. Hal tersebut kemudian menjadikan Muhammadiyah di usia ke 113 ini masih terus produktif, kaya akan inovasi dan berkontribusi nyata bagi masyarakat, agama, bangsa dan negara. 

Sedikit Bicara Banyak Bekerja

Belajar menjaga lisan dari organisasi Muhammadiyah sepertinya pilihan yang tepat. Muhammadiyah tidak terlalu banyak mengomentari hal-hal yang bersifat provokatif dan destruktif. Tidak banyak berkomentar tentang perbedaan pada ranah furu’iyah apalagi yang mengarah pada perpecahan umat. Alih-alih sibuk mengomentari perbedaan pendapat yang sebenarnya sudah selesai dibahas oleh para ulama ratusan tahun lalu, Muhammadiyah lebih memilih fokus untuk dakwah bil haal yang bersifat dinamis dan Up to date. Merumuskan bagaimana ayat-ayat Al Quran agar lebih membumi dan dekat dengan manusia sebagai objek utama dakwah. 

Berawal dari kajian surat Al Ma’un saja kemudian lahir  panti asuhan yatim dan rumah sakit, hingga  hari ini sebanyak 141 rumah sakit telah dimiliki Muhammadiyah. Belum lagi Lembaga pendidikan dari Tingkat usia dini hingga perguruan tinggi yang jumlahnya sangat fantastis. Keberhasilan Muhammadiyah di berbagai bidang telah membuktikan bahwa dengan menjaga lisan kebaikan akan hadir satu per satu. Karena dengan banyak bicara akan mengurangi kekhusyukan dan fokus dalam beramal. Dari Muhammadiyah kita belajar untuk menjadi besar terkadang kita perlu berhati-hati dalam berbicara agar tidak meninmbulkan konflik, berpikir sebelum berkomentar, bicara secukupnya dan beramal sebanyak-banyaknya. 

Teladan Dalam Keshalihan Sosial

Manusia-manusia terbaik yang banyak disampaikan kriterianya oleh nabi Muhammad ﷺ dalam beberapa haditsnya adalah mayoritas berbicara tentang hubungan sesama manusia. Seperti sabda beliau ﷺ yang artinya , manusia yang paling baik adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain, manusia terbaik adalah yang paling baik kepada tetangganya, manusia terbaik adalah yang paling baik kepada keluarga/pasangannya, manusia terbaik adalah yang paling baik dalam membayar hutang, intinya manusia  terbaik adalah yang paling baik akhlaqnya. 

Keshalihan personal itu penting bagi kita sebagai seorang hamba, tetapi untuk kita sebagai seorang makhluk sosial maka kepedulian terhadap sesama itu jauh lebih penting. Muhammadiyah tidak pernah acuh terhadap kondisi sosial kemasyarakatan, karakter inilah yang juga merupakan jati diri persyarikatan ini. Keresahan terhadap kerusakan moral dan Aqidah inilah yang memotivasi Muhammadiyah untuk terus bergerak. Siapa lagi teladan terbaik dalam hal ini kecuali Nabi Muhammad ﷺ .

Beliau pada usia 40 tahun telah memiliki semua jenis pencapain hidup, mulai dari kekayaan, status sosial dengan gelar “Al-Amin”, memiliki istri dari keluarga ternama, semua life goal terhimpun pada diri nabi Muhammad ﷺ saat itu, namun keresahan atas segala bentuk penyimpangan Aqidah dan kerusakan akhlaq masyarakatnya menjadikan Rasulullah ﷺ tergerak untuk berdakwah dan melakukan perubahan. Pesannya adalah, dari Muhammadiyah kita belajar, menjadi shalih secara individu saja tidak cukup namun juga harus menjadi shalih secara komunal.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Al-Qur'an Dan Fungsinya dalam Kehidupan  Oleh: Suko Wahyudi, PRM Timuran Yogyakarta  Al-....

Suara Muhammadiyah

19 April 2025

Wawasan

Urgensitas dan Metode Internalisasi Keislaman dalam Pelajaran Sains  Oleh: Tito Yuwono, Ph.D, ....

Suara Muhammadiyah

29 October 2025

Wawasan

Anak Saleh (15) Oleh: Mohammad Fakhrudin "Anak saleh bukan barang instan. Dia diperoleh melalui pr....

Suara Muhammadiyah

31 October 2024

Wawasan

Penunggu di Tikungan Oleh: Iu Rusliana, Dosen Program Magister Manajemen (MM) Uhamka Jakarta, Sekre....

Suara Muhammadiyah

29 August 2025

Wawasan

Oleh: Iman Permadi Tujuan diberikannya mata kuliah kemuhammadiyahan di Perguruan Tinggi Muhammadiy....

Suara Muhammadiyah

31 May 2025

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah