Berpolitik yang Bermuhammadiyah

Publish

22 January 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
207
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Berpolitik yang Bermuhammadiyah
Oleh: Tri Aji Purbani, A.Md, BI, Majelis Ekonomi Bisnis, Pariwisata dan Pengembangan UMKM Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Brebes

Aristoteles, seorang filosof Yunani terkemuka mengatakan, bahwa politik merupakan ilmu yang paling tinggi kedudukannya. Karena tujuan dan target akhir politik adalah bagaimana menyelenggarakan kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang sehat. Sehingga semua warga negara merasa dilindungi dan dibela hak-haknya, untuk tumbuh menjadi pribadi sehat sesuai minat dan bakatnya.

Dengan demikian, politik dipandang sebagai seni dan ilmu yang sangat terhormat. Maka idealisme politik ini akan terkikis, jika politik dipahami hanya sekedar urusan kepentingan pribadi.

Apabila seorang memikirkan kepentingan pribadinya demi meraup pundi-pundi politik maka dikatakan orang itu sudah merusak idealisme politik, "dimana angin bertiup diakan mengikutinya" mengutip dari  sekretaris PDM Brebes

Artinya, bila para pelaku politik tidak bermoral dan tidak memiliki kapasitas idealisme mana mungkin mereka bisa mendidik dan mendesain masyarakat agar hidup dan berkembang menjadi masyarakat yang beradab. Padahal politik dipandang sebagai seni dan ilmu yang sangat terhormat.

Idealisme politik yang berorientasi pada  rakyat atau menjawab kepentingan dan kebaikan bersama selalu menjadi tema utama orasi para pelaku politik. Namun dalam hidup berpolitik, seringkali disalahgunakan para  pelaku politik, sehingga tujuan politik menjadi tidak jelas.

Akibatnya politik tidak lagi dirancang untuk melahirkan kebaikan bersama, tetapi menjadi batu loncatan untuk mencapai kepentingan pribadi dan menjatuhkan lawan politiknya dengan Zalim. "Unlawful Killing” Terhadap Demokrasi. pada titik inilah, makna politik menjadi distorsi. menggunakan cara-cara yang tidak etis. cara seperti inilah yang merusak tatanan berpolitik, yang akhiranya  nilai politik terdegradasi menjadi jelek dimasyarakat, menjadi pragmatis ekonomi yang  menghitung untung rugi.

Pak Haedar Nashir pernah berkata "Cintailah rakyat sepenuh hati lebih dari sekedar pencitraan seolah olah prorakyat, namun hanya untuk  melapangkan jalan politik sendiri,,....."

Keberagaman komentar dan penilaian muncul dari dogma dogma yang berseberangan dengan Muhammadiyah, baik anggota ataupun simpatisan dari jauh memang Muhammadiyah sebuah organisasi yang mendorong sesuatu anggotanya agar kekeh dalam pendirian, tapi dari dekat terdapat. Moral yang sistematis menerapkan ketuhanan yang langsung diambil dari Al Qur'an dan Al Hadist, Muhammadiyah sangat menghargai pengabdian pribadi dari anggotanya Muhammadiyah adalah organisasi yang disiplin tetapi tidak alat pendisiplinan yang efektif selain kesadaran para anggotanya.

Memang Muhammadiyah bukan orgonisasi Politik tapi peran politik Muhammadiyah harus diperhitungkan oleh kekuatan kekuatan politik lain dinegara ini.

Sejarah membuktikan betapa peran politik Muhammadiyah dalam mendirikan Negara di masa perjuangan sampai era Reformasi  Muhammadiyah selalu ikut andil di dalamnya

Sebut saja beberapa kejadian Politik yang selalu menjadi sorotan baik pemilihan Presiden atau pun pemilihan legeslatif, pendirian partai sampai Pilkadapun baik langsung atau tidak langsung Muhammadiyah memiliki saham untuk terjun ke arena yang sebenarnya bukan lahan Muhammadiyah walaupun Secara organisatoris Muhammadiyah tidak akan berafiliasi dengan partai politik manapun akan tetapi bau anggotanya tercium jelas, partai politik mana yang didukungnya, kecuali anggota yang tersesat yang beralasan mengikuti aliansi strategis tapi itu hanya akan membuahkan fikiran yang pragmatis, boleh dikatakan "tidak usah repot merubah jalanya partai, sudah bisa bertahan dijalur yang benar saja sudah untung,

Apapun kegiatan dan sepak terjang yang dilakukan oleh para pemimpin Muhammadiyah dan kadernya yang berhubungan dengan politik praktis tentu harus berpedoman dengan Khittah perjuangan dan ideologi muhammadiyah. Ideologi ibarat akar, yang menopang pohon dan ranting. Akar yang kuat akan membuat pohon kokoh berdiri, sedangkan akar yang lemah akan mudah tercabut, dan pohon akan tumbang. Begitu pula dengan Muhammadiyah ketika ideologi lemah bisa dipastikan persyarikatan ini akan diisi oleh para pengkhianat yang sangat merugikan, dan pada akhirnya Muhammadiyah hanya nama, yang menghilangkan karakteristik persyarikatan.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Belajar dari Kiai Dahlan dan Jackie Chan Oleh: Agusliadi Massere, Wakil Ketua Majelis Pustaka dan I....

Suara Muhammadiyah

27 December 2023

Wawasan

Oleh: Izza RohmanKetua Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah New South Wales Selain mengusung kons....

Suara Muhammadiyah

4 January 2024

Wawasan

Oleh: Miqdam Awwali Hashri, SE Kesehatan adalah hal yang paling utama. Orang yang sehat dapat berib....

Suara Muhammadiyah

24 July 2023

Wawasan

Merawat Kader, Merawat Ideologi: Muhammadiyah Harus Menjemput Bola Oleh: Kens Geo Danuarta, Kader I....

Suara Muhammadiyah

28 February 2024

Wawasan

Menuju Indonesia Emas 2045, Siapkah Tenaga Kerja di Indonesia? Oleh: Larasati Indah Lestari, Magist....

Suara Muhammadiyah

23 March 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah