YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Metode pembelajaran Al-Qur’an di Indonesia berkembang sangat pesat. Tak kurang dari 300 metode hadir untuk membantu anak-anak hingga orang dewasa membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Namun di balik dinamika tersebut, tantangan literasi Al-Qur’an masih nyata.
Penelitian Institute of Qur’an Sciences (IIQ) dan PTIQ mengindikasikan bahwa sekitar 65%–72,25% umat Muslim Indonesia belum mampu membaca Al-Qur’an dengan baik. Fakta ini menegaskan pentingnya peran santri dan siapa pun yang ingin berkontribusi dalam dakwah Al-Qur’an.
Menjawab tantangan itu, Pesantren Mahasiswa KH Ahmad Dahlan (PERSADA) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menyelenggarakan pelatihan pembelajaran Al-Qur’an dengan metode Ummi dan metode Iqra’. Keduanya dilaksanakan secara terpisah agar peserta dapat memahami konsep, filosofi, dan praktik pembelajaran secara lebih mendalam dan komprehensif.
Pelatihan metode Ummi digelar pada Sabtu (15/11) di Meeting Room Kampus 2B UAD. Metode yang mulai berkembang sejak 2007 ini dikenal dengan keunikan pengkondisian kelas yang menarik, irama mengaji yang khas, serta modul pembelajaran eksklusif yang hanya dapat diakses melalui rekomendasi guru.
Hadir sebagai narasumber Ustadz Muhammad Rizki Kurniawan Saputra dan Ustadzah Rizka Khoerun Nisa. Ustadz Rizki yang merupakan alumni Program Studi Psikologi UAD memaparkan sejarah singkat dan konsep dasar metode Ummi, yang kemudian dilanjutkan Ustadzah Rizka dengan contoh praktis penerapannya di kelas.
“Tiga kekuatan yang dibangun metode Ummi yaitu metode yang baik, guru yang bermutu, serta sistem yang kokoh dan berbasis pada mutu,” ungkap Ustadz Rizki.
Sementara itu, pelatihan metode Iqra’ dilaksanakan pada Jum’at (12/12) di Ruang Sidang Kampus I UAD. Metode legendaris yang lahir pada era 1980-an ini telah menemani generasi demi generasi anak-anak Nusantara dalam belajar membaca Al-Qur’an.
Untuk memperdalam pemahaman tentang konsep pembelajaran Iqra’ yang autentik, PERSADA menghadirkan Ustadz Muhammad Burhanuddin, trainer pembelajaran Iqra’ yang berpusat di Kotagede, Yogyakarta.
Setiap sesi pelatihan berlangsung dinamis. Diskusi hangat dan antusiasme peserta yang terdiri dari thalabah Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) serta para musyrif dan musyrifah PERSADA membuat waktu yang tersedia terasa singkat.
Meski demikian, tujuan utama pelatihan dapat tercapai, yakni menumbuhkan kepercayaan diri peserta dalam mengajarkan Al-Qur’an dengan beragam variasi metode dan modul pembelajaran.
Komitmen penguatan literasi Al-Qur’an di UAD juga diwujudkan melalui peran Lembaga Pengembangan Studi Islam (LPSI) yang menyusun modul Tahsinul Qur’an. Modul ini digunakan untuk membantu mahasiswa Muslim yang belum memenuhi standar minimal kemampuan membaca Al-Qur’an.
Diketahui, UAD menerapkan kebijakan bahwa setiap mahasiswa Muslim wajib lulus Tes Baca Al-Qur’an (TBQ) sebagai prasyarat mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan kelengkapan berkas yudisium.
Melalui ikhtiar terstruktur dan berkelanjutan ini, PERSADA UAD menegaskan perannya sebagai ruang pembibitan kader dalam menjaga literasi, merawat mutu, dan menggelorakan semangat dakwah Al-Qur’an. (DF)

