Literasi Sebagai Jihad Kebudayaan: Membaca Pentalogi Buku Khafid Sirotudin

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
54
Khafid Sirotudin, Penulis 5 Buku Pentalogi

Khafid Sirotudin, Penulis 5 Buku Pentalogi

Di tengah riuh rendah jagat sosial, nama Khafid Sirotudin muncul bukan hanya sebagai penulis buku, tetapi juga sebagai aktivis yang menyelami denyut masyarakat akar rumput. Karya tulisnya adalah refleksi langsung dari perjalanan panjang bersama gerakan Muhammadiyah, sekaligus ihtiar intelektual untuk memberi arah di tengah zaman yang kerap gamang. Ia menulis dengan cara seorang pegiat lapangan: menggali dari pengalaman, meramu dari keresahan, dan menyodorkan gagasan yang membumi.

Dalam “Saleh Personal Kafir Digital”, Khafid berbicara dari kegelisahan nyata para aktivis persyarikatan yang harus berhadapan dengan arus deras dunia maya. Ia tahu betul bagaimana media sosial bisa menjadi ladang dakwah, tetapi juga jurang kesalehan semu. Karena itu, gagasannya tidak berhenti pada kritik, melainkan ajakan agar kader dan warga persyarikatan mampu mengisi ruang digital dengan etika dakwah yang tercerahkan.

Dimensi moral kemudian ia perdalam dalam “Gelap Mata Gelap Hati”, dimana Khafid menyingkap sisi rapuh para pegiat gerakan. Baginya, ancaman terbesar aktivisme bukanlah lawan di luar, melainkan gelap hati di dalam diri sendiri: ambisius, pragmatisme dan kerakusan kekuasaan. Pesan ini lahir dari pengalamannya bersentuhan dengan realitas organisasi, sehingga nasihatnya terasa otentik, tidak menggurui dan tetap berakar pada tradisi Islam berkemajuan.

Buku “Membeli Sembari Berbagi” menjadi bukti bahwa penulis seorang pemikir yang peka pada praksis sosial ekonomi. Ia meneguhkan prinsip ber-Muhammadiyah: ibadah tidak hanya di masjid, tetapi juga di pasar dan ruang sosial ekonomi umat. Dengan bahasa sederhana, ia menjembatani spiritualitas dan realitas keseharian, sehingga dakwah tidak berhenti pada mimbar, melainkan menjelma dalam aktivitas gotong royong dan solidaritas sosial.

Lebih jauh, Khafid menyalakan optimisme lewat “Jangan Berhenti Menjadi Orang Baik”. Di sini ia hadir bukan sekedar penulis, tetapi sebagai saudara yang menepuk bahu, mengingatkan bahwa kebaikan adalah nafas hidup yang harus terus berdenyut. Baginya, meski dunia menawarkan seribu hambatan, komitmen untuk berbuat baik adalah kekuatan sejati yang akan menguatkan umat.

Dan akhirnya, dalam “Andaikan Muhammadiyah Cuti Melayani”, Khafid menyodorkan renungan tajam yang lahir dari kepekaannya terhadap denyut sosial: bagaimana seandainya Muhammadiyah berhenti bekerja? Pertanyaan sederhana itu menggelitik kesadaran, bahwa gerakan ini bukan sekadar organisasi, melainkan infrastruktur sosial kebangsaan dan keumatan yang menopang pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi dan pemberdayaan masyarakat. Melalui imajinasi ini, Khafid memaksa kita menakar kembali arti penting kehadiran Muhammadiyah di tengah bangsa dan negara.

Kelima buku pentalogi ini pada dasarnya menyatu dalam satu napas: "menulis sebagai bagian dari jihad kebudayaan Muhammadiyah". 

Sosok Khafid Sirotudin bukan hanya tampil sebagai penulis yang tekun, tetapi juga aktivis dan pemikir yang menjahit gagasan dengan pengalaman, lalu menghadirkannya sebagai peta moral, spiritual, dan praksis bagi kader-kader persyarikatan. Karyanya adalah cermin bahwa gerakan dakwah berkemajuan tidak cukup dengan aksi, tetapi juga butuh narasi yang menyalakan kesadaran.

Alvin Qodri Lazuardy, Aktivis Literasi Muhammadiyah 


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Humaniora

Cerpen Sayekti Ardiyani Yuni mengamati status kontak WA di gawainya. Minyak goreng langka sedang m....

Suara Muhammadiyah

8 December 2023

Humaniora

Doa Terakhir Nenek Menjelang Ajal Cerpen Soegiyono MS Umi Salamah seorang nenek tua renta hidup se....

Suara Muhammadiyah

29 November 2024

Humaniora

Cerpen Sucipto Jumantara Pohon-pohon di belakang rumah selalu membawa anganku terbang jauh ke suasa....

Suara Muhammadiyah

2 February 2024

Humaniora

Anak Semata Wayang  Cerpen Latief S. Nugraha Sugeng dan Salamah berbaring di ranjang. Keduany....

Suara Muhammadiyah

28 December 2024

Humaniora

Belajar Makna “Sang Pencerah” dari Dr. Winai Dahlan Oleh: Vritta Amroini Wahyudi, S.Si,....

Suara Muhammadiyah

22 December 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah