Pengajian Selapanan Wanayasa
Oleh: Khafid Sirotudin, Ketua LP-UMKM PWM Jateng
Seribuan lebih jamaah memadati lapangan Desa Balun Kecamatan Wanayasa Kabupaten Banjarnegara, Ahad Wage 27 April 2025. Sebuah panggung berdiri di sisi Selatan, empat tratag beserta kursi dipasang di sisi Barat untuk jamaah laki-laki dan di sisi Timur untuk perempuan. Dilengkapi dengan terpal yang cukup luas sebagai tempat duduk jamaah yang hadir dan tidak kebagian kursi. Satu peleton Kokam Wanayasa menjaga dan mengatur kendaraan, dibantu sepuluh Banser GP Anshor setempat.
Duapuluh Stan UMKM penjaja aneka kuliner berjajar di sebelah utara lapangan. Ada sebuah stan yang membuat saya kagum, yaitu penjual masakan Sea-Food “fresh from the kitchen” asal Pekalongan yang menata rapi kerang, udang air payau, rajungan, fish stick, kekian, nugget dan sosis dalam wadah khusus lengkap dengan kompor, wajan dan peralatan masak. Stan lainnya menjual aneka kudapan/snack, Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) serta mainan anak-anak. Tidak kalah suasananya dengan Pasar Malam yang biasa hadir di ibukota kecamatan.
Pengajian Ahad Wage Selapanan (35 hari sekali berdasar Hari Pasaran Jawa) di Wanayasa menjadi salah satu ciri dakwah berkebudayaan “local wisdom” (kearifan lokal) yang diadakan oleh PCM Banjarnegara. Seingat saya pernah menghadiri Dua kali Pengajian Ahad Pon di PCM Kalibening (tahun 2009 dan 2011), tetangga PCM Wanayasa. Kalibening dimekarkan menjadi Kecamatan Kalibening dan Pandanarum, berbatasan dengan Kecamatan Petungkriyono dan Paninggaran Kabupaten Pekalongan. Maka kehadiran UMKM penjaja sea-food pada Pengajian Selapanan Ahad Wage Wanayasa dari Pekalongan menemukan jawabannya.
Satu jam sebelum pengajian dimulai (08.00-09.00 WIB) puluhan siswa-siswi MBS Wanayasa menghibur masyarakat yang hadir dengan penampilan drum band. Ada juga penampilan santri TPQ Wanayasa. Sebuah dakwah berkebudayaan yang mampu menarik wali murid, keluarga dan mengajak masyarakat sekitar hadir mengikuti Pengajian Selapanan. Selebihnya bermanfaat dapat “nguripi” (menghidupi) pelaku UMKM yang “adhang-adhang” (menjemput) rejeki dari kegiatan Pengajian Selapanan yang dipergilirkan dari Ranting ke Ranting, dari desa ke desa.
Di pinggir jalan dekat lapangan, terlihat berjejer 5 mobil ambulan berlabel Lazismu dari PRM Cabang Wanayasa. Mobil AmbulanMu itu membawa sebagian jamaah pengajian sekalian disiagakan bagi jamaah yang membutuhkan pertolongan (misalnya pingsan) selama mengikuti serangkaian acara pengajian hingga selesai. Melalui Ketua PCM Wanayasa kami sampaikan agar memanfaatkan “Program Amal Bhakti UMKM” yang telah berjalan sejak September 2023. Yaitu berupa pemeliharaan gratis bagi mobil ambulanMu se Jateng, dengan kuota 3 mobil per bulan. Sebuah program filantropi kerjasama LP-UMKM dengan PT. Seraya Auto Indonesia, perusahaan yang bermarkas di Wonosobo, tetangga Kabupaten Banjarnegara.
Sependek pengetahuan saya, di PDM Banjarnegara terdapat 3 Pengajian Selapanan yang rutin digelar. Ahad Pon di Kalibening yang diselenggarakan PCM Kalibening dan disengkuyung PCM Pandanarum. Ahad Wage di Wanayasa dan Batur, tetangga Kecamatan dari arah Kabupaten Batang. Pengajian Wanayasa dilaksanakan pagi (08.00-12.00), sedangkan di Batur dilakukan setelah Dhuhur hingga sore hari. Sebagaimana diketahui, Kawasan Dataran Tinggi Dieng meliputi 5 kabupaten yaitu Banjarnegara, Wonosobo, Temanggung, Batang dan Kabupaten Pekalongan. Sebuah kawasan Agronomi Pertanian hortikultura (sayuran dan buah-buahan).
Setiap jamaah yang hadir Pengajian Ahad Wage Wanayasa diberikan satu “tas kresek” berisi makanan. Kali ini dilengkapi dengan “Klatak” sedekah kudapan khas Wanayasa berbahan baku singkong. Turut hadir H. Abu Chanif (72 tahun) sesepuh PCM Wanayasa, Edwin (Ketua PRM Balun), Misono (Kades), Slamet (mantan DPRD Banjarnegara), Gunawan (Wakil Ketua PDM Banjarnegara), Rokhmani (Ketua PCM) dan Solehatul Laeliyah (Ketua PCA) beserta jajaran PCM, PRM dan Ortom. Paduan suara PCNA Wanayasa tampil di panggung menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dan Sang Surya bersama hadirin. Dilanjutkan menyanyikan 3 lagu, yaitu Mars Aisyiyah, Mars NA dan Panggilan Bersedekah.
Pengajian Selapanan selain menggembirakan, mencerahkan dan membahagiakan warga dan masyarakat setempat, juga mampu menggerakkan ekonomi lokal (khususnya UMKM Pangan), menggairahkan rasa kesetiakawanan sosial, dan mensyiarkan dakwah Islam yang rahmatal lil alamin. Sekaligus menghibur Kades dan Perangkat Desa serta masyarakat Desa Balun yang beberapa waktu lalu (3 April 2025) menanggung malu akibat ulah satu warganya (S alias T), seorang Dukun Pengganda Uang, yang ditangkap aparat Polres Banjarnegara karena tega membunuh 11 orang korban mal-praktek perdukunannya.
T/S sendiri selama ini tidak begitu dikenal masyarakat Desa Balun. Selain domisilinya “mencil” (jauh dari pemukiman warga) juga berada di pinggir hutan yang berbatasan wilayah Kalibening. Para korbannya kebanyakan berasal dari Sumatera dan luar Provinsi Jateng. Sebuah praktek kriminal perdukunan yang jamak terjadi : terkenal di luar daerah tapi tidak dikenal warga sekitar. Kabar tidak sedapnya, T/S pernah berinfaq melalui Lazismu setempat. Atas informasi dari seorang warga Balun yang masih perlu ditelusuri kebenarannya ini, saya berkomentar singkat : ”Tidak ada uang haram. Yang ada itu Uang Palsu atau Uang Asli yang diterbitkan BI sebagai alat pembayaran yang sah. Yang haram itu Tindakan dan Perbuatan yang melanggar Peraturan Negara dan norma agama”.
Sesuai permintaan panitia, tema pengajian selapanan Wanayasa hari ini “Weteng Wareg Pikiran Teteg”. Barangkali panitia yang menghubungi kami pernah membaca tulisan saya di media atau di salah satu WA Group. “Weteng Wareg Pikiran Teteg (Perut Kenyang Pikiran tenang), Weteng Ngelih Imane Malih (Perut Lapar Iman Bisa Terkapar)”. Saya bersyukur bisa silaturahmi dengan warga Wanayasa, dijamu makan siang di rumah pak Edwin (Ketua PRM) dan ngopi ngudut di rumah pak Misono (Kades Balun) yang rumahnya bersebelahan.
Kami dapat melihat dari dekat Lapak Samosir, sebuah unit pengumpulan, pemilahan dan pengolahan sampah rumah tangga yang dimotori aktivis Pemuda Muhammadiyah, Yusuf Virajati. Dan ketika sore kami pamitan pulang melalui jalur Kalibening ke Kajen Pekalongan, alhamdulillah masih diberi sebungkus Kopi Arabica Banjarnegara 150 gram dari Pandawa Coffee. Tanaman kopi sempat kami diskusikan dengan pak Gunawan (PDM Banjarnegara) dan Yusuf akan dikembangkan ke depan di Wanayasa sebagai alternatif pengganti komoditas sayuran yang harganya seringkali mengalami anomali. Seperti disrupsi ekonomi dan politik yang terjadi di negeri ini.
Wallahu’alam