BANYUMAS, Suara Muhammadiyah – Peluncuran Beasiswa MBS Zam-Zam untuk biaya pendidikan para kader Persyarikatan senilai 800 juta rupiah diserahkan Direktur MBS Zam-Zam, Arif Fauzi, Lc., M.Pd., kepada Ketua Pimpinan Cabang (PC) Muhammadiyah Cilongok, Ir. Wahyudianto, disaksikan oleh dai pemilik gelar Datuk Seri Ulama Setia Negara, Prof. H. Abdul Somad, Lc., D.E.S.A., Ph.D., yang familiar dengan sebutan Ustadz Abdul Somad (UAS) serta lima ribuan jamaah yang hadir dalam Tabligh Akbar Parenting, pada Jum’at (28 November 2025) di MBS Zam-Zam Kampus 3 Desa Karanglo, Cilongok, Banyumas.
Kehadiran UAS di Banyumas untuk pertama kali ini mendapat sambutan jamaah dengan antusias dari berbagai kalangan. Mereka secara berbondong-bondong hadir penuh semangat mengaji dan berkesempatan dapat menyimak langsung tausiyah dari Ustadz kondang bertaraf international ini. Sebelum Jum’at, pengunjung baik lelaki dan perempuan serta anak-anak rela berjalan kaki ratusan meter dari lapangan parkir kendaraan yang mengangkut mereka dari berbagai pelosok desa di sejumlah kecamatan di wilayah Banyumas Barat. Setelah salat Jum’at masjid berlantai tiga dan halaman pesantren dipenuhi jamaah tanpa menyisakan ruang, bahkan sebagian para hadir rela duduk berdesak di tangga masjid.
Direktur Muhammadiyah Boarding School (MBS) Zam-Zam Arif Fauzi Lc., M.Pd., merasa bersyukur atas kesuksesan kegiatan yang sudah direncanakan jauh-jauh hari. Atas nama lembaga beliau menyampaikan ucapan terima kasih kepada UAS beserta timnya yang telah mempercayakan MBS Zam-Zam sebagai salah satu tempat untuk lawatannya di Jawa Tengah dalam kegiatan tabligh akbar.
“Kami juga memohon maaf yang setulus-tulusnya kepada seluruh jemaah yang tidak semuanya bisa tertampung di ruangan ini karena kapasitas masjid ini adalah 1.700 dan yang di luar sana lebih banyak lagi. Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa ta’ala akan ganti dengan pahala yang lebih baik,” kata Direktur.
UAS dalam ceramahnya menyampaikan tema ‘Pendidikan Profetik: Menghormati Guru, Memuliakan Murid, Membangun Peradaban Emas.’ Setidaknya ada empat langkah. Pertama pendidikan profetik, dimana orang tua agar mengarahkan pendidikan anak sejak dini hingga sekolah lanjutan baik dari TK, SD/MI/ hingga SLTA/ MA, dengan sangat menekankan agar orang tua merasa sangat berkepentingan bagi putra putrinya menuntut ilmu di pondok pesantren. Menurutnya, benteng terakhir pertahanan moral bagi generasi muda saat ini tidak lain pondok pesantren. Tetapi, begitu anak memasuki jenjang bangku kuliah bolehkan mereka memilih jurusan sesuai dengan minat dan bakatnya.
Kedua, urgensinya menghormati guru. Adab adalah mahkota ilmu. Guru sebagai cermin masa depan murid. Setelah anak menjadi besar, hendaklah ia senantiasa memuliakan guru-gurunya. “Kalau cerita tentang banyak ilmu, yang paling hebat ilmunya ya -- dulu kata orang yang paling hebat Syekh Google. Sekarang ada lagi, setelah Google itu ternyata punya Syekh juga namanya Syekh AI. Ialah yang banyak ilmunya tapi mereka tidak ada keberkahan. Maka adik-adik nanti setelah kalian menjadi orang-orang hebat, orang-orang besar, ada yang jadi wamen, ada yang jadi Menteri. Kalian akan membangun Indonesia ini baldatun thayyibatun warabbun ghofur,” terang UAS seraya mengaminkan.
Lanjut singa podium asal Sumatera ini, langkah ketiga agar memuliakan murid. Minat dan keinginan belajar sebagai modal dasar dalam meraih kesuksesan belajar. Karena itu, orang tua hendaknya mempercayakan anak-anak pada pesantren yang membangun kemandirian, kesungguhan, dan kedisiplinan belajar. Kemandirian adalah jalan menuju kemuliaan. Keempat, menjadi generasi yang berjiwa dan berfikrian merdeka dengan bekal akidah yang benar, praktik ibadahnya betul, ilmu-ilmu pokok dikuasai, juga memiliki kemampuan bahasa, baik bahasa asing seperti Bahasa Arab dan Bahasa Inggris, maupun bahasa komunikasi sehari-hari. Tujuannya supaya menjadi generasi yang dapat mewujudkan negeri ini benar-benar merdeka menuju Indonesia emas.
“Di bawah ini ada nikel, di bawah ada batu bara, di bawah ada emas, di bawah ada uranium. Jangan sampai yang ngolah orang lain masuk ke negara kita, diambil, dibawa keluar. Karena kita tidak mampu mengolahnya. Maka yang jadi arsitek, yang jadi pakar, yang jadi ekonom, jangan sampai kita dijajah dua kali. Jepang sudah pulang ke Tokyo, Belanda sudah pulang ke Amsterdam. Insyaallah kitalah yang menata negara kita menuju Indonesia Emas 2045. Baldatun thayyibatun warabbun ghofur insyaallah,” tandas UAS.
Hadir dan memberikan sambutan, Bupati Banyumas yang diwakilkan Kepala Dinas Pendidikan Banyumas, Drs. Joko Wiyono, M.Si., sedangkan tamu kehormatan lainnya, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Banyumas, Drs. M. Djohar, M.Pd., beserta jajarannya, Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah Banyumas, Dr. Zakiyah, M.Si., Jajaran Badan Pembina MBS Zam-Zam, H. Casiwan Haryosasongko, Ustadz Mintaraga Eman Surya, H. Tohar MS.I., Drs. Agus Miftah, MUI Kabupaten Banyumas, BI, Forkompincam Cilongok, Pengurus PCM dan PCA Cilongok beserta ortomnya, Kepala SMA MBS Zam-Zam, Pandi Yusron B.Sh., M.H. Kepala SMP MBS Zam-Zam, Evy Nurhidayati, S.Pd., Formasi serta para Kepala Sekolah SD/MI dan SMP/ MTs se Banyumas. Acara ditutup dengan doa bersama yang dipimpinan UAS.(hamidin)


