SURAKARTA, Suara Muhammadiyah -Kampung Edukasi di Dusun Duren Sari, Desa Kembangkuning, Kecamatan Cepogo, semakin meneguhkan diri sebagai destinasi wisata berbasis pendidikan dan budaya. Sabtu (26/10), Sentra Edukasi Ukir Logam resmi dibuka oleh Pokdarwis Setia Tuhu, menambah deretan wahana pembelajaran yang dapat dinikmati pengunjung di kawasan wisata edukatif tersebut.
Pembukaan wahana baru ini menjadi momentum penting bagi masyarakat Kembangkuning, khususnya Dusun Duren Sari, yang selama ini dikenal luas sebagai sentra produksi kerajinan logam seperti tembaga, kuningan, dan aluminium. Sentra ini dirancang tidak hanya sebagai tempat pameran hasil karya, tetapi juga sebagai ruang belajar interaktif bagi wisatawan yang ingin mengenal proses ukir logam secara langsung.
Keberadaan Sentra Edukasi Ukir Logam menegaskan konsep Kampung Edukasi sebagai living laboratory di mana pengunjung dapat belajar langsung dari masyarakat lokal. Wahana ini memungkinkan wisatawan mencoba teknik dasar mengukir logam, mengenal bahan dan alat, serta memahami nilai filosofi di balik motif-motif ukiran tradisional.
“Dengan dibukanya Sentra Edukasi Logam ini berarti setidaknya ada enam wahana pilihan yang kami kembangkan,” ujar Agus Triyono, Ketua Tim Pelaksana Pemberdayaan Desa Binaan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
Ia menjelaskan, enam wahana tersebut meliputi Griya Kawruh, Griya Unggah-Ungguh, Griya Srawung, Rumah Edukasi Biogas, Pusat Pengembangan Pupuk Organik, serta Sentra Edukasi Ukir Logam.
“Kami berharap Desa Kembangkuning akan semakin maju dan memberikan kemanfaatan dalam upaya menjaga budaya sekaligus memadukan nilai edukasi bagi pengunjung,” tambahnya.
Menghidupkan Kembali Warisan Logam Duren Sari
Dusun Duren Sari memang sudah lama dikenal sebagai pusat kerajinan logam di Boyolali. Banyak warganya yang memiliki keahlian mengolah logam menjadi berbagai produk, mulai dari hiasan dinding, perlengkapan rumah tangga, hingga aksesoris bernilai seni tinggi.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, regenerasi perajin dan promosi produk menjadi tantangan tersendiri. Kehadiran Sentra Edukasi Ukir Logam diharapkan mampu menjawab persoalan itu dengan memperkenalkan kembali tradisi logam kepada generasi muda dan wisatawan.
Wahana ini tidak hanya menampilkan hasil karya perajin lokal, tetapi juga membuka peluang bagi pengunjung untuk terlibat langsung dalam proses pembuatannya. Dengan demikian, wisatawan tidak sekadar melihat, tetapi juga mengalami dan mengapresiasi nilai-nilai budaya yang terkandung dalam setiap ukiran logam.
Kampung Edukasi merupakan hasil kolaborasi antara masyarakat Desa Kembangkuning dan UMS melalui program Pemberdayaan Desa Binaan. Konsep yang diusung menekankan sinergi antara potensi lokal, kearifan budaya, dan pendekatan edukatif.
“Dengan dibukanya Sentra Edukasi Ukir Logam ini, kami semakin percaya diri bahwa pengunjung Kampung Edukasi tidak hanya datang untuk menikmati wisata budaya, tetapi juga untuk memperoleh pengetahuan baru,” ungkap Uun Sismiyardi, pegiat Kampung Edukasi sekaligus pengurus Pokdarwis Setia Tuhu.
Ia menambahkan, keberadaan sentra edukasi ini memberi harapan baru bagi perajin lokal yang selama ini bekerja di balik layar. Melalui kegiatan wisata edukatif, para perajin bisa tampil sebagai pendidik sekaligus pelaku budaya yang berbagi pengetahuan kepada generasi muda.
“Terima kasih kepada tim dari UMS yang telah mendampingi kami selama ini. Dukungan akademisi membuat kami semakin yakin bahwa Desa Kembangkuning bisa menjadi rujukan nasional untuk wisata berbasis edukasi dan budaya,” ujarnya.
Dengan demikian, Kampung Edukasi tidak hanya berfungsi sebagai destinasi wisata, tetapi juga sebagai pusat pelestarian pengetahuan lokal yang berorientasi pada pemberdayaan masyarakat.
Program pembukaan Sentra Edukasi Ukir Logam ini merupakan bagian dari kegiatan Pemberdayaan Desa Binaan UMS di Desa Kembangkuning, yang didanai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) Kemdiktisaintek.
Dukungan pendanaan diberikan melalui kontrak Nomor 006/LL6/PM/AL.04/2025; 120.1/A.3-III/LPMPP/V/2025 di bawah kepemimpinan Agus Triyono dari Program Studi Ilmu Komunikasi UMS.
Melalui program ini, tim UMS berkomitmen terus mendampingi masyarakat agar kegiatan wisata edukatif dapat berkembang secara berkelanjutan dan memberikan manfaat ekonomi maupun sosial.
“Kami berharap kegiatan pemberdayaan seperti ini dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat Kembangkuning. Dengan kolaborasi antara kampus dan desa, kita dapat membangun model wisata edukatif yang mandiri, produktif, dan berkarakter,” tutup Agus Triyono.


