Sekali Lagi, Kader "Kintilan"

Publish

14 June 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
115
Prof Dr A Hilal Madjdi

Prof Dr A Hilal Madjdi

Oleh: Prof Dr A Hilal Madjdi, Wakil Ketua PDM Kudus

Dalam pekan ini penulis diminta untuk menjadi salah satu pemateri pada kuliah Tabligh yang diselenggarakan oleh Majelis Tabligh Wilayah, bekerjasama dengan Majelis Tabligh Daerah. Tentu saja ini suatu langkah yang sangat prospektif dan futuristik dalam menghadapi tantangan da'wah ke depan. Meskipun penulis belum mengkaji kurikulum Sekolah Tabligh ini, optimisme telah terbangun secara asumtif, bahwa gerakan da'wah Persyarikatan Insya Allah tetap berkelanjutan dengan sumber daya manusia muda yang terlatih.

Gerakan da'wah Persyarikatan yang berkelanjutan dengan sumber daya muda yang terampil memang telah lama menjadi perbincangan serius setiap kali menyusun program kerja. Kesadaran para penggerak Persyarikatan dalam memikirkan kelanjutan da'wah telah sampai pada titik mulai bergerak, bukan lagi berwacana. Keseriusan ini juga dibarengi dengan kesadaran betapa telah terjadi perubahan besar pada target audiensi seiring dengan dinamika sarana informasi dengan berbagai varian teknologi.

Digitalisasi yang tidak lagi menjadi sesuatu yang mewah dan rumit membuka peluang sekaligus harapan dan tantangan. Peluang terbuka lebar karena teknologi digital bisa menyasar siapapun pada era medsos yang menisbikan semua batas. Harapan terhampar di hadapan karena jangkauan da'wah tidak lagi hanya seluas frekwensi radio atau televisi. Langit seperti membuka diri dan menyibak minggir sinyak-sinyal frekwensi yang dulu hanya bisa ditangkap dengan perangkat tertentu. Yang oleh karena dua hal di atas tantangan da'wah ke depan menjadi bagian dari dinamika kehidupan manusia yang setara dengan kebutuhan makan dan minum serta tempat tinggal.

Kekuatan teknologi digital ini, yang bergerak cepat dari kerangka kerja 4.0 ke 5.0 ternyata juga masih meninggalkan setidaknya satu titik minus. Yaitu bahwa berkomunikasi bukan hanya sekedar menyampaikan pesan, tapi juga melakukan interaksi. Secara digital dan daring, komunikasi yang dilakukan belum bisa memenuhi kaidah interaksi inter maupun intra personal. Kedua kaidah ini membutuhkan keterlibatan empati dan kesadaran akan pentingnya menghargai pemikiran dan perasaan pihak lain. 

Dalam konteks di atas, interaksi inter dan intra personal memang hanya bisa dibangun secara luring. Sebab dalam komunikasi luring aktivitas verbal akan dibersamai oleh aktivitas non verbal, gestur, ekspeesi wajah dan lain-lain yang semuanya berkontribusi terhadap makna yang dibangun bersama.

Maka menjadi jelas bahwa kegiatan da'wah Persyarikatan sesungguhnya perlu dikuatkan dan dikembangkan dengan kerangka kerja inter dan intra personal seperti yang dijelaskan di atas. Artinya, kaderisasi da'i perlu disusun dengan konsep  da'wah luring maupun daring dengan pelatihan berbasis inter dan intra personal. Dengan kata lain, kader da'i perlu juga untuk dicelupkan langsung dalam aktivitas dan komunikasi da'wah secara langsung luring dengan masyarakat.

Da'i "Kintilan"

Pencelupan langsung kader da'i dalam aktivitas da'wah luring dikenal dengan istilah "Mubaligh Kintilan". Ditilik dari namanya, "Kintilan" dipahami sebagai pengekor, pengikut yang nyantrik kepada.seorang da'i . Di kemudian hari nantinya Da'i Kintilan diharapkan bisa melanjutkan aktivitas da'wah luring.

Secara kuktural Persyarikatan, pengkaderan Mubaligh dengan pola "Kintilan" ini telah lama dilakukan. Dalam era digital saat ini, pola "Kintilan" menurut pemikiran penulis masih visible untuk dijalankan dengan juga dikelola dan direkonstruksi kurikulum pendidikannya seiring dengan target audiens luring yang mungkin justru sudah terbiasa untuk berinteraksi secara daring.

Oleh karena itu, pengkaderan mubaligh dengan pola "kintilan" sedikitnya menekankan dua hal penting. Yang pertama adalah meneguhkan karakter sebagai komunikator yang memahami interaksi inter dan intra personal. Dua pola interaksi ini merupakan kunci sukses dan keunggukan yang jelas menuju sukses da'wah kepada ummat.

Yang kedua adalah bahwa program da'i Kintilan pada dasarnya merupakan peneguhan karakter da'i penerus. Peneguhan karakter kader melalui program "Kintilan" memiliki sisi positif, yaitu bahwa sang kader bisa memahami dan menghayati dinamika interaksi luring.  Dalam balutan budaya-budaya baik seperti toleransi tehadap perbedaan, kebijakan - kebijakan dan adat-budaya setempat. Maka da'wah Persyarikatan diharapkan lebih strategik dan fungsional.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Mata Jahat: Antara Keyakinan dan Logika di Era Modern Oleh: Donny Syofyan: Dosen Fakultas Ilmu Buda....

Suara Muhammadiyah

5 March 2025

Wawasan

Anak Saleh (35)Oleh: Mohammad Fakhrudin/Warga Muhammadiyah "Anak saleh bukan barang instan. Dia dip....

Suara Muhammadiyah

20 March 2025

Wawasan

Hikmah Syawalan: Empat Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Ibadah Oleh: Tito Yuwono, Ph.D, Dosen....

Suara Muhammadiyah

24 April 2024

Wawasan

Meninjau Ulang Syarat Mencari Ilmu Menurut Imam Syafii Oleh: Al-Faiz MR Tarman, Dosen Universitas M....

Suara Muhammadiyah

1 April 2024

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan Saat ini kita menyaksikan berkurangnya kesopanan, meningkatnya sikap diskrimina....

Suara Muhammadiyah

4 October 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah