SUMPUR KUDUS, Suara Muhammadiyah - Sumpur Kudus, Sijunjung, Sumatera Barat merupakan wilayah substansial yang melekat kuat dengan kelahiran tokoh besar, Allahuyarham Buya Ahmad Syafii Maarif. Wilayah ini terbilang pelosok, nun jauh dari pusat Kota Padang.
"Sekitar 4 jam dari pusat kota," kata warga setempat kepada Jurnalis Suara Muhammadiyah di sela-sela acara peresmian Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Masjid Buya Syafii Maarif kolaborasi Mosaic dan Muhammadiyah, Sabtu (2/8).
Masjid ini dulunya bernama Masjid Kudus. Tetapi, sempat terbengkalai. "Sekitar awal 2003, datang pekerja membangun kembali kerangka besinya. Dipasang dan kita terima bersama," kata Takmir Masjid Buya Syafii Maarif Khairul Basri. Setelah konstruksi bangunan sudah hampir selesai, Buya Syafii meminta untuk mengganti nama masjid menjadi Nurul Qudsi.
"Dalam perjalanan waktu, karena Buya Syafii telah meninggal, maka kita ada inisiatif untuk mengubah nama masjid ini. Itu kebijakan saya pribadi sebagai Wali Nagari Sumpur Kudus. Saya umumkan kepada masyarakat diganti namanya menjadi Masjid Buya Syafii Maarif," ujarnya.
Transformasi nama masjid tersebut diterima secara aklamasi oleh masyarakat setempat. "Alhamdulillah tidak ada yang membantah, menafikan, dan sudah diresmikan," tuturnya. Dan di masjid ini jua, sambung Basri, fasilitasnya ada air, listrik, menunjang denyut nadi aktivitas ibadah dan sosial warga.
"Sebelumnya, lampu sering mati. Setiap hari pasti ada mati lampu. Bukan karena kendala PLN. Tapi karena bencana alam. Dan lebih parahnya, 1 sehari semalam pernah mati lampu karena pohon tumbang," ungkapnya.
Boleh dikatakan, pasokan listrik di Sumpur Kudus masih terbilang krusial. Sehingga karena itu maka dengan diserahkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) kolaborasi dari Mosaic dan Muhammadiyah, Basri benar-benar merasakan manfaat yang besar bagi keberlangsungan masjid.
"Sangat membantu sekali (PLTS). Karena ini keinginan daripada Mosaic. Tinggal kemudian bagaimana perawatan dan pembersihannya," jelasnya.
Kegiatan masjid pasca-adanya PLTS, listrik berjalan, hatta geliatnya baca Al-Qur'an (tadarrus, tadabbur), Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA), juga Wirid Nagari. "Alhamdulillah semuanya berjalan dengan baik. Dan masyarakat juga banyak yang ikut," ujarnya.
Termasuk di bulan Ramadan, ada kegiatan tadarusan Al-Qur'an, kultum tarawih, dan kuliah subuh. "Pokoknya tiap malam di bulan Ramadan, full isi jamaah mulai dari awal sampai akhir. Dan ditutup dengan takbiran bersama," sambungnya.
Masjid Buya Syafii Maarif resmi berdiri sejak tahun 2004. "Masjid ini dapat menampung 500 jamaah," terangnya. Luas dalam 15x15 meter. Sementara, bagian luarnya 17x17 meter.
Dengan adanya PLTS pemberian dari kolaborasi antara Mosaic dan Muhammadiyah, jadi solusi dan bermanfaat untuk lingkungan hidup yang lebih bersih. (Cris)