Mengapa Al-Qur'an Adalah Firman Tuhan?

Publish

3 October 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
32
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Mengapa Al-Qur'an Adalah Firman Tuhan?

Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Sebagai Muslim, kita merasakan hubungan yang mendalam dengan Al-Qur'an. Saat membacanya, kita merasa seolah-olah Tuhan sendiri yang sedang berbicara kepada kita. Keyakinan ini bukan tanpa dasar, melainkan berakar pada sejarah yang kuat. Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sekitar 1400 tahun lalu. Setelah beliau wafat, teksnya disalin dan disebarkan ke seluruh kekhalifahan Islam, memastikan keasliannya tetap terjaga. Proses ini memuncak pada tahun 1924 dengan terbitnya edisi Mesir yang menjadi standar global. Edisi ini memastikan setiap kata, bahkan ejaannya, telah diverifikasi secara teliti oleh para ulama.

Dengan demikian, tidak mengherankan jika umat Muslim yakin sepenuhnya. Namun, bagi mereka yang bertanya, "Bagaimana kalian bisa begitu yakin?" ada banyak bukti rasional yang bisa kita tawarkan. Inilah beberapa alasan yang menunjukkan bahwa Al-Qur'an adalah wahyu ilahi, bukan sekadar buku buatan manusia.

Pertama, kejeniusan dari seorang buta huruf. Fakta bahwa Nabi Muhammad adalah seorang yang buta huruf menjadi bukti yang sangat kuat. Bagaimana mungkin seorang yang tidak pernah belajar membaca atau menulis bisa menghasilkan sebuah mahakarya seperti Al-Qur'an? Kitab suci ini tidak hanya menjadi buku teks bahasa Arab pertama, tetapi juga memiliki keindahan sastra yang tak tertandingi. Logikanya, karya sekelas ini mustahil diciptakan oleh orang yang buta huruf, kecuali jika itu adalah wahyu yang diilhamkan langsung oleh Tuhan ke dalam pikirannya.

Kedua, dialog Ilahi dalam teks Al-Qur'an. Al-Qur'an secara eksplisit menunjukkan adanya percakapan antara Tuhan dan Nabi Muhammad. Di dalamnya, Tuhan memerintahkan, membimbing, dan bahkan menegur beliau. Jika Nabi yang menulis Al-Qur'an sendiri, itu berarti beliau berbicara dan memerintah dirinya sendiri—sebuah tindakan yang tidak masuk akal. Ini menunjukkan bahwa Al-Qur'an adalah wahyu yang datang dari sumber eksternal, yaitu Tuhan Yang Maha Kuasa.

Ketiga, kejujuran yang tak pernah diragukan. Nabi Muhammad dikenal luas sebagai pribadi yang jujur dan dapat dipercaya oleh semua orang, termasuk musuh-musuhnya. Mereka menjulukinya "al-Amin" (yang terpercaya) dan "al-Siddiq" (yang jujur). Seseorang dengan karakter setulus ini tidak mungkin berbohong, apalagi mengklaim bahwa sebuah kitab berasal dari Tuhan padahal ia tahu itu adalah karangannya sendiri. Kejujuran beliau yang tak tergoyahkan selama 23 tahun—bahkan di tengah penganiayaan berat—menegaskan bahwa beliau hanya menyampaikan apa yang diwahyukan kepadanya.

Nabi Muhammad tidak mungkin menciptakan Al-Qur'an karena tiga alasan utama. Secara fisik, beliau buta huruf. Bagaimana mungkin seseorang yang tidak bisa membaca dan menulis bisa menghasilkan sebuah karya sastra yang begitu sempurna dan kompleks? Secara psikologis, Al-Qur'an adalah dialog, bukan monolog. Teks itu berulang kali berbicara kepada Nabi, memberinya perintah dan bimbingan, menunjukkan bahwa itu adalah pesan yang datang dari luar dirinya. Secara moral, beliau dikenal sebagai pribadi yang paling jujur. Selama 23 tahun, di tengah penganiayaan dan ancaman terhadap hidupnya, beliau tidak pernah goyah sedikit pun dalam klaimnya bahwa Al-Qur'an adalah wahyu dari Tuhan. Konsistensi luar biasa ini adalah bukti kuat akan ketulusan dan kebenaran ajarannya.

Keempat, rincian sejarah yang mengejutkan. Al-Qur'an tidak hanya berisi kisah-kisah masa lalu, tetapi juga memberikan rincian yang tidak diketahui oleh siapa pun pada masa Nabi Muhammad. Contoh paling menakjubkan adalah cerita tentang Firaun. Al-Qur'an secara spesifik menyebutkan bahwa jasad Firaun diselamatkan, meskipun kitab suci lain hanya menyatakan dia tenggelam. Klaim ini terbukti benar ketika jasadnya ditemukan pada tahun 1898. Ini membuktikan informasi yang diberikan Al-Qur'an ribuan tahun sebelumnya.

Kelima, prediksi yang terwujud. Lebih dari sekadar menceritakan masa lalu, Al-Qur'an juga memprediksi masa depan—sesuatu yang mustahil diketahui manusia. Ambil contoh Surah Ar-Rum (30:2) yang menyatakan bahwa Romawi, yang saat itu baru saja kalah telak dari Persia, akan segera meraih kemenangan. Para sejarawan tahu bahwa prediksi ini dibuat pada tahun 614 M, ketika harapan Romawi untuk menang sangat tipis. Namun, beberapa tahun kemudian, mereka benar-benar menang, persis seperti yang Al-Qur'an nubuatkan. Di saat yang sama, kaum Muslim juga meraih kemenangan bersejarah dalam Perang Badar. Siapa yang bisa meramalkan dua peristiwa besar yang terpisah seperti itu? Ini jelas merupakan bukti bahwa Al-Qur'an adalah wahyu dari Tuhan Yang Maha Tahu.

Keenam, keajaiban ilmiah yang melampaui zaman. Al-Qur'an berisi deskripsi rinci tentang alam semesta dan penciptaan manusia, dari hal-hal besar seperti kosmos hingga hal-hal kecil seperti perkembangan janin. Deskripsi ini menggunakan bahasa dan konsep yang jauh melampaui pengetahuan pada masa itu. Misalnya, Al-Qur'an menyebutkan fakta tentang ekspansi alam semesta dalam Surah Adz-Dzariyat (51:47), sebuah fenomena yang baru ditemukan oleh ilmuwan pada tahun 1920-an. Informasi semacam ini tidak mungkin berasal dari Nabi Muhammad atau orang-orang di sekitarnya. Ini jelas merupakan wahyu dari Tuhan Yang Maha Tahu.

Ketujuh, ketepatan matematis yang sempurna. Dari sudut pandang sekuler, Al-Qur'an mungkin terlihat seperti kumpulan wahyu yang datang secara tidak teratur, sebab banyak ayat yang turun sebagai jawaban atas pertanyaan atau situasi tertentu. Namun, di balik itu, terdapat pola matematis yang sangat rumit dan saling terkait, yang mustahil diciptakan oleh manusia.

Salah satu contoh yang paling terkenal adalah pola berbasis angka 19. Jumlah surah dalam Al-Qur'an (114) adalah kelipatan 19. Ayat-ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi—yang tercantum dalam Surah Al-'Alaq—juga terkait erat dengan angka ini. Surah tersebut adalah surah ke-19 dari akhir dan terdiri dari 19 ayat. Menariknya, jumlah huruf dalam ayat-ayat pertamanya pun merupakan kelipatan 19.

Pola-pola ini menunjukkan bahwa meskipun Al-Qur'an dikumpulkan secara bertahap oleh manusia, penempatan setiap ayat dan babnya berada di bawah kendali ilahi. Keselarasan matematis ini adalah bukti tak terbantahkan bahwa Al-Qur'an bukan karya manusia, melainkan wahyu dari Tuhan.

Al-Qur'an memiliki pola matematis yang luar biasa, terutama yang terkait dengan angka 19, sebuah angka yang disebutkan secara unik dalam Surah Al-Muddatstsir (74:30). Mari kita lihat beberapa contoh: Al-Qur'an memiliki 114 surah, yang merupakan kelipatan 19 (19 x 6). Wahyu pertama kepada Nabi Muhammad, yang kini menjadi lima ayat pertama Surah Al-'Alaq (96), sangat terkait dengan angka ini. Surah Al-'Alaq adalah surah ke-19 dari akhir Al-Qur'an jika dihitung mundur. Lima ayat pertama dari surah ini terdiri dari 76 huruf, yaitu 19 x 4. Lalu seluruh Surah Al-'Alaq memiliki 19 ayat dan terdiri dari 285 huruf, yaitu 19 x 15.

Pola-pola ini menunjukkan bahwa Al-Qur'an tidak mungkin disusun secara kebetulan. Meskipun nomor ayat dan urutan surah ditetapkan di kemudian hari, keselarasan matematis yang begitu rumit dan konsisten ini membuktikan bahwa ada kendali ilahi di baliknya. Ini bukanlah pekerjaan manusia, melainkan bukti nyata dari Tuhan.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Hadlarah

Oleh: Nur Fajri Romadhon, Mahasiswa Fakultas Hukum UI dan Kader Muhammadiyah Hari-hari ini banyak w....

Suara Muhammadiyah

28 October 2024

Hadlarah

Makna Filosofi Hidup dalam Islam Oleh: Dr. Rohmansyah, S.Th.I., M.Hum, Dosen UMY, Anggota MTT-PWM D....

Suara Muhammadiyah

25 September 2024

Hadlarah

Anti Galau Belajar dari ‘Amul Husni Oleh: Dartim Ibnu Rushd, Dosen Prodi Pendidikan Agama Isl....

Suara Muhammadiyah

16 January 2024

Hadlarah

Oleh: Donny Syofyan Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Pada 26 September 2022, ulama t....

Suara Muhammadiyah

10 January 2024

Hadlarah

Oleh: M. Husnaini Dosen Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia Kitab Masalah Lima, ....

Suara Muhammadiyah

29 February 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah