SITI BAROROH BARIED OBOR PEREMPUAN ISLAM BERKEMAJUAN
Setiap kali tanggal 21 April tiba, nama Raden Ajeng Kartini kembali menggema sebagai simbol perjuangan emansipasi perempuan Indonesia. Namun di antara deretan perempuan pelopor yang meneruskan nyala semangat Kartini, nama Siti Baroroh Baried layak disandingkan. Jika Kartini menorehkan cita-cita lewat surat-suratnya tentang pentingnya pendidikan dan kemajuan perempuan di awal abad ke-20, maka Baroroh menjawabnya dengan tindakan konkret: menjadi guru besar perempuan pertama di Indonesia hingga menjadi Ketua Aisyiyah yang menjunjung misi keilmuan ke kancah global.
Siti Baroroh Baried adalah pelopor, perempuan yang membikin gempar dunia akademik nasional. Pada 27 Oktober 1964, ia diangkat sebagai Guru Besar Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, menjadikannya perempuan pertama di Indonesia yang meraih gelar tersebut.
Lahir di Kauman, Yogyakarta, pada 23 Mei 1923, Baroroh tumbuh dalam lingkungan yang sarat dengan pendidikan dan pemikiran Islam progresif. Setelah lulus dari MULO Hollands Indlansche Kweekschool pada 1944, ia mengajar ilmu pengetahuan alam di SMP Puteri Muhammadiyah Yogyakarta.
Saat itu, UGM belum berdiri; baru Yayasan Balai Perguruan Tinggi Nasional Gadjah Mada, yang mengelola Fakultas Sastra, Filsafat, dan Kebudayaan, serta Fakultas Hukum dan Ekonomi. Para akademisi yang menyadari potensi besarnya seperti Prof Priyono dan Prof Purbacaraka, mendorong Baroroh untuk melanjutkan pendidikan di Fakultas Sastra, Filsafat, dan Kebudayaan. Alasannya sederhana, seperti dikutip dari Kompas, 8 Maret 1991, “Guru-guru saya pandai menanamkan pengertian agar saya senang kepada sastra.”
Selengkapnya dapat membeli Majalah Suara Muhammadiyah digital di sini Majalah SM Digital Edisi 09/2025