Sang Tentara Veteran Penjaga Benteng Agama dan Negara
Oleh: Rumini Zulfikar (Gus Zul), Penasehat PRM Troketon
“Dalam dunia militer, kedisiplinan mutlak harus dijalankan setiap prajurit atau tentara.”
Tak terasa kita sudah memasuki bulan Agustus, yang mana di bulan ini kita akan diingatkan akan sebuah peristiwa yang amat penting nan sakral, yaitu Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Tahun ini sudah memasuki usia yang ke-80 tahun Indonesia merdeka.
Di balik kemerdekaan bangsa Indonesia, tak bisa dilupakan perjuangan dari para pejuang kemerdekaan, di antaranya yaitu tentara veteran.
Dan salah satu tentara veteran itu adalah Harso Marsono. Tinggal di pinggir Kota Lurik (Pedan). Beliau ini di masa mudanya sangat kuat fisiknya dan energik, sehingga Harso diterima menjadi anggota laskar. Harso Marsono bin Harja Sarana.
Harso Marsono selama hidup didedikasikan untuk kepentingan keluarga, agama, persyarikatan, bangsa dan negara. Walaupun beliau tidak masuk di struktur pengurus Muhammadiyah, tapi ghirah dan loyalitas pada persyarikatan tidak diragukan. Dengan sunyi senyap, beliau mampu memberikan warna dan mengawal gerakan dakwah persyarikatan Muhammadiyah di periode-periode awal Muhammadiyah Pedan berdiri.
Bahkan setelah menikah dengan seorang wanita pujaan hatinya bernama Hartinah binti Karsoprawiro dan dikaruniai lima anak, semangat berjuangnya tetap menyala. Dengan jiwa patriot dan nasionalisme seorang tentara veteran yang begitu terpatri, begitu kuat.
Dari Seorang Tentara Menjadi Pendakwah Ulung di Persyarikatan
Selepas purna dari dunia kemiliteran atau tentara, maka selain mengurus keluarga dengan berdagang di depan rumahnya, serta kalau pagi sebagai loper koran Jogja Post. Sebagai seorang Muslim dan seorang kader persyarikatan, maka dalam menjalani kehidupan beliau berpegang teguh dalam menegakkan *li i’lai kalimatillah* (menegakkan agama Islam), dari didikan KH Muhammad Irsyad, salah satu tokoh pendiri Muhammadiyah Pedan. Menjadi bagian awal berdirinya Muhammadiyah Pedan bersama Abdul Basar, Dawud, Suhardi, Marzuki, Sahlan, dan lainnya.
Ketegasan Menjaga Tauhid yang Murni dalam Kehidupan Keluarga
Bagi beliau, membangun nilai-nilai tauhid/aqidah Islamiyah pada anak-anaknya sangat tegas dan keras, karena itu merupakan kunci atau pondasi yang tidak rapuh. Jangan sampai pondasi tauhid rontok hanya gara-gara urusan keduniaan (harta, tahta, wanita).
Sang veteran Harso Marsono dalam mendidik begitu tegas dan keras, itu semuanya agar anak-anaknya dalam menghadapi kerasnya dunia mampu menjadi pribadi yang tangguh, kuat, dan memegang prinsip-prinsip dalam menegakkan kebenaran.
Dari pernikahan dikaruniai lima anak yaitu:
1. Sri Haryani, Gunawan (Katolik, sekarang rumahnya untuk Pondok Hamilul Qur’an)
2. Haryanto + Margiyati, saudaranya Katolik
3. Sriyanto + Sriyani, Kristen
4. Rusmiyanto + Sularni, juara MTQ Kab. Sukoharjo
5. Hari Susanto + Wati
Yoga + Veter, Kristen
Anak-anak dididik begitu disiplin tinggi serta yang tidak kalah penting dan utama, beliau ini menempa anak-anaknya dalam hal ilmu agama dan ilmu kehidupan, yang sangat diperhatikan.
Dari situlah, di kala anak-anaknya menginjak pada usia menikah, beliau dengan ketegasan dan kedisiplinan itu dalam mendidik anak-anaknya, tapi dengan lemah lembutnya dalam berinteraksi dan dengan ilmu hikmah itulah mampu meluluhkan dan mampu membuka hidayah calon mantunya mengikrarkan dua kalimat syahadat. Dan seorang calon mantunya pun menjadi seorang Muslimah.
Dan itu tidak hanya satu orang, tapi sampai tiga orang. Maka dengan demikian beliau mampu menjaga, membentengi, serta mampu menuntun di jalan agama Islam.
Dari sebuah penuturan dari sang anak (Hari Susanto), suatu sore menceritakannya dengan begitu runtut, walaupun hanya lewat telepon. Bagi penulis (Gus Zul), begitu mendengar cerita secara langsung dan lewat telepon, sangat terharu. Dan sebuah peristiwa beberapa tahun lalu, seorang cucunya yang bernama Yoga juga berhasil meluluhkan keyakinan seorang perempuan menjadi seorang Muslimah.
Dan semoga ini menjadi pelajaran yang berharga bagi kita semuanya, sehingga dengan meneladani dari sebuah kepribadian seorang tentara veteran yang sangat bersahaja.