Bangun Kesadaran Daulat Pangan Melalui Jamnas JATAM

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
127
Jambore Nasional JATAM I di Kebumen Jawa Tengah

Jambore Nasional JATAM I di Kebumen Jawa Tengah

KEBUMEN, Suara Muhammadiyah - Suasana semarak sudah mulai terasa saat saya menyusuri jalanan dari Pendopo Kabupaten Kebumen menuju Kantor Dinas Kominfo yang berjarak tak lebih dari 3 km. Dengan mengendarai ojek online, saya melihat spanduk ucapan selamat datang telah terpampang di setiap ruas jalan. Perjalanan ini bertujuan untuk menggali informasi terkait persiapan, agenda penting, program-program pemberdayaan, serta harapan besar dari sebuah komonitas tani di bawah naungan Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang selama 3 hari ini akan melangsungkan kegiatan Jambore Nasional di Kebumen (19/9). 

Berawal dari pesan singkat saya pada pukul 8 pagi, saya pun menerima ajakan Pak Wahyudi Nasution untuk bertemu di Kantor Dinas Kominfo Kabupaten Kebumen. Di sana, beliau ternyata sudah memiliki agenda yang sama seperti yang saya rencanakan, yakni wawancara. Karena sudah dijadwalkan dengan media televisi lokal dan itu sesuai dengan rencana awal, saya pun memohon izin untuk ikut bergabung. Dan tak memerlukan waktu lama, saya pun diizinkan. 

Wahyudi Nasution, Ketua Panitia Pusat Jambore Nasional JATAM I menyampaikan bahwa kelahiran Muhammadiyah sejatinya dilatarbelakangi oleh kondisi sosial dan masyarakat yang  memprihatinkan. Banyak dari masyarakat Indonesia yang lemah dan terbelakang. Melihat situasi tersebut, Muhammadiyah pun lahir untuk memihak mereka yang tak berdaya. 

Pada Muktamar Muhammadiyah ke-44 tahun 2000 di Jakarta, lahir keputusan tentang perlunya bagi Muhammadiyah untuk menggarap langsung kaum yang lemah dan terpinggirkan itu melalui berbagai program pemberdayaan sosial. Di situlah awal mula lahirnya Lembaga Buruh Tani dan Nelayan (LBTN) Muhammadiyah.  

Dalam perjalanannya selama 5 tahun, permasalahan terkait kelompok masyarakat ini semakin urgen. Maka pada Muktamar Muhammadiyah ke-45 di Malang diputuskan Lembaga Buruh Tani dan Nelayan berubah nama menjadi Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM). “Sehingga posisioningnya menjadi lebih kuat,” ujarnya. 

Setelah beberapa tahun mengalami revitalisasi. Puncaknya pada Muktamar di Yogyakarta tahun 2015 dan Muktamar Surakarta tahun 2022, MPM semakin diperteguh peran sebagai trisula Muhammadiyah di bidang sosial dan kemasyarakatan. 

“Sejak tahun 2018, MPM telah melembagakan gerakan khusus untuk pertanian, perikanan dan peternakan dalam wadah Jamaah Tani Muhammadiyah (JATAM),” tegasnya. 

Belum berselang lama, setahun setelah kelahirannya kembali, aktivitas JATAM harus terhenti karena pandemi Covid-19. Ia mengaku bahwa fenomena global ini menjadi ujian berat bagi JATAM. Muktamar 48 di Surakarta pun menjadi momentum bagi JATAM untuk bangkit. 

“Setelah pandemi Covid-19 mereda, kami kembali untuk melakukan revitalisasi terhadap Jamaah Tani Muhammadiyah. Dan dalam salah satu program kerja kami adalah menyelenggarakan Jambore Nasional,” ucap Wahyudi menjelaskan sambil bercerita. 

Ia pun mengungkapkan alasannya mengapa memilih Kebumen sebagai tuan rumah penyelenggaraan Jambore Nasional JATAM yang pertama. Untuk saat ini, ia memandang bahwa yang paling solid dan siap untuk menylenggarakan kegiatan berskala nasional adalah Jawa Tengah. “Maka kami putuskan untuk jambore yang pertama ini, supaya koordinasi juga lebih dekat, Jawa Tengah saja,” ungkapnya kepada Suara Muhammadiyah. 

Pilihan terhadap Jawa Tengah ternyata belum selesai. Ketua Pimpinan Wilayah Jawa Tengah, KH. Tafsir pun mengusulkan Kebumen sebagai tuan rumah. Tak beberapa semuanya pun menyepakati dan Bupati Kebumen menyanggupi serta menerima dengan senang hati. 

Mengusung tema Daulat Pangan untuk Indonesia Berkemakmuran, Wahyudi ingin menyampaikan pesan dan mengajak seluruh masyarakat untuk membangun kesadaran kolektif terhadap pentingnya kedaulatan pangan bagi sebuah bangsa. Optimisme ini bukan tanpa dasar. Ia menyebutkan berbagai macam potensi bangsa yang begitu besar, mulai dari jumlah universitas yang memiliki fakultas pertanian, kekayaan alam, iklim yang sangat mendukung, dan lain sebagainya. 

“Mari kita belajar kepada Nabi Yusuf. Tentang bagaimana beliau mengantisipasi musim paceklik. Nabi Yusuf pun kemudian berhasil mengatasi masalah itu sebagaimana kisahnya diabadikan di dalam Al-Qur’an,” tegasnya. 

Belajar dari Nabi Yusuf, menurutnya, ada teori yang sangat strategis tentang bagaimana mengelola dan menyimpan hasil panen, kapan harus melakukan budidaya, bagaimana cara menikmati hasilnya secara adil. 

“Saya ingin mengajak melalui jambore ini, tentang pentingnya membangun kesadaran terkait perlunya bagi kita membangun kedaulatan pangan kita sendiri, di tengah situasi global yang semakin tidak menentu,” tutupnya. (diko)

 


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

OKUTIM, Suara Muhammadiyah - Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Ogan Komering Ulu Timur (....

Suara Muhammadiyah

1 January 2024

Berita

PURWOKERTO, Suara Muhammadiyah - Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) bersama Asosiasi Ins....

Suara Muhammadiyah

1 December 2023

Berita

JAKARTA, Suara Muhammadiyah - Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) Pimpinan Pusat Muhammadiyah melakukan a....

Suara Muhammadiyah

6 August 2025

Berita

BANDUNG, Suara Muhammadiyah - Pimpinan dan Anggota Majlis Pembinaan Kesejahteraan Sosial Pimpinan Pu....

Suara Muhammadiyah

4 March 2024

Berita

MEDAN, Suara Muhammadiyah - Sebanyak 70 peserta yang terdiri dari Amil dan Amilah Lazismu se Sumater....

Suara Muhammadiyah

4 October 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah