YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Bagi kalangan warga Muhammadiyah, Lagu Sang Surya menjadi hidangan acapkali kegiatan Persyarikatan berlangsung. Apa pun itu bentuknya, yang pasti setelah Indonesia Raya berkumandang, diiringi Lagu Sang Surya nan membahana.
Lagunya sangat pendek, singkat, dan padat. Lebih-lebih, mudah dihafal oleh seluruh warga Persyarikatan, pada khususnya dan masyarakat luas, pada umumnya.
Sudah pasti mengetahui, jika Lagu Sang Surya diciptakan oleh Djarnawi Hadikusumo. Putra dari Ki Bagus Hadikusumo, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 1944-1953.
Djarnawi pernah menduduki jabatan Anggota Majelis Tabligh PP Muhammadiyah hingga tahun 1962. Pernah juga menjadi Wakil Ketua PP Muhammadiyah berdasarkan hasil Muktamar Muhammadiyah ke-41 di Surakarta, Jawa Tengah tahun 1985.
Namun, selama ini, warga Muhammadiyah hanya mengetahui sang pencipta lagunya. Tapi, dibalik itu, ternyata ada sosok tokoh yang berjasa besar dalam kepenulisan notasi lagunya, yakni Abunda Farouk.
Dalam penuturannya, Farouk menceritakan pengalamannya berkecimpung dalam tulis-menulis notasi lagu tersebut. Ia menyebut, jika lagu Sang Surya diciptakan oleh Djarnawi Hadikusumo pada tahun 1976. “Lagu itu kalau orang mengatakan notasinya dari lagu Timur Tengah,” terangnya saat di wawancarai Suara Muhammadiyah di sela-sela Silaturahmi Idul Fitri 1446 H PWM DIY, Sabtu (19/4).
Menurut Farouk, Djarnawi menyusun syair lagunya. Kemudian, ia sendiri diminta untuk menulis notasinya. “Mendengarkan rekaman dari lagu itu, tapi sangat sederhana,” ucapnya. Berikut mendendangkan lagu tersebut, “Bila dilakukan secara bersama,” sebutnya. Tidak lama dari penciptaan lagu, Farouk mengajarkan lagu itu kepada muridnya.
“Kebetulan saya sebagai guru SPK Muhammadiyah-Aisyiyah, murid-murid saya, saya ajarkan Lagu Sang Surya. Lagunya itu panjang sekali,” ujarnya. Lalu, Djarnawi mendengarkannya. Tetapi, ia meminta untuk dilakukan koreksi. “Lalu dibuat lebih sempurna,” tuturnya.
Kemudian dilanjutkan oleh Muhammad Afandi, Pimpinan Drumband Muhammadiyah. "Beliau kala itu Dosen Seni Rupa IKIP Yogyakarta (Universitas Negeri Yogyakarta—sekarang). Sehingga tidak menutup kemungkinan punya keahlian di musik, lalu disempurnakan dengan notasi yang lebih baik lagi," jelasnya.
Lagu itu mulai disebarluaskan ke SMP Muhammadiyah Putri Yogyakarta, SPG Muhammadiyah Putri. "Dari situ mulai banyak dikenal, tapi belum menjadi satu lagu semacam sekarang ini," ungkapnya.
Farouk menyebut, lagu Sang Surya sempat terjadi sedikit ketidakpasan pada redaksinya. "Notasinya tidak sesuai, Pak Djarnawi minta saya untuk dikembalikan sebagai mestinya. Lalu saya berusaha untuk mengembalikan itu," katanya.
Saat ini, lagu itu sudah sempurna dan sangat pas untuk dinyanyikan. "Pak Djarnawi suka sekali dengan lagu ini," ungkapnya. Karena mengandung penanaman ideologi Muhammadiyah. "Di situ ada hal-hal yang bersifat patriotisme, akulturasi (lagu Arab dicoba untuk dibuat dengan lagu-lagu Indonesia," tandasnya.
Pada saat yang sama, Farouk menegaskan jika redaksi lagu yang tepat yaitu “Sang Surya Tetap Bersinar” bukan “Sang Surya Telah Bersinar.” “Di situlah letak patriotismenya. Artinya Muhammadiyah itu tetap bersinar,” pungkasnya. (Cris)