YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Sebanyak 26 mahasiswa dan 2 dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) diberangkatkan menuju Kairo, Mesir, pada Senin (13/10) untuk melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Internasional. Selain jadi kampus pertama yang mengirimkan mahasiswa untuk mengabdi di bidang bahasa dan budaya di Mesir, UMY juga akan membawakan program kesiapsiagaan bencana berbasis Al-Islam dan Kemuhammadiyahan melalui kedua dosennya.
Kepala Sub-Direktorat Pengabdian Mahasiswa UMY, Dr. Al-Afik, Ns., M.Kep., menjelaskan bahwa sebelum keberangkatan, mahasiswa telah menerima dua jenis pembekalan.
“Pembekalan di kampus itu pembekalan umum. Jadi, pembekalan umum terkait dengan pemberdayaan, terkait dengan AIK juga. Selain itu juga pembekalan secara khusus di KKN Internasional terutama Kairo, Mesir ini. Selain program-program yang diinternasionalisasi, juga ada pembekalan umroh seperti manasik umroh, karena mereka juga akan menjalankan ibadah umroh,” terang Afik.
Afik menambahkan, pelaksanaan umroh akan diawalkan sebelum pelaksanaan KKN. Hal ini ditujukan agar mahasiswa dapat lebih fokus menjalankan program KKN selama satu bulan di Mesir setelah selesai beribadah.
Pelopor Pengabdian di Bidang Bahasa dan Budaya
Dalam kesempatan ini, UMY menjadi kampus pertama yang mengabdi di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kairo dengan fokus pada bidang bahasa, sastra, dan budaya. Afik menuturkan, ini merupakan sinergi yang diinisiasi oleh pihak KBRI Kairo.
“Pengembangan budaya dan bahasa terutama, itu kebetulan baru kampus UMY lah yang pertama untuk program ini. Pihak KBRI Kairo mempunyai harapan besar bisa saling bersinergi,” ujar Afik.
Menurutnya, UMY memiliki fakultas bahasa yang didukung oleh program studi Bahasa Arab, Inggris, dan Jepang. Sinergi ini diharapkan dapat memperkaya khasanah bahasa dan budaya antara Indonesia dan Mesir.
“Terutama di Mesir ini harapannya bisa saling bersinergi dengan kampus yang di sana, terutama Al-Azhar, untuk bisa saling mengisi guna memperkaya khasanah bahasa dan budaya. Karena Mesir itu memiliki sejarah panjang terkait dengan budaya yang punya beberapa kesamaan dengan Indonesia,” tambahnya.
Dosen Bawa Program Kesiapsiagaan Bencana dan Fikih Bencana
Selain program yang dijalankan oleh mahasiswa, dua dosen yang mendampingi, yakni Afik dan Talqis Nurdianto, Lc., MA., Ph.D., juga membawa program pengabdian masyarakat. Program ini merupakan bagian dari sinergi antara pengabdian dosen dan mahasiswa yang dicanangkan oleh Direktorat Pengabdian dan Riset (DRP) UMY mulai tahun ini.
“Saat ini nanti ada dua, kebetulan saya sendiri sebagai dosen, kemudian Ustadz Talqis. Itu ada bentuk pengabdian masyarakat yang saat ini kita mengambil tema terkait dengan kesiapsiagaan kekhawatiran sehari-hari dan bencana,” jelas Afik.
Program yang diusung oleh Afik adalah pengenalan Early Warning System (EWS) untuk daerah dengan potensi bencana, baik bencana alam maupun buatan (man-made). Tujuannya adalah agar masyarakat Indonesia maupun Mesir dapat mengenal EWS dan penanganan internal diri (self-assessment) ketika menghadapi kekhawatiran sehari-hari.
Sementara itu, Talqis yang berlatar belakang Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK), akan lebih fokus mengenalkan fikih bencana.
“Ustadz Talqis yang memiliki background AIK, nanti akan lebih banyak mengenalkan fikih bencana. Karena kebetulan fikih bencana ini juga diinisiasi oleh Muhammadiyah untuk bisa dikenal oleh masyarakat Indonesia yang ada di sana maupun masyarakat Mesir. Jadi disaster perspektifnya dari sisi fikih dan AIK,” tutup Afik. (FU)