YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Pada zaman sekarang, banyak orang begitu rupa untuk membangun masjid. Hatta dengan pernak-pernik kemegahan yang melekat dalam proses konstruksinya.
Namun, di satu sisi, jangan sampai mengalpakan orientasi utamanya, yaitu menjadikan masjid sebagai episentrum pertemuan hamba dengan Allah untuk meningkatkan kadar keimanan.
“Masjid harus menjadi tempat untuk meningkatkan keimanan kita kepada Allah (khusyuk beribadah berjamaah. Susahnya meningkatkan iman,” kata Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir saat Peresmian Masjid Ngadinegaran, Mantrijeron, Kota Yogyakarta, Jumat (31/10).
Iman, sambung Haedar, sangat penting karena variabel itu mendorong umat manusia, khususnya umat Islam, ada dorongan dari dalam jiwa mengekspresikan kesyukuran. Seberapa pun nikmat termasuk rizki yang diterima maka harus dipergunakan untuk hal-hal yang membawa kemanfaatan.
“Jangan sampai sering terus berjamaah, tapi tidak punya makna iman itu melekat di dalam diri kita,” tegasnya.
Bahkan, di wanti-wanti Haedar, jangan sampai rajin beribadah, lalu mengklaim dirinya manusia paling beriman dan paling bertakwa di antara manusia-manusia yang lain. “Menganggap yang seperti Itu tidak boleh,” tekannya.
Demikian telah disinggung Allah sebagaimana termaktub di Qs An-Najm ayat 32, “Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci (merasa diri paling benar sendiri (semuci)).”
Ayat ini menyatakan bahwa manusia tidak berhak menganggap diri mereka bersih dari dosa karena Allah Maha Mengetahui keadaan dan kelemahan masing-masing dari personal manusia secara mendalam.
“Iman melahirkan sikap seperti itu. Siapa pun dia, entah ustadz, kiai, tokoh agama, semuanya manusia yang relatif. Tidak perlu dikultuskan seakan-akan dia bebas dari salah dan keliru. Nah, ini sikap iman, tapi harus didukung ilmu pengetahuan,” tandasnya.
Di sinilah optimalisasi fungsi masjid. Yang dijadikan tempat penempaan diri meningkatkan kualitas iman, dan pada saat yang sama, harus bersinggungan dengan misi peningkatan ilmu pengetahuan. Karena, ilmu tanpa balutan iman, niscaya kehidupan bisa kehilangan arah dan makna.
"Masjid bukan hanya sebagai pusat ibadah yang membentuk iman, takwa, tauhid, dan melahirkan kesalehan," tandasnya. (Cris)


