KKN di Perguruan Tinggi Muhammadiyah: Kampus Berdampak untuk Umat Berkemajuan
Oleh: Dr. Ijang Faisal, M.Si, Kepala LPPM Universitas Muhammadiyah Bandung
Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan salah satu program pengabdian masyarakat yang menjadi bagian integral dari tridarma perguruan tinggi. Di lingkungan Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM), Kuliah Kerja Nyata (KKN) tidak sekadar program pengabdian rutin semata, tetapi telah menjadi sebuah medium dakwah intelektual dan aksi nyata menuju perubahan sosial yang dilakukan persyarikatan selama ini.
Dalam dinamika masyarakat yang terus berubah pada struktur sosial, nilai-nilai dan norma, tantangan globalisasai dengan digitalisasi yang terus berkembang, kesenjangan sosial, dan krisis lingkungan. PTM melalui program KKN berupaya menghadirkan solusi berbasis ilmu dan nilai. Mahasiswa didorong maksimal untuk menjadi agen perubahan (agent of change) yang membawa pemikiran kritis, inovasi sosial, serta nilai-nilai Islam rahmatan lil alamin ke tengah-tengah masayarakata untuk mewujudkan umat yang berkemajuan.
Sejalan dengan gerakan “Kampus Berdampak” yang saat ini sedang digulirkan kemendikti saintek. Muhammadiyah senantiasa mendorong PTM-PTM nya tidak hanya fokus pada aktivitas akademik di dalam kampus (seperti pengajaran dan riset), tetapi juga mendorong agar kampus PTM memberikan pengaruh nyata dan positif bagi masyarakat, lingkungan, dan pembangunan bangsa secara luas.
Mengusung semangat Islam Berkemajuan, KKN di PTM menjadi titik temu antara keilmuan, keislaman, dan kemanusiaan. Di sinilah mahasiswa belajar tidak hanya “mengajar”, tapi juga memahami, mendengarkan, dan berproses bersama Masyarakat, dan ini sejalan dengan konsep kampus berdampak.
Sejalan dengan itu, kebijakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Perguruan Tinggi Muhammadiyah tidak hanya bersifat lokal (reguler), tetapi telah berkembang dalam beberapa bentuk pelaksanaan KKN, seperti KKN Reguler (KKN yang dilaksanakan oleh mahasiswa PTM di wilayah lokal kampusnya), kemudian ada KKN-Mas (Program KKN kolaboratif antar-PTM se-Indonesia yang diselenggarakan oleh Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Pengembangan PP Muhammadiyah), dan ada KKN Internasional (Sebuah kegiatan inovasi pengabdian masyarakat skala global yang melibatkan mahasiswa PTM untuk melakukan KKN di luar negeri, seperti Thailand Selatan, Malaysia, Kamboja, Jepang, hingga Timur Tengah seperti Saudi Arabia dan Mesir).
Di lingkungan Perguruan Tinggi Muhammadiyah, KKN tidak sekadar agenda rutin akademik, melainkan merupakan manifestasi dari misi dakwah dan pemberdayaan umat. Lebih dari itu, KKN di PTM menjadi cermin dari semangat Islam berkemajuan yang menggabungkan nilai-nilai keislaman, keilmuan, dan kemanusiaan untuk mewujudkan umat yang berkemajuan.
Konsep “Islam Berkemajuan” yang menjadi identitas Muhammadiyah pada tataran praktisnya adalah semangat mendorong untuk mewujudkan umat yang berkemajuan. Ia merupakan visi transformatif yang menggabungkan nilai tauhid, ilmu, dan etika modernitas. Dalam kerangka inilah, KKN di PTM diposisikan sebagai media praksis dari dakwah Muhammadiyah: menyebarkan nilai Islam rahmatan lil alamin melalui sentuhan inovasi, pemberdayaan, dan advokasi sosial.
KKN bukan sekadar formalitas akademik. Ia adalah arena pembuktian bahwa mahasiswa Muhammadiyah tidak hanya pandai berdiskusi di ruang kuliah dan akademik, tetapi mampu hadir dan memberi makna di tengah Masyarakat secara luas.
Di lapangan, KKN Muhammadiyah terbukti telah membedakan diri. Alih-alih membawa program top-down, mahasiswa PTM diajarkan metode pemetaan partisipatif. Mereka tidak sekadar menawarkan solusi, tetapi menggali potensi lokal, memanfaatkan sumber daya yang ada, dan menghindari praktik karitatif yang hanya bersifat sesaat.
Membedakan Diri: KKN Muhammadiyah dan Islam Berkemajuan
Apa yang membedakan KKN di PTM dari KKN yang dilakukan Perguruan Tinggi lainnya? Jawabannya terletak pada ideologi dan nilai-nilai dasar Muhammadiyah itu sendiri. Konsep Islam berkemajuan yang diusung Muhammadiyah menekankan pada pemurnian ajaran Islam yang berpadu dengan kemajuan ilmu pengetahuan, etika modernitas, dan komitmen terhadap keadilan sosial.
Mahasiswa yang KKN di Perguruan Tinggi Muhammadiyah tidak hanya diminta hadir di desa atau daerah marginal untuk mengabdi, tetapi juga menginternalisasi peran sebagai mubaligh muda yang mengedukasi dengan bijak, berdialog dengan inklusif, dan mengembangkan masyarakat tanpa menggurui. Pendekatan seperti ini sangat penting di tengah masyarakat yang plural dan penuh tantangan ideologis.
Salah satu kekuatan utama KKN di Perguruan Tinggi Muhammadiyah adalah kemampuannya mengadaptasi tantangan zaman. Di era digital, mahasiswa dari berbagai kampus Muhammadiyah tidak hanya datang dengan proposal kegiatan, tetapi juga membawa pendekatan berbasis teknologi. Mereka mengajarkan penggunaan gawai secara bijak, membantu UMKM desa masuk ke ekosistem digital, dan mendampingi guru-guru membuat media ajar berbasis aplikasi.
Meski semangatnya tinggi, KKN di PTM tetap menghadapi tantangan. Infrastruktur desa yang terbatas, kurangnya data valid dalam merancang program, serta resistensi masyarakat terhadap ide-ide baru sering kali menjadi hambatan. Di sisi lain, juga sinergi antara kampus dan pemerintah daerah kadang tidak sinkron.
Lebih jauh, KKN Muhammadiyah juga menghadapi tantangan dari dalam: bagaimana menyelaraskan semangat dakwah dengan kebutuhan multidisipliner, serta mengukur dampak secara akademik dan sosial secara bersamaan, termasuk sinergitas dengan amal usaha Muhammadiyah setempat yang belum berjalan secara optimal.
Namun, tantangan ini justru menjadi ruang pembelajaran terbaik. Mahasiswa ditempa bukan hanya dalam aspek intelektual, tapi juga kepemimpinan, diplomasi sosial, dan kepekaan nurani. Mereka belajar bahwa perubahan tidak bisa instan, tetapi harus dilakukan secara bertahap, partisipatif, dan menghormati kearifan lokal.
Untuk menjadikan KKN lebih berdampak, PTM perlu terus mengembangkan model KKN berbasis riset, kolaborasi multidisiplin, dan keberlanjutan. KKN harus dipandang sebagai investasi sosial jangka panjang, bukan sekadar syarat akademik. Oleh karena itu, diperlukan dukungan kebijakan dari kampus, pelatihan intensif prapenerjunan, serta pemantauan pasca-program yang sistematis.
KKN yang berkemajuan adalah KKN yang membuka cakrawala mahasiswa dan masyarakat. Ia adalah ruang interaksi kreatif antara ilmu dan amal, antara idealisme dan realitas, serta antara universitas dan ummat. Di tengah kompleksitas zaman, PTM harus terus mendorong agar KKN menjadi ujung tombak dakwah dan pencerahan.
KKN di Perguruan Tinggi Muhammadiyah adalah wajah dari pergulatan antara idealisme dan kenyataan. Ia adalah ruang di mana mahasiswa diuji bukan hanya dalam hal akademik, tetapi juga integritas, empati, dan spiritualitas.
Di tengah zaman yang kian individualistik, KKN menjadi pengingat bahwa ilmu sejati tidak hanya tumbuh di ruang kelas, tetapi juga di ladang-ladang kering, di balai desa yang reot, di senyum anak-anak desa yang tak kenal teknologi, tapi penuh semangat belajar.
Dari situlah kita memahami bahwa membangun bangsa tidak selalu harus dari gedung tinggi atau jabatan elit. Cukup dari desa, cukup dari niat yang tulus, dan cukup dari langkah-langkah kecil yang konsisten. Itulah KKN Muhammadiyah sebuah jalan sunyi menuju Indonesia yang berkemajuan. Wallahu’alam