MAKASSAR, Suara Muhammadiyah — Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2025 di lingkungan LLDIKTI Wilayah IX berlangsung khidmat dan semarak di Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, pada Jumat (2/5). Hardiknas tahun ini mengusung tema “Partisipasi Semesta, Wujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua”.
Ratusan dosen dari Perguruan Tinggi Swasta (PTS) se-Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tenggara memadati pelataran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIP) Unismuh hadir dalam peringatan Hardiknas tersebut.
Pada kesempatan ini, Unismuh dipercaya sebagai tuan rumah sekaligus pusat penyelenggaraan kegiatan. Wakil Rektor II Unismuh Makassar, Dr Ihyani Malik, mengatakan bahwa seluruh elemen kampus telah dikerahkan untuk menyukseskan acara tersebut.
“Kami melibatkan dosen, staf, dan mahasiswa, bahkan siswa dari SMA Unismuh untuk memastikan pelaksanaan berjalan tertib dan meriah. Ini momentum kebersamaan dunia pendidikan tinggi,” ujarnya.
Wakil Dekan III FKIP Unismuh, Dr Muhammad Akhir, tampil sebagai pemimpin upacara, Master of Ceremony diperankan oleh Sadriana Ayu, MPhil, dosen FKIP dan Pembaca Naskah UUD 1945, Abdul Halim MKep, dosen prodi Keperawatan. Selain itu, Siswa SMA Unismuh Makassar bertindak sebagai pengibar bendera merah putih, dan Tim Paduan Suara berasal dari Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Unismuh.
Pakaian Adat
Keunikan lainnya tampak dari barisan peserta upacara yang mengenakan pakaian adat dari berbagai daerah. Dosen, pegawai, dan pengurus yayasan tampil dengan busana tradisional yang mencerminkan keberagaman budaya Indonesia. Menurut Ihyani, pakaian adat bukan sekadar atribut seremoni, melainkan simbol bahwa pendidikan di Indonesia berakar pada kearifan lokal.
“Pendidikan tidak boleh tercerabut dari budaya. Justru dari kebhinekaan itulah lahir nilai-nilai keadaban dan identitas bangsa,” tegasnya.
Tiga Pesan Mendiktisaintek
Dalam upacara tersebut, Kepala LLDIKTI Wilayah IX, Dr Andi Lukman bertindak sebagai pembina dan membacakan amanat resmi Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Prof Brian Yuliarto.
Dalam sambutannya, Menteri menyoroti pentingnya pendidikan sebagai jawaban strategis atas berbagai persoalan global yang kompleks — mulai dari krisis iklim, revolusi digital, ketimpangan ekonomi, hingga disrupsi akibat kecerdasan buatan.
Diwakilkan oleh Andi Lukman, Brian menyebut dunia sedang menghadapi wicked problems yang tidak bisa diselesaikan dengan pendekatan konvensional. Dalam konteks ini, pendidikan tidak hanya menjadi ruang belajar, tetapi pusat pembentukan kesadaran, karakter, dan kolaborasi sosial.
Dalam sambutan tersebut, Andi menyampaikan tiga pesan dari Mendiktisaintek. Pertama, pendidikan harus menjadi respons langsung atas krisis multidimensi yang melanda dunia. Kedua, pendidikan hanya bisa bermakna jika dibangun melalui kolaborasi lintas sektor — antara pemerintah, masyarakat, perguruan tinggi, industri, dan komunitas lokal.
Ketiga, transformasi pendidikan tinggi ditandai dengan lima arah kebijakan: fokus pada dampak sosial, riset berbasis kebutuhan bangsa, sains untuk publik, hilirisasi hasil riset, serta sistem evaluasi yang akuntabel.
“Pendidikan hari ini akan menjadi wajah masa depan bangsa. Dan wajah itu sedang kita bangun bersama di ruang-ruang kelas, laboratorium, dan masyarakat,” ujar Andi.
Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan, LLDIKTI IX juga meluncurkan program donor darah berkala yang bertajuk “Dari Kampus untuk Negeri” bekerja sama dengan PMI Sulawesi Selatan dan perguruan tinggi mitra. Kegiatan ini berlangsung di Aula Fakultas Kedokteran Unismuh Makassar, melibatkan ribuan dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa secara sukarela.
Dalam acara ini, Kepala LLDIKTI IX menyerahkan piagam penghargaan kepada Unismuh atas partisipasinya sebagai tuan rumah peringatan Hardiknas 2025. (Hadi/Tia)