Menyenangkan Allah dengan Belajar Sains Halal

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
105
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Menyenangkan Allah dengan Belajar Sains Halal

Oleh: Vritta Amroini Wahyudi, Dosen Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang, Pengurus LPH-KHT PWM Jatim, PhD Candidate in Biotechnology, Chulalongkorn University

Dalam kehidupan modern yang serba cepat, banyak orang berusaha keras mencari cara untuk membuat diri mereka bahagia. Segala bentuk usaha ditempuh: belajar tanpa henti, bekerja keras, hingga mengejar pencapaian duniawi demi merasa hidup lebih bermakna. Namun, kebahagiaan sejati sejatinya tidak hanya terletak pada usaha membahagiakan diri sendiri, melainkan pada upaya menyenangkan Allah. Sebuah pengingat sederhana menyebutkan tujuh hal yang membuat Allah bahagia: zikir, salat, istighfar, doa, halal, Al-Qur’an, dan akhlak. Dari tujuh hal tersebut, belajar sains halal dapat menjadi salah satu jalan mulia untuk meraih keridhaan-Nya.

Sains Halal sebagai Ibadah

Sains halal sering dipahami sebatas kajian tentang halal dan haram pada makanan. Padahal, ruang lingkupnya jauh lebih luas. Sains halal mencakup integritas, kesucian, dan kejujuran dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Halal tidak hanya sebatas apa yang dikonsumsi, tetapi juga mencakup cara memperoleh rezeki, proses produksi, distribusi, hingga pelayanan yang menyertainya. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

"Hai manusia, makanlah dari apa yang di bumi yang halal lagi baik dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu." (QS. Al-Baqarah [2]: 168)

Perintah ini menegaskan bahwa halal bukan sekadar label, melainkan perintah ilahi yang berdampak langsung pada kualitas hidup seorang Muslim. Dengan demikian, menekuni sains halal dapat dipandang sebagai ibadah. Setiap aktivitas pembelajaran, penelitian di laboratorium, maupun kajian akademik yang dijalankan dengan niat ikhlas memiliki nilai pahala di sisi Allah. Lebih dari itu, akhlak juga menjadi cerminan nyata dari sains halal. Seorang Muslim yang terlibat dalam bidang ini dituntut menegakkan kejujuran, memastikan transparansi, serta memberi rasa aman dan nyaman bagi masyarakat. Sains halal bukan hanya tentang teori, tetapi tentang bagaimana ilmu tersebut membawa manfaat dan menjaga umat dari hal-hal yang meragukan atau haram.

Manfaat yang Lebih Luas

Sains halal tidak hanya memberikan dampak positif bagi umat Islam, tetapi juga memberikan manfaat universal. Pertama, dari sisi keamanan pangan, penelitian halal memastikan produk yang dikonsumsi terjamin kebersihan, keamanan, dan kesehatannya. Prinsip ini sejalan dengan tuntutan global mengenai food safety yang kini menjadi perhatian semua negara.

Kedua, dari sisi ekonomi dan perdagangan global, sertifikasi halal menjadi jaminan transparansi dan profesionalitas. Produk berlabel halal tidak hanya memiliki pasar di negara mayoritas Muslim, tetapi juga diminati di negara-negara non-Muslim karena dinilai lebih higienis dan aman. Fakta ini membuktikan bahwa sains halal tidak hanya penting bagi umat Islam, tetapi juga bermanfaat bagi seluruh masyarakat dunia.

Ketiga, dari sisi spiritual dan moral, kesadaran akan halal mendidik umat untuk lebih berhati-hati dalam memilih apa yang dikonsumsi maupun digunakan. Kesadaran ini bukan hanya menjaga kesehatan lahiriah, tetapi juga mendukung kebersihan batiniah. Dengan demikian, halal menjadi sarana untuk menjaga keseimbangan hidup secara utuh, mencakup aspek fisik, mental, dan spiritual.

Wujud Cinta kepada Allah

Cinta kepada Allah bukan sekadar ucapan, melainkan tindakan nyata. Sebagaimana seseorang yang mencintai pasangan atau sahabatnya akan berusaha membuat mereka bahagia, demikian pula cinta seorang hamba kepada Allah. Jika cinta kepada Allah sungguh ada, maka setiap hari akan diisi dengan usaha untuk meraih keridhaan-Nya. Belajar sains halal adalah salah satu wujud cinta tersebut. Dalam sebuah hadis disebutkan:

"Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan, maka Dia memberikan kepadanya pemahaman tentang agama." (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam setiap prosesnya, zikir mengingatkan bahwa ilmu berasal dari Allah, salat menjadi sarana bersyukur atas nikmat ilmu, istighfar menjaga hati dari kesombongan, doa menjadi penguat agar setiap langkah diberkahi, dan akhlak menjadi pembeda bahwa ilmu ini benar-benar dijalankan dengan integritas. Semua ini menunjukkan bahwa menekuni sains halal bukan sekadar akademik, melainkan perjalanan spiritual yang bernilai ibadah.

Relevansi di Era Modern

Di era globalisasi, isu halal semakin penting. Masyarakat dunia semakin peduli dengan kualitas produk yang dikonsumsi. Tren halal lifestyle berkembang pesat, tidak hanya dalam pangan, tetapi juga kosmetik, farmasi, pariwisata, dan keuangan. Negara-negara dengan penduduk Muslim minoritas pun kini mulai serius memperhatikan sertifikasi halal, karena melihat besarnya potensi pasar. Allah SWT berfirman:

"Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri."(QS. Ar-Ra’d [13]: 11)

Sains halal hadir sebagai jawaban atas kebutuhan ini. Melalui penelitian, inovasi, dan sertifikasi yang transparan, sains halal membantu umat menjaga ketaatan kepada Allah tanpa kehilangan akses terhadap perkembangan dunia modern. Inilah bukti bahwa Islam mampu menyelaraskan nilai spiritual dengan kemajuan teknologi.

Belajar sains halal bukan hanya kewajiban akademik atau profesi, melainkan ikhtiar menyenangkan Allah. Dengan niat yang tulus, setiap proses pembelajaran, penelitian, dan inovasi dalam bidang ini akan menjadi bukti cinta kepada Allah. Sains halal bukan sekadar ilmu, tetapi amal jariyah yang memberikan manfaat luas bagi umat manusia sekaligus menjadi bekal abadi di sisi-Nya. Menyenangkan Allah tidak selalu harus dengan ibadah ritual, tetapi juga bisa melalui ilmu yang diamalkan. Sains halal adalah salah satu jalannya: menjaga kehalalan produk, meningkatkan kesejahteraan umat, serta menguatkan iman. Dengan begitu, ilmu yang dipelajari bukan hanya bermanfaat di dunia, tetapi juga menjadi wasilah menuju kebahagiaan hakiki di akhirat.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Oleh: Liliek Pratiwi, S.Kep., Ners., M.KM Setiap wanita yang sedang mengandung, beserta seluruh ang....

Suara Muhammadiyah

4 July 2025

Wawasan

Oleh: Melinda Ayu P, Kader Nasyiatul Aisyiyah Lamongan Ekofeminisme adalah sebuah istilah baru yang....

Suara Muhammadiyah

27 March 2024

Wawasan

Bumi Isra Mi’raj Oleh: Hatib RachmawanDosen Prodi Ilmu Hadis Fakultas Agama Islam Universitas....

Suara Muhammadiyah

30 January 2025

Wawasan

Dakwah Komunitas: Menyentuh Kehidupan Perkotaan dengan Pendekatan Kontekstual Oleh: Achmad Fauzi/An....

Suara Muhammadiyah

10 April 2025

Wawasan

Idul Fitri Tradisi Menyemai Nilai Autentik Oleh: Rumini Zulfikar (GusZul), Penasehat PRM Troketon ....

Suara Muhammadiyah

15 April 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah