Memahami Makna Sejati QS. Al-Anbiya' Ayat 23

Publish

27 August 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
39
Dok Istimewa

Dok Istimewa

Mengapa Tuhan Tidak Dipertanyakan? Memahami Makna Sejati QS. Al-Anbiya' Ayat 23

Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Ayat Al-Qur'an dalam Surat Al-Anbiya ayat 23, yang menyatakan "Dia tidak ditanya tentang apa yang Dia perbuat, dan merekalah yang akan ditanya," sering kali menjadi subjek diskusi dan perdebatan teologis. Sekilas, ayat ini bisa disalahpahami sebagai lisensi bagi Tuhan untuk bertindak sewenang-wenang tanpa alasan. Dalam tulisan ini saya mencoba memberikan penjelasan yang mendalam dan kontekstual guna mengungkap makna sejati dari pernyataan tersebut yang jauh lebih subtil dan kaya.

Saya ingin memulai dengan mengulas pandangan para mufasir klasik seperti Imam Thabari, Qurthubi, dan Ibnu Katsir. Saya mencatat banyak dari mereka menafsirkan ayat ini secara harfiah, yang kemudian digunakan untuk membendung pertanyaan-pertanyaan sulit seputar takdir dan kebebasan manusia. Al-Qurthubi, misalnya, secara eksplisit menggunakan ayat ini sebagai pukulan terhadap kelompok Qadariyah yang berargumen untuk kehendak bebas manusia. Menurut pandangan ini, jika Allah telah menetapkan segala sesuatu, termasuk perbuatan baik dan buruk, maka manusia tidak berhak mempertanyakan mengapa mereka dihukum atas dosa yang telah ditetapkan bagi mereka. Jawabannya, menurut tafsiran ini, adalah karena "Tuhan tidak dipertanyakan."

Namun, saya hendak menunjukkan bahwa tafsiran seperti ini—meski bertujuan mulia untuk melindungi keagungan Tuhan—cenderung mengabaikan konteks ayat tersebut. Menafsirkan ayat secara terpisah dari ayat-ayat sekitarnya dapat mengarahkan pada pemahaman yang keliru, seolah-olah Allah bisa melakukan hal-hal yang tidak adil dan kita dilarang untuk memikirkannya.

Untuk mendapatkan pemahaman yang benar, kita bisa melihat ayat ini dalam konteksnya yang lebih luas. Ayat 23 dari Surat Al-Anbiya' muncul di tengah-tengah serangkaian ayat yang menantang gagasan tentang adanya tuhan-tuhan lain selain Allah.

Dalam ayat-ayat tersebut, Allah berdialog secara retoris dengan orang-orang musyrik yang menyembah berhala atau entitas lain. Dia menantang mereka untuk menunjukkan satu pun "tuhan" di langit atau di bumi yang memiliki kekuasaan setara dengan-Nya. Al-Qur'an kemudian menegaskan sebuah logika fundamental: jika ada lebih dari satu tuhan, alam semesta akan kacau-balau. Setiap tuhan akan berusaha menguasai domainnya sendiri, yang akan memicu konflik dan kehancuran. Namun, kenyataannya, alam semesta beroperasi dalam harmoni yang sempurna, yang menjadi bukti bahwa hanya ada satu Tuhan yang Maha Esa dan Berkuasa.

Di sinilah ayat 23 mengambil perannya. Ketika Al-Qur'an mengatakan "Dia tidak ditanya tentang apa yang Dia perbuat," artinya Allah tidak memiliki otoritas yang lebih tinggi dari-Nya yang berhak untuk mempertanyakan-Nya. Sementara itu, "merekalah yang akan ditanya" merujuk pada entitas lain yang disembah manusia—baik malaikat, nabi, atau berhala—karena mereka semua adalah makhluk yang tunduk pada kekuasaan Allah dan harus mempertanggungjawabkan perbuatan mereka. Dengan demikian, ayat ini adalah penegasan tentang kekuasaan dan kedaulatan mutlak Allah yang tidak tertandingi.

Ketidakmampuan manusia untuk mempertanyakan Tuhan tidak berarti Tuhan bertindak tanpa hikmah atau alasan yang baik. Justru sebaliknya. Para ulama Muslim secara umum sepakat bahwa Tuhan tidak akan pernah melakukan sesuatu yang bertentangan dengan sifat-sifat-Nya sendiri. Sifat-sifat-Nya seperti kasih sayang (Ar-Rahman), keadilan (Al-Adl), dan hikmah (Al-Hakim) adalah bagian dari esensi-Nya.

Saya ingin menggunakan analogi yang kuat: ketika seseorang yang jujur berkata, "Saya tidak bisa mencuri," itu bukan karena ia tidak memiliki kemampuan fisik untuk melakukannya, melainkan karena karakternya tidak mengizinkan. Mencuri adalah hal yang tidak terpikirkan baginya. Demikian pula, Al-Qur'an menegaskan bahwa Allah "telah menetapkan rahmat atas diri-Nya sendiri." Maka, tidak terpikirkan bagi Tuhan untuk melakukan sesuatu yang jahat, kejam, atau tidak adil.

Oleh karena itu, makna yang lebih dalam dari ayat ini adalah bahwa tindakan Allah begitu sempurna, adil, dan baik sehingga tidak ada pertanyaan yang sah yang bisa diajukan tentang-Nya. Setiap tindakan-Nya, jika dipahami dengan benar, akan selalu mengarah pada tujuan yang baik dan penuh hikmah.

Ketika dilema takdir muncul kembali—yakni, jika Allah menentukan dosa, mengapa kita dihukum?—Nah pertanyaan itu sebenarnya tidak diarahkan kepada Tuhan. Sebaliknya, pertanyaan itu harusnya ditujukan kepada penafsir yang menyarankan bahwa Tuhan akan melakukan sesuatu yang dipertanyakan. Kita harus mempertanyakan pemahaman kita tentang takdir, bukan substansi dari takdir itu sendiri.

Dengan kata lain, kita tidak boleh menyimpulkan bahwa Tuhan melakukan tindakan yang meragukan lalu menggunakan ayat ini untuk membela-Nya. Sebaliknya, kita harus mengambil ayat ini sebagai pedoman untuk memahami bahwa Tuhan tidak melakukan hal-hal yang dipertanyakan. Kedaulatan-Nya adalah kedaulatan yang mutlak, adil, dan sempurna.

Pada akhirnya, Surat Al-Anbiya ayat 23 mengajarkan kita tentang keagungan dan kesempurnaan Allah. Ia mengajarkan bahwa Allah berada di atas segala-galanya, tanpa otoritas yang lebih tinggi yang dapat mempertanyakan-Nya. Dan dari kesempurnaan itu, kita dapat menyimpulkan bahwa semua tindakan-Nya adalah manifestasi dari sifat-sifat-Nya yang paling mulia, tanpa ada sedikit pun cela atau keraguan di dalamnya.

 


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Buya Hamka dan Pancasila Oleh: Fokky Fuad Wasitaatmadja, Associate Professor, Universitas Al Azhar ....

Suara Muhammadiyah

2 June 2024

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan Kapan kemenangan dari Allah akan datang? Banyak orang yang mengajukan pertanyaa....

Suara Muhammadiyah

13 November 2023

Wawasan

TKA dan Ikhtiar Mencerdaskan Bangsa Oleh: Wiguna Yuniarsih, Wakil Kepala SMK Muhammadiyah 1 Ciputat....

Suara Muhammadiyah

7 August 2025

Wawasan

Ada Apa Dengan Ekonomi Hijau? Oleh: M. Azrul Tanjung Sejatinya ekonomi hijau bertujuan meningkat....

Suara Muhammadiyah

29 August 2024

Wawasan

Oleh: Amalia Irfani, Sekretaris LPP PWM Kalbar/Dosen IAIN Pontianak  Pendidikan adalah bagian ....

Suara Muhammadiyah

5 May 2025

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah