Muhammadiyah Research School Meretas Batas Akademisi dan Aktivis

Publish

15 July 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
53
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Kolaborasi IMM DIY dan Pusat Studi Muhammadiyah 

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPD IMM) Daerah Istimewa Yogyakarta menyelenggarakan Studium Generale sebagai bagian dari peluncuran program unggulan bertajuk Muhammadiyah Research School. Bertempat di Gedung K.H Ibrahim, A Lt. 5 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), kegiatan ini mengangkat tema besar: “Membumikan Moderasi Beragama: Antara Nalar Akademik dan Tanggung Jawab Sosial”.

Kegiatan ini menghadirkan pembicara-pembicara penting, yakni Dr. H. Agung Danarto, M.Ag. (Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah) sebagai keynote speaker, Dr. Bachtiar Dwi Kurniawan, S.Fil.I., MPA. (Direktur Pusat Studi Muhammadiyah), serta Prof. Alimatul Qibtiyah, S.Ag., M.Si., Ph.D. (Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta). Acara ini dipandu oleh Iefone Shiflana Habiba, Ketua Bidang Immawati DPD IMM DIY, dan dihadiri oleh kader IMM dari berbagai komisariat di DIY.

Program Muhammadiyah Research School (MRS) bukan sekadar inisiatif formalitas, melainkan hasil dari keprihatinan intelektual atas kondisi gerakan mahasiswa saat ini. Ketua Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan DPD IMM DIY, Reza Fauzi Nur Taufiq, S.E., menegaskan bahwa MRS merupakan ikhtiar serius untuk mengembalikan IMM pada ruh dasarnya—yakni keilmuan sebagai fondasi gerakan.

“IMM lahir dari semangat ilmu. Maka kehilangan keilmuan berarti kehilangan jati diri. Muhammadiyah Research School adalah upaya untuk menghidupkan kembali ruh ilmu, menyambungkan nalar kritis dengan gerakan, serta memperluas horizon IMM di tengah perubahan zaman,” tegas Reza dalam sambutannya.

Menurut Reza, ada tiga persoalan utama yang menjadi latar belakang lahirnya program ini. Pertama, keterputusan IMM dari akar historisnya sebagai gerakan berbasis ilmu. Kedua, adanya kebutuhan mendesak untuk membangun clarity of history, yaitu kejelasan arah gerakan IMM di tengah gejolak zaman. Dan ketiga, keharusan IMM untuk turut serta membumikan moderasi beragama sebagai narasi besar Muhammadiyah yang belum maksimal digaungkan dalam lingkungan kader.

Lebih lanjut, Reza juga menyinggung soal dominasi diskursus politik dalam dinamika IMM hari ini. Menurutnya, politik bukanlah satu-satunya jalan perjuangan.

“Dimensi politik, seperti segitiga, semakin ke atas semakin menyempit. Sementara ilmu pengetahuan itu datar, luas, dan membuka banyak kemungkinan. Muhammadiyah Research School hadir untuk membuka pintu lain dalam gerakan IMM—yakni pintu akademik dan intelektual,” tambahnya.

Senada dengan itu, Ketua Umum DPD IMM DIY, Muh. Taufiq Firdaus, S.H., menegaskan bahwa program ini merupakan bentuk konkret komitmen IMM dalam merespons tantangan zaman dengan pendekatan keilmuan yang kuat.

“IMM harus menjadi pelopor dalam memajukan narasi moderasi beragama, bukan sekadar sebagai jargon, tetapi sebagai pijakan akademik dan gerakan praksis. Melalui Muhammadiyah Research School, kami ingin mencetak kader-kader yang mampu menjembatani antara ilmu dan realitas sosial,” ujar Taufiq saat membuka kegiatan.

Ia menambahkan, keberadaan program ini diharapkan mampu meretas dikotomi antara kader yang “vokal di jalanan” dan yang “tajam di dalam pikiran.” IMM harus mampu melahirkan sosok kader yang utuh—mampu mengartikulasikan ide dalam ruang akademik dan mengeksekusinya dalam praksis sosial.

Dalam studium generale ini, para narasumber mengelaborasi berbagai aspek penting seputar peran Muhammadiyah dalam membangun moderasi beragama. Dr. Agung Danarto menyampaikan pentingnya konsistensi nilai-nilai Islam wasathiyah dalam kehidupan berbangsa. “dalam kehidupan berbangsa kita yang masih dipenuhi konflik identitas, maka kader IMM harus mampu menghidupi situasi berbangsa dengan konsistensi nilai-nilai Islam Wasathiyah” tegas Dr. Agung Danarto.

Sementara Dr. Bachtiar Dwi Kurniawan mendorong kader IMM untuk meramaikan jalan keilmuan yang saat ini telah sunyi dalam ranah strategis Muhammadiyah. “aktivis IMM harus kembali meramaikan jalan sunyi intelektual dengan aktivitas riset. Dan harapannya kegiatan ini mampu menumbuhkan semangat intelektual kader dalam mengembangkan Persyarikatan Muhammadiyah ke depan” ujar Dr. Bachtiar. 

Adapun Prof. Alimatul Qibtiyah menyoroti aspek keilmuan dalam mengembangkan narasi moderasi yang inklusif dan berbasis data. “kegiatan ini harus mendorong kader-kader IMM menjadi akademisi yang tidak asal dalam mengemukakan pendapat, namun membicarakan isu moderasi juga harus harus berbasiskan data dan kajian yang mendalam sehingga agenda riset menjadi alternatif dalam mendorong kader intelektual yang punya daya analitik yang tajam” ujar Prof. Alim.

Kegiatan ini menjadi tonggak awal dari rangkaian panjang program Muhammadiyah Research School, yang ke depan akan berbentuk pelatihan metodologi riset, diskusi akademik tematik, hingga publikasi karya ilmiah kader IMM.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

MEDAN, Suara Muhammadiyah – Rahmat Shah, tokoh konservasi alam dunia, mengajak mahasiswa Unive....

Suara Muhammadiyah

5 July 2024

Berita

SEMARANG, Suara Muhammadiyah – SMK Muhammadiyah Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat, Lampu....

Suara Muhammadiyah

26 January 2025

Berita

JAKARTA, Suara Muhammadiyah - Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA (Uhamka) menyelenggarakan Sid....

Suara Muhammadiyah

23 December 2023

Berita

MAKASSAR, Suara Muhammadiyah – Wakil Menteri ATR/ BPN Raja Juli Antoni menjadi saksi penandata....

Suara Muhammadiyah

28 July 2023

Berita

BULUKUMBA, Suara Muhammadiyah - Universitas Muhammadiyah Bulukumba (UM Bulukumba) secara resmi menan....

Suara Muhammadiyah

23 May 2025

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah