SM Layak Menjadi Cagar Budaya
Oleh: Affan Safani Adham
Sekarang ini media satu persatu hilang dari peredaran karena tak mampu menghadapi tantangan zaman. Sekadar mengawasi kekurangan tanpa memberi apresiasi dan solusi tentu tidaklah bijaksana. Ketika ada kekurangan, kekeliruan dan kesalahan, diluruskan dan dicarikan penyelesaiannya yang elegan. Para pengelola media juga memerlukan dorongan semangat, penguatan, peneguhan, bimbingan, arahan dan penghargaan sebagaimana mestinya. Kekurangan selalu ada, sebab tiada sistem yang tanpa kekurangan, yang penting terus diperbaiki dan disempurnakan. Para pengelola media jangan lengah dan puas diri, tetap seksama dan terus memperbaiki kekurangan.
Majalah Suara Muhammadiyah memang layak menjadi “cagar budaya” dan kelahirannya sebagai tonggak penting Hari Pers dan Literasi Publik Muhammadiyah. Awal kelahiran Suara Muhammadiyah dimulai sebagai majalah pada tahun 1915 -- sebenarnya SM terbit sejak tahun 1914 -- tetapi masih terus dicari datanya yang akurat. Menurut catatan, majalah SM edisi kedua ditemukan di perpustakaan Universitas Leiden oleh Prof Koentowijoyo. Edisi pertama dari hasil kajian redaksi SM ditemukan data kuat: terbitannya bersamaan dengan tanggal 13 Agustus 1945.
Majalah Suara Muhammadiyah selain menjadi majalah umum, juga menjadi media Berita Resmi Muhammadiyah. Berbagai hasil keputusan organisasi dari Pengurus Besar dan hasil sidang tahunan maupun tulisan-tulisan para tokoh dan berita perkembangan Persyarikatan maupun informasi perkembangan umat Islam dimuat di majalah SM.
Kesadaran pentingnya tradisi literasi ke ruang publik telah diletakkan dasarnya oleh pendiri Muhammadiyah, Kiyai Haji Ahmad Dahlan. Sadar atau tidak, implementasi iqra sebagai pembuka utama risalah Islam, dipraktikkan oleh Muhammadiyah generasi awal. Muhammadiyah memelopori kesadaran membaca, menulis dan berdiskusi tentang masalah-masalah keagamaan, keumatan dan kebangsaan secara cerdas menggunakan akal pikiran dan ilmu yang berkemajuan.
Muhammadiyah generasi awal menunjukkan pembaruan atau tajdid sebagai gerakan Islam karena meletakkan tonggak dakwah di ranah media massa. Karenanya bagi seluruh anggota, kader -- dan lebih-lebih pimpinan Muhammadiyah di segenap struktur dan lini organisasi -- penting memahami posisi dan fungsi kesejarahan serta kehadiran Suara Muhammadiyah dalam lintasan perjalanan Muhammadiyah.
Suara Muhammadiyah sebagai media massa adalah produk kepeloporan Muhammadiyah yang memiliki fungsi penting dalam literasi publik. Bahkan memiliki peran dan tonggak bersejarah karena sejak tahun 1921 telah memperkenalkan penggunaan bahasa Indonesia atau bahasa Melayu Indonesia sebagai bahasa utamanya. Padahal diketahui Sumpah Pemuda baru terjadi pada 28 Oktober 1928. Artinya, Suara Muhammadiyah menjadi media massa yang lahir dari rahim Muhammadiyah menjadi pelopor penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan sekaligus bahasa perjuangan kebangkitan nasional untuk kemerdekaan.
Suara Muhammadiyah adalah warisan budaya yang bersejarah dalam pergerakan nasional dan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Majalahnya secara fisik dapat dikategorikan sebagai warisan budaya fisik atau benda, sedangkan isinya dalam berbagai pemikiran -- termasuk penggunaan bahasa Indonesia -- dikategorikan sebagai cagar budaya bukan benda. Suara Muhammadiyah dengan jiwa Islam berwawasan tajdid atau pembaruan telah menghadirkan praktik nasionalisme keindonesiaan jauh sebelum yang lain melakukannya, yakni melakukan literasi publik dan memperkenalkan bahasa Indonesia.
Pihak luar mengakui dan memberikan penghargaan tinggi terhadap kehadiran, keberadaan dan peran Suara Muhammadiyah sebagai media massa sekaligus pelopor literasi dan penggunaan bahasa Indonesia dalam perjalanan dunia pers di Indonesia ini. Di sinilah objektivitas tentang sejarah kelahiran, kehadiran, peran penting Suara Muhammadiyah yang bukan hanya milik Muhammadiyah tetapi juga milik bangsa Indonesia yang melekat dengan sejarah kebangkitan nasional untuk Indonesia merdeka melalui gerakan literasi publik.
Kini, Suara Muhammadiyah bertumbuh menjadi majalah milik Persyarikatan Muhammadiyah yang kuat dan stabil. Lebih dari satu dekade Majalah Suara Muhammadiyah bukan hanya berkembang dan memperoleh banyak penghargaan. Dalam kurun terakhir bahkan bertransformasi menjadi amal usaha besar dengan mengembangkan sayap-sayap atau unit-unit usaha yang prospektif untuk menghidupi dirinya sekaligus memajukan Persyarikatan Muhammadiyah.
Affan Safani Adham, Anggota Majelis Pustaka dan Informasi PWM DIY