Bangun Kesadaran dan Kesiapsiagaan Melalui Simulasi Kebencanaan

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
114
Hari kedua Pelatihan fasilitator masjid dan mushala Muhammadiyah. Foto: Cris

Hari kedua Pelatihan fasilitator masjid dan mushala Muhammadiyah. Foto: Cris

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Pelatihan fasilitator masjid dan mushala Muhammadiyah tangguh bencana inisiasi Lembaga Resiliensi Bencana (LRB) kerja sama Lembaga Pengembangan Cabang Ranting dan Pembinaan Masjid (LPCRPM) Pimpinan Pusat Muhammadiyah memasuki hari kedua, Sabtu (24/5).

Pada hari kedua yang berlangsung di Wisma Sargede, Jalan Pramuka Kav 5F UH, Kota Gede, Yogyakarta ini, lebih mengutamakan pada diskusi kelompok dan praktik.

Sesi pertama, Heniwati Wahyu, Ketua Bidang Mitigasi dan Kesiapsiagaan LRB PP Muhammadiyah, menerangkan bencana yang sewaktu-waktu terjadi niscaya melahirkan potensi kerugian yang beragam.

“Pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat,” katanya.

Maka, kata Heni, perlu adanya kajian risiko bencana. Menurutnya ini sangat diperlukan untuk mengantisipasi dampak yang mungkin terjadi. “Potensi dampak negatif seperti potensi jumlah jiwa yang terpapar, kerugian harta benda, dan kerusakan lingkungan,” sebutnya.

Juga, menyangkut ancaman, perlu di breakdown lebih terperinci lagi. Beberapa hal yang menyangkut di dalamnya meliputi ancaman geologi, hidrometerologi dan perubahan iklim, biologi, lingkungan, kegagalan teknologi, dan sosial.

“Sesuai UU 27/2007, ancaman bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana,” jelasnya.

Sesi kedua, Nabibul Umam Eko Sakti, Wakil Ketua 1 LRB PP Muhammadiyah, mengingatkan bencana menjadi urusan umat manusia. Karena itu, keberadaan tim siaga bencana masjid dan mushala (TSBm) sangat penting, terutama dukungan jamaah dan masyarakat sekitar.

“Peningkatan pengetahuan dan wawasan kebencanaan menjadi modal penting bagi tim siaga bencana dalam meneguhkan keberadaannya,” urainya.

Umam menyambung, TSB perlu dibentuk di setiap masjid dan mushala. Hal ini menjaga keberlangsungan jamaah. “Memastikan upaya penanggulangan bencana berlangsung dan terwujud,” bebernya. Sesi ini, juga praktik membentuk TSBM. Termasuk, menyusun SOP (Standart Operating Prosedure).

“SOP ini berlaku untuk semua orang yang berada di lingkungan Masjid-Musala pada saat terjadi bencana. Isi dari prosedur tetap ini sangat tergantung dari : 1) Jenis bencana yang terjadi; 2) situasi dan kondisi setempat,” ujarnya.

Sesi ketiga, Waluyo, Wakil Sekretaris Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, secara teknis memaparkan Pengembangan Manajemen masjid Muhammadiyah sebagai basis Penanggulangan Bencana. Dalam pengelolaan Masjid dan Musala, Majelis wajib berkoordinasi dengan Majelis setingkat di atasnya.

“Majelis berkewajiban melakukan pembinaan, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan, dan melakukan evaluasi dan monitoring tata kelola Masjid dan Musala,” tuturnya.

Masjid, sambung Waluyo, fungsi masjid yaitu ibadah shalat wajib dan sunah, dakwah pendidikan dan kaderisasi. “Keilmuan dan kebudayaan, pembinaan jamaah, pelayanan dan pemberdayaan umat, dan keghiatan lainnya.

Kemudian, sesi keempat, diberikan pelatihan menulis khutbah dan kultum, Talqis Nurdianto, Anggota Majelis Tabligh PP Muhammadiyah. Ia menerangkan sistematisasi dalam menyiapkan materi. Menurutnya, penyusunan materi dakwah perlu memperhatikan alur logika yang runtut, dimulai dari penetapan tema, tujuan, hingga pemilihan dalil yang relevan.

“Cabang ilmu atau seni berbicara di hadapan banyak orang dengan tujuan meyakinkan dan memengaruhi mereka,” terangnya.

Salah satu fungsi khatib, memberi peringatan, menyampaikan pesan, nasehat, pembelajaran, kabar gembira, dan bagian dari syarat sahnya. Khususnya mengajak masyarakat untuk tidak melakukan kerusakan lingkungan.

“Konsep ini berangkat dari pemahaman bahwa banyak bencana berasal dari tindakan manusia yang merusak alam dan sosial,” urainya.

Wakil Sekretaris LRB PP Muhammadiyah Budi Santoso menilai, bencana boleh terjadi. Meskipun demikian, tetap waspada dan siaga. Karena itu, perlu simulasi bencana.

“Praktik latihan atau melaksanakan prosedur tanggap darurat yang dirancang untuk mempersiapkan masyarakat dan instansi menghadapi berbagai jenis bencana atau kejadian darurat lainnya,” jelasnya.

Budi juga menerangkan, tujuan dari simulasi sebagai menguji pengetahuan, keterampilan, dan komitmen dalam SOP. “Menumbuhkan kesadaran kebencanaan, meningkatkan kesiapan dan kesiagsiagaan bencana,” ulasnya. (Cris)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

JAKARTA, Suara Muhammadiyah - Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA (Uhamka) Menandatangani Komit....

Suara Muhammadiyah

17 April 2025

Berita

MAKKAH, Suara Muhammadiyah - Memasuki hari ke-17 operasional haji 1446 H/2025 M, Kementerian Agama k....

Suara Muhammadiyah

19 May 2025

Berita

MAKASSAR, Suara Muhammadiyah – Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah (Unismuh) M....

Suara Muhammadiyah

1 February 2024

Berita

Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA (Uhamka) melalui Badan Pembinaan dan Pengembangan Kemahasis....

Suara Muhammadiyah

20 May 2025

Berita

SEMARANG, Suara Muhammadiyah – Lazismu Jawa Tengah mencetak sejarah baru dalam pengelolaan zak....

Suara Muhammadiyah

26 November 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah