SLEMAN, Suara Muhammadiyah – Pengurus Asosiasi Pengelola Asrama (Aslama) Penguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Asyiyah (PTMA) bekerja sama dengan Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta dan Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian Pengembangan Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengadakan Pelatihan musrif musrifah Asrama Penguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah (PTMA) se Indonesia secara luring dan daring dibuka oleh Amika Wardana, M.A., Ph.D. dari Majelis Diktilitbang Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada tanggal 29 Agustus 2025 di Gedung Munjiyah, Kampus Universitas Aisyiyah Yogyakarta, Jalan Siliwangi (Ringroad Barat No. 63, Nogotirto Kecamatan Gamping, Sleman, Yoyakarta yang diikuti oleh 243 orang.
Dr. Ghoffar Ismail, M.Ag. Anggota Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian Pengembangan Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyampaikan pada hari Sabtu, 30 Agustus 2025 dengan materi sesi kelima “Pendidikan Karakter berbasis Manhaj Tarjih Muhammadiyah”,
Ghoffar Ismail yang juga Pengarah Asosiasi Pengelola Asrama mahasiswa (Aslama) PTMA menjelaskan bahwa Asrama PTMA sebagai "Laboratorium Kaderisasi" strategis untuk membentuk "ulama-intelek" dan "profesional-religius", sedangkan Tantangan Zaman: Mengatasi fenomena disrupsi digital dan "stunting ideologi" di kalangan generasi muda yang menuntut model pendidikan yang relevan.
Ghoffar Ismail yang juga Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah menjelaskan kembali bahwa Manhaj Tarjih merupakan Fondasi Pendidikan Karakter, Manhaj Tarjih adalah kerangka filosofis dan metodologis yang berfungsi sebagai sistem navigasi holistik, terdiri dari 2 (dua) hal : Sebagai Kompas: Menunjukkan arah ideologis yang tak berubah, dan sebagai Peta Jalan: Menyediakan panduan praktis dan metodologis yang adaptif.
Adapun Manhaj tarjih sebagai kompas adalah Wawasan ideologis yang menjadi landasan dan pembeda gerakan Muhammadiyah, berisi 5 (lima) hal, yaitu :
Pertama, Paham Agama: Bertujuan membangun peradaban yang makmur dan sejahtera.
Kedua, Wawasan Tajdid: Mengandung makna pemurnian (tashfiyah) dan pengembangan (tanmiyah).
Ketiga, Tidak Berafiliasi Mazhab: Berpegang pada dalil terkuat (ittiba' al-rajih) dari berbagai dalil dan pandangan.
Keempat, Keterbukaan & Toleransi: Mampu beradaptasi tanpa kehilangan prinsip.
Kelima, Wawasan Wasathiyah: Mengusung nilai keadilan, keseimbangan, dan kebajikan.
Sedangkan Manhaj tarjih sebagai peta jalan adalah Panduan metodologis untuk memahami dan mengamalkan ajaran Islam secara komprehensif, dengan :
1. Sumber Ajaran Tekstual: Mengkaji Al-Qur'an dan Sunnah secara mendalam.
2. Sumber Ajaran Paratekstual: Menggunakan metode ijtihad seperti ijma’, qiyas, maslahah, istihsan, ‘urf, dan lain-lain.
3. Pendekatan: 1) Bayani (Tekstual): Berfokus pada analisis teks suci (nash); 2) Burhani (Rasional-Empiris): Mengintegrasikan akal dan ilmu pengetahuan modern; 3) Irfani (Spiritual-Etis): Menekankan penghayatan batin dan etika sosial (ihsan).
4. Metode Ijtihad: 1) Lughawi (semantik), 2) Ta’lili (Kausasi), dan 3) Taufiqi (Kompromi)
Ghoffar Ismail yang juga Dosen PAI Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta menegaskan Islam adalah Agama yang Menghidupkan, Mencerahkan dan Berkemajuan.
Adapun ada Tiga Pilar Implementasi di Asrama PTMA dengan Visi Manhaj Tarjih diterjemahkan ke dalam program-program konkret melalui tiga pilar utama, yaitu :
Pertama, Pilar Kurikulum Terintegrasi: Menyatukan tiga kurikulum (universitas, Kemuhammadiyahan, pesantren).Internalisasi Kompas dan Peta Jalan:
Pengkajian dokumen ideologi (paham agama) Muhammadiyah (MAD, Kepribadian, Masalah lima, MKCH, RIB) dengan tidak berafiliasi madzhab, terbuka, toleran dan wasathiyah, pada materi dan kegiatan di asrama PTMA.
Pembelajaran di asrama berdasar al-Qur’an dan sunnah maqbulah secara integraalistik, Menghargai pandangan ulama dan integrasi bayani, burhani dan irfani untuk melatih berpikir kritis. Kegiatan kokurikuler yang membangun karakter kepemimpinan, kemandirian, dan kedisiplinan.
Kedua, Pilar Peran Sentral Musyrif/Musyrifah: Pembimbing dan teladan 24 jam. Tugas & Peran: Pemberi materi, motivasi dan inspirasi bagi mahasiswa. Teladan (role model) dalam ibadah dan akhlak. Pembimbing, fasilitator, dan motivator. "Pengganti orang tua" yang mengawasi dan membina secara holistik (kognitif, afektif, psikomotorik). Faktor Penentu Keberhasilan: Kehadiran mereka 24 jam sehari memungkinkan internalisasi nilai secara personal dan berkelanjutan.
Ketiga, Tata Kelola Profesional: Sistem manajemen yang akuntabel dan terukur. Model ini didukung oleh sistem manajemen yang akuntabel. Visi ideologis diterjemahkan menjadi target yang terukur dan dapat dievaluasi.
1. Contoh: Adanya Standar Kompetensi Lulusan yang menetapkan kriteria seperti IPK minimum, skor AIK, dan tingkat kehadiran salat berjemaah.
2. Tempat mahasiswa mengembangkan diri dalam akademik, karir dan potensin lainnya
3. Inisiatif baru: Digitalisasi data santri untuk big data penelitian.
Ghoffar Ismail menegaskan kembali bahwa PTMA memiliki nilai Komparatif & Nilai Unggul,Model Asrama PTMA memiliki keunikan dibanding lembaga pendidikan Islam antara lain :
1. Asrama PTMA vs. Pesantren Modern: Model PTMA secara eksplisit memadukan intelektualitas universitas dan spiritualitas pesantren.
2. Asrama PTMA vs. UIII: Menghasilkan "ulama-intelek" dan "profesional-religius" yang tidak hanya berwawasan luas, tetapi juga terintegrasi dalam gerakan sosial Muhammadiyah.
3. Kunci Keunggulan: Sintesis epistemologi pendekatan Bayani, Burhani, dan Irfani yang menghasilkan pemahaman Islam yang utuh, progresif, dan berbasis bukti, sekaligus peka terhadap realitas sosial.
Ghajar Ismail berpesan tanamlah pikiran raihlah perbuatan, tanamlah perbuatan raihlah kebiasaan, Tanamlah kebiasaan raihlah watak, dan anamlah watak raihlah nasib
Adapun Tantangan Utama Asrama PTMA saat ini dan ke depan adalah :
Era Digital: Potensi tertinggalnya dakwah konvensional, SDM: Keterbatasan jumlah dan kompetensi pengelola, dan stagnasi: Peningkatan jumlah lembaga pendidikan asrama yang tidak sebanding dengan kualitas dan inovasi.
Sedangkan diperlukan Penguatan Kurikulum: Mengintegrasikan etika AI, tantangan ekologis, dan literasi digital, Peningkatan SDM: Pelatihan berkala bagi musyrif/musyrifah tentang psikologi mahasiswa dan manajemen konflik, serta Optimalisasi Teknologi: Membangun platform digital internal untuk memperluas jangkauan dakwah dan menciptakan digital branding yang profesional.
Model pendidikan karakter di asrama mahasiswa PTMA berbasis Manhaj Tarjih terbukti efektif dan komprehensif, sistem ini berhasil mengintegrasikan tradisi keilmuan universitas dengan spiritualitas pesantren, menghasilkan generasi pemimpin yang adaptif, progresif, dan relevan dengan zamannya.
Masa Depan: Kualitas model ini akan terus menjadi kekuatan dinamis dengan investasi berkelanjutan pada sumber daya manusia dan teknologi. (Supardi)