Memerdekakan Pemangku Kepentingan

Publish

15 August 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
41
Istimewa

Istimewa

Memerdekakan Pemangku Kepentingan

Oleh: Iu Rusliana, Dosen Program Magister Manajemen (MM) Uhamka Jakarta, Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Barat

Tidak semua hal harus diurus. Kita bukanlah manusia serba bisa dan mampu. Berfokus saja pada tugas pokok dan fungsi masing-masing. Tidak harus selalu di depan, kadang perlu di tengah sebagai pendukung. Boleh juga di belakang, untuk memastikan semuanya berjalan dengan baik. 

Namun, yang pasti bersungguh-sungguh melayani semua pemangku kepentingan (stakeholder) adalah prinsipnya. Pemangku kepentingan merupakan pihak yang berkepentingan dan dapat mempengaruhi organisasi, baik itu individu maupun institusi. Anggota organisasi, staf perusahaan, warga di sekitar, pemerintah, pemilik, pimpinan organisasi, konsumen, perusahaan pemasok, distributor adalah mereka yang terkait erat dengan kita. Tentu dikembalikan kepada jenis organisasinya seperti apa. Pemangku kepentingannya bisa berbeda. Namun, prinsipnya sama, keberadaannya bersifat internal dan eksternal organisasi dan mereka harus dimerdekakan.

Merdeka dari rasa ragu bahwa kita tidak jelas prosedurnya. Sistem harus dibangun, pastikan semua anggota organisasi taat. Pedoman, panduan, pedoman operasional dan standar, petunjuk teknis dan yang lainnya disepakati, disahkan, dan dilaksanakan. Jangan jadi organisasi suka-suka pimpinannya karena itu sangat berbahaya dan tidak memberi kepastian. 

Tidak ada rasa khawatir, sebagai atasan kita bersikap tidak adil. Tidak ada perlakuan Istimewa, privilege. Semuanya diperlakukan sesuai dengan aturan. Jikapun ada afirmasi, dibuat untuk memastikan hak-hak tertentu terlindungi. Namun, jumlahnya tidak pernah banyak, demi memastikan kelompok rentan terkelola saja. Norma dan aturannya memiliki prasyarat ketat.   

Mereka yakin tentang masa depan kariernya. Anggota organisasi harus dikader dengan baik. Mendapatkan hak untuk berkembang maju, dengan jenjang karier yang jelas. Para senior jangan terus bertahan, mengabaikan alur regenerasi. Beri kesempatan yang muda untuk bisa tampil dan berkarya. Setiap zaman ada orangnya, setiap orang akan ada masanya. Sumbatan dan lambatnya estafeta kepemimpinan menjadikan roda pergerakan organisasi terhambat, jumud, dan sulit melakukan pembaruan.

Anggota organisasi bebas bersikap dan menyampaikan pendapat secara santun dan elegan. Tidak ada yang takut untuk mengkritik. Semuanya merasa diberi ruang berekspresi dengan baik. Tentu saja demi perbaikan, bukan karena kebencian. Diterima dengan lapang dada. Perbedaan adalah kekuatan, bukan biang perpecahan.

Tidak ada pengekangan, anggota organisasi bebas berkreasi dan berinovasi. Pemimpin harus menginspirasi, agar teladannya bagi para anggota meresep sanubari. Kreativitas dipacu sehingga semuanya berlomba dalam kebaikan untuk memastikan organisasi semakin maju. Semua prestasi diapresiasi. Pelanggaran diberikan hukuman. Ruang berkreasi dan inovasi dengan terbuka dalam iklim organisasi yang adil. Tidak ada lagi namanya faksi. Semuanya melebur dan saling menghargai dengan kemajuan organisasi.    

Mengembangkan diri akselerasinya seiring sejalan dengan pengembangan instituasi. Terus bertumbuh seiring kompleksitas tantangan lingkungan internal dan eksternal. Arus perubahan yang menggulung mampu diarungi. Ibarat peselancar di ombak, meliuk indah, tetapi tetap fokus kepada tujuan utama. Organisasi yang menjadikan anggotanya mampu mengembangkan diri dengan baik adalah sebuah learning organization (organisasi yang terus belajar). Menciptakan, memperoleh, mengembangkan, dan menyebarluaskan pengetahuan sebagai budaya organisasi di semua tingkatan.

Tidak ada pengetahuan yang hanya dalam pikiran para ahli, tacit knowledge. Budaya belajarnya tinggi, para senior menjadi mentor dengan berbagi pengalaman dan pengetahuan kepada junior. Semuanya menjadi explicit knowledge, terdokumentasi, mudah dibagikan, karena sudah tertulis dengan baik. 

Siapa pun bisa mempelajarinya dan ruang belajar di organisasi menjadi tempat teramai di sela-sela mengerjakan tugas lain. Tidak ada yang mau tertinggal, selain belajar dan bersama mengembangkan pengetahuan demi kemajuan. Ibarat pasar ide, menjadi ruang dialog antar-gagasan, mencari jalan keluar setiap persoalan yang dihadapi. Bersedia dengan terbuka menerima kritik, masukan dengan prinsip manajemen mutu terpadu. Bukan sekadar perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan tindaklanjut. Namun, terus-menerus meningkatkan kualitas, sebagai komitmen perbaikan terus menerus. 

Anggota organisasi tumbuh dengan rasa memiliki yang tinggi. Semuanya tahu kondisi organisasi. Transparansi menjadi bagian tak terpisahkan dalam praktik keseharian. Semuanya terpacu untuk berkontribusi pada kebaikan. Sadar, jika organisasi maju, semuanya akan ikut sejahtera. Namun, apabila menuju bangkrut, rugi semuanya. Tidak ada yang merasa perlu menyelamatkan diri masing-masing. Organisasi menjadi tempat mengabdi, aktualisasi, membangun eksistensi diri, dan tempat pengabdian terbaik.

Tolerasi bertumbuh, semuanya merasa merdeka untuk melaksanakan ibadah berdasarkan keyakinan dan agama masing-masing. Saling menghargai keragaman keyakinan. 

Merdeka untuk tumbuh bersama, saling dukung, dan besarkan satu sama lain. Kelelahan dan terlambat segera diajak, ditarik. Mereka yang di depan, bersedia menunggu. Di jalur tengah menjadi penyeimbang langkah agar yang di belakang tidak terseret dan di depan tidak menarik beban berat. Walau tentu, yang tidak bergerak harus ditinggalkan. Kereta transformasi tidak boleh terhambat oleh satu dua orang hanya karena ingin menunggu dan menjadi klaim soliditas. 

Begitulah sejatinya memimpin, memerdekakan para pemangku kepentingan. Walau tentu tidak akan mampu memuaskan semua orang. Berusaha maksimal adalah bagian dari ikhtiar yang harus dilakukan. Pemimpin bukanlah penjual es krim yang bisa membuat senang semuanya. Jika sudah diputuskan, segera laksanakan. Jangan banyak ragu dan menunda. Kalau terlambat eksekusi, penjajahan pada keputusan sedang dibiarkan. Merdeka! Wallaahu’alam.

 

 


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Refleksi Hari Guru: Pilar Utama Membangun Peradaban Oleh: Raspa Laa, S.Pd.I.,M.Pd, Dosen STKIP Muha....

Suara Muhammadiyah

25 November 2024

Wawasan

Oleh: Saidun Derani Dosen pascasarjana UM Surabaya dan UIN Syahid Jakarta serta aktivis PWM Banten ....

Suara Muhammadiyah

22 February 2024

Wawasan

Ibu Cerdas Penentu Generasi Unggul Indonesia Emas 2045 Oleh: Amalia Irfani, LPPA PWA Kalbar Menont....

Suara Muhammadiyah

25 December 2023

Wawasan

Bukan Perang Tanpa Batas Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Dalam....

Suara Muhammadiyah

1 August 2025

Wawasan

Bahasa Indonesia di Era Digital: Antara Kreativitas dan Kelestarian Oleh: Dzar Al Banna, M.A., Koor....

Suara Muhammadiyah

10 August 2025

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah