Baitul Arqam Purna Studi UM Bandung: Meneladani Warisan Intelektual Islam

Publish

15 August 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
368
Dok Istimewa

Dok Istimewa

BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Barat Wahyu Srigutomo menegaskan bahwa integrasi keilmuan menjadi kebutuhan strategis bagi universitas Islam. Termasuk juga Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung.

Pesan tersebut ia sampaikan dalam kegiatan Baitul Arqam Purna Studi yang digelar Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Al-Islam Kemuhammadiyahan (LPPAIK) Universitas Muhammadiyah Bandung di Auditorium KH Ahmad Dahlan, Kamis (14/8/2025), di hadapan ratusan mahasiswa yang akan diwisuda akhir Agustus mendatang.

Dalam pemaparannya, Wahyu mengajak peserta untuk meneladani warisan intelektual Islam yang pernah melahirkan pusat-pusat keilmuan, seperti Baitul Hikmah dan Universitas Al-Qarawiyyin. Pada masa itu, ilmu agama dan sains modern hidup berdampingan tanpa adanya dikotomi. Mengutip Seyyed Hossein Nasr, ia menegaskan bahwa dalam Islam tidak pernah ada konflik mendasar antara agama dan sains.

Ia kemudian menjelaskan paradigma integrasi-interkoneksi yang diperkenalkan M Amin Abdullah. Integrasi keilmuan berarti menghubungkan kembali disiplin-disiplin yang terpisah. Wahyu juga mengangkat pandangan Syed M Naquib Al-Attas tentang konsep ta’dib bahwa pendidikan sejati bukan sekadar transfer pengetahuan, melainkan penanaman adab.

Lebih lanjut, Wahyu mengaitkan visi Muhammadiyah sebagai Islam Berkemajuan dengan pengembangan UM Bandung sebagai Islamic Technopreneurial University. Konsep ini memadukan AIK (Al-Islam Kemuhammadiyahan) dengan sains, teknologi, dan kewirausahaan. Menurutnya, amal saleh yang berlandaskan nilai Islam akan melahirkan kehidupan yang baik dan bermanfaat bagi banyak orang.

Dalam sesi studi kasus, Wahyu mencontohkan penerapan integrasi keilmuan di UIN Sunan Kalijaga serta pada prodi PAI UM Bandung yang memadukan nilai keislaman, teknologi pendidikan, dan edupreneurship. Ia mengutip pandangan Azyumardi Azra bahwa pendidikan tinggi Islam harus mampu menjaga tradisi sekaligus berinteraksi dengan modernitas.

”Meski demikian, tantangan masa depan bukan sekadar membangun kembali masa lalu, melainkan merekonstruksi pemikiran untuk menjawab kebutuhan zaman. Sains harus melayani nilai dan nilai harus menjadi penuntun sains. Mahasiswa diharapkan mampu menjadi penghubung antara ayat kauniah (alam) dan ayat qauliah (wahyu),” ujarnya.

Ia juga menekankan pentingnya kesadaran untuk merenungi tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta dan dalam diri manusia sebagai dorongan berpikir kritis dan kreatif. Dengan begitu, lulusan universitas Islam tidak hanya unggul dalam pengetahuan, tetapi berkarakter dan berdaya saing global.

Wahyu menutup paparannya dengan harapan agar para lulusan UM Bandung menjadi agen perubahan yang berilmu, berakhlak, dan siap berkontribusi membangun peradaban. Menurutnya, memadukan kekuatan nilai Islam dan sains modern merupakan kunci untuk melahirkan generasi yang mampu menjawab tantangan masa depan.*(FA)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

SALATIGA, Suara Muhammadiyah — Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan (HW) Jawa Tengah kembali mengge....

Suara Muhammadiyah

9 August 2025

Berita

Sinergi Pendidikan Hingga Kewirausahaan BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Universitas Muhammadiya....

Suara Muhammadiyah

8 August 2025

Berita

KUDUS, Suara Muhammadiyah - Lembaga Pengembangan Cabang Ranting dan Pembinaan Masjid (LPCRPM) Pimpin....

Suara Muhammadiyah

10 May 2024

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Ramadan 1445 H berakhir, tentu yang diharapkan dari yang menj....

Suara Muhammadiyah

9 April 2024

Berita

PONOROGO, Suara Muhammadiyah - Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Ponorogo pada Minggu (9/6....

Suara Muhammadiyah

10 June 2024