Arasy Allah

Publish

15 August 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
38
Foto Ilustrasi

Foto Ilustrasi

Arasy Allah

Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas 

Saya ingin mengulas pernyataan bahwa Allah bersemayam di atas arasy. Ini adalah salah satu subjek dari ayat Al-Qur`an yang juga sering disalahpahami. Untuk itu saya ingin mengawali pembahasan dari surat Yunus ayat 3; “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan.”

Ayat ini menegaskan bahwa Allah-lah yang menciptakan dan kemudian mengatur seluruh alam semesta. Hal krusial yang perlu dipahami adalah bagaimana kita bisa menetapkan posisi atau arah kepada Allah, padahal kita tahu bahwa Dia tidak memiliki sifat-sifat fisik seperti manusia. Para ulama pada umumnya sepakat bahwa hal ini tidak mungkin, sebab Allah berbeda dari segala yang dapat kita amati dan bayangkan.

Ayat-ayat Al-Qur`an yang menyebutkan sifat-sifat Allah seperti "tangan Allah" atau "mata Allah" sering kali membingungkan dan memicu pertanyaan di kalangan umat. Bagaimana mungkin Tuhan yang Maha Ghaib memiliki organ fisik seperti manusia? Untuk menjawab pertanyaan kompleks ini, kita bisa merujuk pada tafsir ulama klasik, seperti yang dijelaskan oleh Al-Qurthubi. Ia merangkum tiga pandangan utama yang dianut para cendekiawan Muslim.

Pandangan pertama adalah pendekatan yang paling sering dikenal: beriman tanpa perlu mempertanyakan cara. Pandangan ini dipopulerkan oleh ulama besar Imam Malik, pendiri salah satu dari empat mazhab hukum Islam. Ketika ditanya tentang makna istiwa (bersemayam), sebuah kata yang menyiratkan Allah duduk atau naik ke singgasana, Imam Malik memberikan jawaban yang sangat ringkas namun tegas. Beliau mengatakan, "Bersemayam itu diketahui, tapi caranya tidak diketahui. Mengimaninya wajib, dan menanyakannya adalah bid'ah." 

Jawaban ini menyoroti batas kemampuan akal manusia dalam memahami esensi Tuhan. Kita wajib meyakini apa yang Allah firmankan, namun kita dilarang untuk mencoba menguraikan detail fisik yang mustahil dipahami. Ini adalah cara untuk menjaga kemurnian keyakinan dan mencegah kita jatuh ke dalam spekulasi yang tidak berdasar.

Jawaban ini sangat terkenal karena secara tegas menghentikan pertanyaan lebih lanjut, menegaskan bahwa kita harus menerima ayat tersebut apa adanya tanpa perlu menyelami detail yang di luar jangkauan pemahaman kita. Saya masih ingat sebuah perdebatan di tahun 90-an di Padang. Ada seorang pemuda yang kembali dari studi di luar negeri sering menguji keyakinan orang lain dengan pertanyaan-pertanyaan semacam ini. Sayangnya ini menyebabkan perpecahan. Karenanya perlu ditekankan bahwa kita tidak seharusnya berdebat tentang masalah interpretasi yang tidak definitif, terutama karena pandangan-pandangan ini telah ada sejak zaman ulama klasik.

Salah satu pendekatan lain yang dicatat oleh Al-Qurthubi adalah tafsir harfiah. Pandangan ini mengartikan ayat-ayat Al-Qur`an secara langsung, seolah-olah Allah memiliki sifat-sifat fisik seperti manusia. Anehnya, beberapa ulama di masa lalu benar-benar menganut pandangan ini, bahkan sampai pada titik yang ekstrem. Beberapa pihak bahkan berpendapat bahwa "Allah duduk di atas takhta-Nya dan mengeluarkan suara."

Pendekatan ini dikenal sebagai antropomorfisme, atau penganugerahan sifat-sifat manusiawi kepada Tuhan. Ini adalah gagasan yang kontroversial, mengingat Allah dalam Islam dianggap Maha Ghaib dan tidak menyerupai apa pun. Kita bisa membandingkan ini dengan narasi dalam Kitab Kejadian, di mana dikisahkan bahwa Adam mendengar "Tuhan berjalan di taman," yang mungkin secara harfiah dipahami sebagai suara langkah kaki. Namun, ada tafsiran lain yang lebih masuk akal bahwa itu hanyalah suara gemerisik daun.

Meskipun pandangan antropomorfisme ini pernah dianut oleh beberapa ulama besar di masa lalu, pandangan ini menimbulkan tantangan serius. Saya sendiri merasa pandangan ini kurang menarik, karena secara fundamental bertentangan dengan konsep keesaan dan ketidakserupaan Allah dengan makhluk-Nya. Jika kita menganggap Allah memiliki wujud fisik, maka kita secara tidak langsung menyamakan-Nya dengan ciptaan-Nya, sesuatu yang secara tegas dilarang dalam ajaran Islam.

Pandangan yang paling banyak dianjurkan dan dianggap lebih menarik adalah interpretasi kiasan atau metaforis. Menurut pemahaman ini, frasa "Allah bersemayam di atas arasy" tidak boleh diartikan secara harfiah sebagai Allah duduk di sebuah kursi. Sebaliknya, frasa ini adalah sebuah metafora yang kuat untuk menggambarkan bahwa Allah mengambil kendali penuh dan mutlak atas seluruh alam semesta.

Penafsiran ini diperkuat oleh ayat-ayat yang mengikuti, yang menyatakan bahwa "Dia mengatur segala urusan." Artinya, arasy bukanlah objek fisik tempat duduk, melainkan simbol kekuasaan dan otoritas yang tak terbatas. Sama seperti singgasana raja yang melambangkan pusat kekuasaan, arasy melambangkan kedaulatan Allah yang mengendalikan dan mengatur segala sesuatu, dari hal terkecil hingga terbesar di seluruh jagat raya.

Dengan kata lain, arasy adalah manifestasi dari otoritas ilahi yang absolut. Kehadiran Allah di atas arasy menunjukkan bahwa Dia adalah sumber dari segala hukum alam, pengatur takdir, dan pemelihara kehidupan. Hal ini memberikan pemahaman yang mendalam tentang kemahakuasaan-Nya yang tak tertandingi dan mengingatkan kita bahwa tidak ada satu pun yang luput dari pengawasan dan kekuasaan-Nya yang tak terhingga.

Secara pribadi saya tidak tertarik pada pandangan antropomorfisme atau pandangan yang menolak penjelasan sama sekali. Pandangan metaforis adalah yang paling masuk akal. Karena Allah tidak terbayangkan oleh akal kita, maka wajar jika beberapa sifat-Nya dalam Al-Qur`an harus dipahami secara metaforis.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Spirit Nuzulul Qur’an: Pembangun Peradaban Islam Oleh: Dwi Kurniadi, Kader IMM Pondok Shabran....

Suara Muhammadiyah

19 March 2025

Wawasan

Mengenal Nilai-Nilai Islam dalam Kehidupan Masyarakat Jepang Oleh: Lady Nubailah Wahdah/Kader ....

Suara Muhammadiyah

14 April 2025

Wawasan

Oleh: Suko Wahyudi Dalam beberapa dekade terakhir, budaya konsumtif telah menjadi fenomena global y....

Suara Muhammadiyah

7 December 2024

Wawasan

Integritas dalam Sistem Politik Oleh: Saifullah Bonto, Demisioner Ketum PC IMM Kab. Pangkajene, Mah....

Suara Muhammadiyah

13 January 2024

Wawasan

Oleh: Rizal Bahara, STP, MM Sumber daya alam mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia. Sumb....

Suara Muhammadiyah

19 September 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah