WAKATOBI, Suara Muhammadiyah - Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) kembali bergiat dalam pemberdayaan masyarakat suku Bajo yang tinggal di desa Mola Nelayan Bakti, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Program yang telah berjalan selama tiga tahun ini digawangi oleh mahasiswa UMY yang tergabung dalam tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tapak Pengabdi Khatulistiwa (Tabik). Di tahun 2025 ini, sebanyak tiga puluh mahasiswa dari berbagai program studi di UMY.
“Dalam program pendidikan dilakukan dengan kelas outdoor, baca tulis hitung, mari beribadah, bimbingan baca Al Qur’an. Program dilakukan dengan keliling desa Mola Nelayan Bakti, dan masjid yang ada di desa. Pernah kegiatan yang kami lakukan diikuti lebih dari lima puluh anak,” ujar Bintang Soediono, ketua tim KKN Tabik pada Ahad (24/7). Bintang menambahkan program ini bertujuan meningkatkan kesadaran tentang pendidikan kepada anak-anak suku Bajo. “Program kami bisa berlangsung dengan dukungan kampus, pemerintah dari berbagai tingkatan di Wakatobi, warga Mola Nelayan Bakti, dan dosen pembimbing lapangan yang aktif membersamai KKN sejak sebelum sampai pelaksanaan,” tambahnya lagi.
Yang menarik dari KKN UMY di Mola Nelayan Bakti ini juga berkolaborasi dengan komunitas Sikola Bajalan. Sikola Bejalan adalah komunitas yang diperuntukan anak suku Bajo yang untuk meningkatkan numerasi dan literasi dengan pendekatan kearifan lokal. Komunitas ini menyasar anak yang tidak sekolah, anak putus sekolah, dan anak sekolah yang belum bisa membaca.
“Kegiatan KKN yang dilakukan oleh UMY sangat baik karena mau berkolaborasi dengan komunitas di daerah. Mahasiswa UMY yang KKN mau beradaptasi dengan kearifan lokal dalam meningkatkan literasi dan numerasi anak-anak Bajo,” ujar Agustia, pendiri komunitas Sikola Bajalan.
Ada beberapa sarana pendidikan di lingkungan masyarakat Bajo. Terdapat dua PAUD, dua SD, satu SMP, dan satu SMA di lingkungan Bajo yang berada di atas laut. Salah satunya dikelola oleh Muhammadiyah yaitu SMA Muhammadiyah 1 Wakatobi. (FJ)