Refleksi Pilpres 2024 (3)

Publish

27 February 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
508
Doc. Istimewa

Doc. Istimewa

Oleh: Mohammad Fakhrudin

Warga Muhammadiyah Tinggal di Magelang Kota

 

JABATAN

 

Jabatan itu amanah 

manakala diperoleh melalui jalan Allah

diawali dengan niat ibadah

dilaksanakan senantiasa dengan bismillah

 

Sungguh jadi ironi 

manakala jabatan dicari

apalagi dengan cara keji: membohongi hati nurani

menjual harga diri, memfitnah teman sendiri

 

Sungguh jadi lelucon murahan

manakala jabatan diperebutkan apalagi dengan kekerasan

mengaku beriman, tetapi berkawan dengan  preman 

menghalalkan segala jalan demi tercapainya tujuan

Kebenaran dan kemunkaran pun dicampuradukkan  

 

Jabatan itu ujian 

menuju kemuliaan atau kehinaan

Mulia jika Qur’an Hadis dijadikan pedoman

Inilah insan mulia yang lulus ujian

Hina jika keduanya ditinggalkan

Inilah manusia hina yang gagal ujian

 

Jabatan itu pilihan: 

memberi sebanyak-sebanyaknya 

atau menerima lebih dari haknya

menegakkan kebenaran, tetapi dibenci 

atau mengkhianati nurani, tetapi dipuji

***

Di dalam “Refleksi Pilpres 2024" (RP)  2 telah dikemukakan bahwa usia manusia berada dalam genggaman kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an surat al-An’am (6): 2. Jika tiba saatnya, mati tidak dapat dimajukan atau ditunda sesaat pun sebagaimana di dijelaskan di dalam Al-Qur'an, antara lain, di dalam surat al-A’raf (7): 34.

Oleh karena itu, semestinya kita menggunakaan sisa usia untuk beramal saleh. Memilih pemimpin yang baik merupakan salah satu bentuk amal saleh. Jika memilih pemimpin berdasarkan nafsu keduniaan misalnya agar memperoleh jabatan tertentu atau agar kejahatannya tidak diusut, tindakan tersebut sama saja dengan "menuhankan" nafsu. Jika kemudian datang maut, betapa menderita selamanya di akhirat karena menutup usia dengan amal salah! 

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman di dalam surat al-Jasiyah (45): 21

اَمْ حَسِبَ الَّذِيْنَ اجْتَـرَحُوا السَّيِّاٰتِ اَنْ نَّجْعَلَهُمْ كَا لَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ ۙ سَوَآءً مَّحْيَاهُمْ وَمَمَا تُهُمْ ۗ سَآءَ مَا يَحْكُمُوْنَ

"Apakah orang-orang yang melakukan kejahatan itu mengira bahwa Kami akan memperlakukan mereka seperti orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, yaitu sama dalam kehidupan dan kematian mereka? Alangkah buruknya penilaian mereka itu."

Menuhankan Nafsu

Hampir dua tahun kita mempunyai kesempatan untuk mengenal kualitas keimanan dan ketakwaan paslon dan pendukungnya. Informasi tersebut dapat kita akses melalui berbagai sumber. Kita dapat memperoleh rambu standar kualitas keimanan dan ketakwaan pemimpin yang kita pilih. Yang jelas, pemimpin yang kita pilih bukan orang yang "menuhankan" nafsu.

Orang-orang yang "menuhankan" nafsunya dikunci pendengaran, hatinya, dan pelihatannya sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an surat al-Jasiyah (45): 23,

اَفَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ اِلٰهَهٗ هَوٰٮهُ وَاَ ضَلَّهُ اللّٰهُ عَلٰى عِلْمٍ وَّخَتَمَ عَلٰى سَمْعِهٖ وَقَلْبِهٖ وَجَعَلَ عَلٰى بَصَرِهٖ غِشٰوَةً ۗ فَمَنْ يَّهْدِيْهِ مِنْۢ بَعْدِ اللّٰهِ ۗ اَفَلَا تَذَكَّرُوْنَ

"Oleh karena itu, pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya, dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya? Oleh karena itu, siapakah yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat)? Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?"

Dari ayat tersebut kita ketahui bahwa orang yang "menuhankan" nafsu tidak mungkin beramar makruf nahi munkar. Apalagi diajak oleh sesama manusia, diseru oleh Allah Subḥanahu wa Ta'ala pun tidak mau!

Pada surat yang sama ayat: 24 Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

وَقَا لُوْا مَا هِيَ اِلَّا حَيَا تُنَا الدُّنْيَا نَمُوْتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَاۤ اِلَّا الدَّهْرُ ۗ وَمَا لَهُمْ بِذٰلِكَ مِنْ عِلْمٍ  ۚ اِنْ هُمْ اِلَّا يَظُنُّوْنَ

"Dan mereka berkata, "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup, dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa." Namun, mereka tidak mempunyai ilmu tentang itu; mereka hanyalah menduga-duga saja."

Tak selalu Tua atau Sakit Dulu

Untuk menyadari kembali bahwa sisa usia kita mungkin tinggal hitungan detik, menit, jam, hari, atau pekan, ada baiknya kita selalu merenung tentang mati. Mati tidak selalu melalui tua atau sakit dulu.

 

TUA PUN TAK PASTI

 

Serasa setiap saat usia bertambah

Sesungguhnya kematian makin dekat

 

Ada orang bilang

Tua itu pasti

dewasa itu pilihan

Yang sebenarnya terjadi

tua pun tak pasti

Yang pasti adalah mati

 

Mati tak pernah kompromi

dengan siapa pun

kapan pun

di mana pun

dan bagaimana pun

 

Mati tak selalu melalui 

tua atau sakit dulu

dapat datang ketika

      menyanyi atau mengaji

      bermaksiat atau beribadat

      nyinyir atau zikir

      marah atau ramah

melawan kezaliman

dan menegakkan kebenaran

atau membiarkan bahkan melakukan kezaliman dan kemunkaran

tobat dan ampunan didapat

atau tambah jahat dan dapat laknat

Entah usia tinggal berapa

              tahun

              bulan

              bekan

              hari

              jam

              menit

              detik

dalam genggaman kekuasaan Allah

Pilihan Dilematis

Pada bagian akhir RP 2024 (2), terdapat dua pertanyaan, yaitu (1) Bagaimana warga masyarakat penerima bansos atau bantuan yang lain dan (2) Bagaimana pula ASN? 

Ada respons dari pembaca, antara lain,

"Menurut logika liar saya penerima bansos boleh menerima karena itu haknya. Tentang pilihan, harus berani keluar dari hegemoni pemberi. Sebab pada dasarnya pemberi adalah pemerintah dan bukan pribadi/golongan pemberi secara pribadi.

ASN? Selama ini ASN hanyalah pihak yang selalu diperalat dalam masa pemilu. Alhamdulillah secara pribadi saya tidak pernah mengalami dampak langsung. Namun, yang berkaitan dengan kenaikan gaji, saya anggap itu hak saja, toh penasarufannya bisa kita manfaatkan untuk sedekah, infak dan sejenisnya."

Pendapat tersebut kiranya dapat dijadikan bahan renungan yang sangat penting.

Di antara warga masyarakat penerima bantuan mungkin ada yang demi tetap menerimanya, selalu mengatakan, “Siap, laksanakan!” terhadap perintah ketua RT, RW, atau kepala desa, atau lurah yang mengarahkan warganya mendukung paslon tertentu. Mungkin di antara mereka ada yang yakin benar bahwa bantuan itu diperolehnya atas kerja ketua RT, ketua RW, kepala desa, atau lurah! Di dalam kenyataan cukup banyak ketua RT, ketua RW, kepala desa, atau lurah yang tidak tahu mengapa warga tertentu menerima, sedangkan yang lain tidak, padahal dari segi kemampuan ekonomi, warga tersebut sama-sama memerlukannya. Bukti ketidaktahuannya dapat kita ketahui misalnya ketika ditanya oleh warganya yang tidak menerima  bantuan, mereka mengatakan, “Saya tidak tahu.”  

Di tempat lain mungkin ada ketua RT, ketua RW, kepala desa, atau lurah yang dengan tegas menyatakan bantuan yang diterima warganya merupakan hasil perjuangannya. Berkenaan dengan pendapatnya itu, mereka dengan penuh semangat mengarahkan warga masyarakat penerima bantuan agar memilih paslon tertentu supaya tetap memperoleh bantuan. 

ASN boleh jadi menghadapi pilihan yang dilematis. Mereka dikondisikan agar memilih paslon tertentu jika tidak ingin terhambat kariernya atau mereka malahan diancam dengan sanksi yang lebih berat lagi.Timbul konflik di hatinya: melaksanakan perintah atasan, tetapi tidak cocok dengan hatinya. Namun, jika menolak perintah, mereka terancam kehilangan pekerjaan.

Pada masa orde baru (orba) memang sejak awal sudah dikondisikan bahwa PNS, bahkan karyawan BUMN, dan karyawan BUMD secara otomatis dinyatakan sebagai warga Golongan Karya (Golkar). Setiap menjelang pemilu pasti diadakan pembinaan. Pada saat pembinaan, pemateri  mengatakan, “Ibarat memilih rumah makan, Anda dengan kesadaran sendiri telah memilih rumah makan yang sudah Anda ketahui dengan jelas menu apa yang disediakan. Karena Anda sudah berada di rumah makan yang Anda pilih, yakni rumah makan yang menyediakan satai dan gulai misalnya, tidak mungkin Anda dapat makan nasi pecel! Jika mau makan nasi pecel, silakan pindah ke rumah makan yang menyediakannya. Jadi, karena Anda memilih menjadi PNS, konsekuensinya, Anda wajib memilih Golkar!” 

Pada masa itu jika ada orang tua yang berstatus sebagai PNS, tetapi anaknya menjadi aktivis di luar Golkar, mereka harus siap menanggung risiko. Ada di antara mereka yang dipanggil oleh atasannya. Mereka ditegur, dimarahi, bahkan, diancam pemecatan! Jika pada pilpres 2024 masih ada perlakuan demikian terhadap ketua RT, ketua RW, kepala desa, atau ASN, apakah tidak berarti bahwa cara-cara yang ditempuh oleh penguasa sekarang sama dengan cara-cara masa orba?

Harga Kebenaran

Ada ulama yang berpendapat bahwa uang yang diberikan oleh timses paslon tertentu tidak selalu bermakna uang suap dan orang yang mau menerimanya tidak berarti menerima uang suap. Boleh jadi, uang tersebut merupakan biaya untuk mendapat dukungan bagi pemenangan kebenaran. Pendapat tersebut harus kita pahami dengan cerdas dan hati yang jernih.  

Boleh jadi maksud pendapat ulama tersebut adalah sebagai berikut. Jika memang ada pengondisian agar ketua RT, ketua RW, kepala desa menggiring warganya, atau pejabat struktural mengondisikan ASN bawahannya agar memilih paslon tertentu dan untuk itu mereka menerima “janji” menerima imbalan, tetapi jika tidak melaksanakan perintah itu, mereka diancam pemecatan atau pencopotan jabatannya, apakah tidak lebih baik mereka “dibeli” agar mau menjadi saksi dalam penegakan kebenaran, yakni pilpres yang jujur dan adil? 

Bahkan, jika perlu, para pejuang penegak kebenaran menyiapkan juga pekerjaan jika terjadi akibat bersaksi untuk membela yang benar, mereka dipecat!  Perjuangan melawan kezaliman dan menegakkan kebenaran memang mahal! Namun, itulah pilihan yang harus diambil.

Semoga Allah Subhaanahu wa Ta'ala senantiasa mencerahkan pikiran dan hati kita. Aamiin.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Inkuisisi Ibnu Hanbali (Bagian ke-1) Oleh: Donny Syofyan Jumlah umat Islam diestimasi 1.6 miliar o....

Suara Muhammadiyah

9 October 2023

Wawasan

Tanggapan atas putusan Mahkamah Konstitusi tentang Syarat Usia Capres-Cawapres Oleh: Dr. phil. Ridh....

Suara Muhammadiyah

17 October 2023

Wawasan

Meningkatkan Kesejahteraan Bagi Bangsa Indonesia: Tantangan dan Harapan Oleh: Muhammad Himawan Suta....

Suara Muhammadiyah

8 July 2024

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan Baru-baru ini Menko PMK Muhadjir Effendy mewacanakan larangan haji lebih dari s....

Suara Muhammadiyah

15 September 2023

Wawasan

Oleh: Racha Julian Chairurrizal Dalam sejarahnya, manusia adalah makhluk yang selalu bisa beradapta....

Suara Muhammadiyah

2 December 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah